Selama di perjalanan, Mayleen terus memalingkan wajahnya menatap ke luar jendela. Sesekali, punggungnya bergetar menandakan bahwa perempuan itu sedang menangis. Sesenggukannya bahkan terdengar cukup jelas di telinga Mahendra yang sejak tadi tampak khawatir.
Meski begitu, Mahendra tidak berani membuka suara. Ia tidak berani lagi menanyakan apa pun pada Mayleen, sampai perempuan itu sendiri yang menceritakan semua padanya.
Setelah membelah jalanan kota di malam hari, akhirnya mobil Mahendra berhenti di halaman rumah Mayleen. Dengan penuh perhatian, laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Mayleen dan bersiap membantu sang mantan kekasih yang sampai saat ini masih kesulitan berjalan.
"Pegang tanganku!" perintah Mahendra yang sudah mengulurkan tangan kirinya pada Mayleen. "Biar kubantu jalan sampai masuk rumah."