Pertempuran itu telah usai. Suara teriakan penuh hasrat tidak terdengar lagi. Hanya deburan ombak dan gemerisik dedaunan yang tertiup angin yang memecah keheningan petang itu.
April Liani bangkit dari tempatnya bersandar. Dia berjalan dengan langkah yang mengendap-endap, kembali masuk ke bangunan itu. Dia ingin memastikan kondisi Livia.
Di ambang pintu, April Liani mengerjap-erjapkan mata. Tercium bau rokok yang membuatnya terbatuk-batuk. Sungguh dia sangat benci dengan bau tembakau yang dibakar sia-sia itu. Di rumah pun dia selalu menghindari Andi suaminya kalau sedang merokok.
April Liani melangkah mundur. Terlihat bara kecil yang melayang-layang, pertanda kalau ada seseorang yang sedang merokok di dalam.
"Liv," panggilnya. Tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Matanya membulat. Apa mungkin Pria itu? batinnya resah.
Tidak berapa lama, bara kecil itu terlempar ke tanah dan terdengar suara langkah kaki yang mantap mendekatinya.