Aku meminjammu untuk kumiliki seusia waktu. Sebagai teman berbagi, sebagai tulang penguat langkah kaki, sebagai segala hal bahagia dan sedih yang jatuh di semesta yang belum sudah.
Aku memohonmu sepanjang waktu, sesemesta rasa yang jatuh adalah hujan yang teduh tepat waktu. Jika malam harus menunda langkah kita, lelaplah di debar dadaku yang cinta.
Kau sampai kapan pun tetaplah pagiku yang sempurna. Yang menjadi alasan giat bekerja, yang menjadi sebab tidur saat lelah mendera, karena aku tak ingin mati begitu saja.
Di bait terakhir puisi, kusebut namamu berkali-kali, semoga semesta selalu bersedia merestui.
***
Salah satu alasan malam masih dijatuhkan Tuhan adalah untuk menjadi temanmu bersedih, sebab manusia lain terkadang hanya datang saat dia butuh, bukan berkunjung saat kau rapuh.
Itu juga yang membuatku memilih menulis puisi pada malam hari, selain malam yang menemanimu, aku ingin puisiku memeluk sepimu.