Pagi itu di rumah tuan mami dan tuan papi kedatangan tamu ternyata dia adalah tetangga baru di komplek ini, dan ternyata lagi dia adalah istri barunya pak Seno yang bernama Nadia.
Di teras depan rumah Irfandi..
"Kerja, kerja, kerja..", kata Paijo.
"Assalamu'alaikum", Nadia memberikan salam pada Paijo.
"Wa'alaikumussalam, mbaknya cari siapa ya ?", Paijo menjawab salam dari Nadia dan kemudian Paijo bertanya pada Nadia.
"Perkenalkan nama saya Nadia, tetangga baru di komplek ini", jawab Nadia.
"Oh kalau begitu perkenal kan diri, nama saya Paijo", kata Paijo yang memperkenalkan dirinya pada Nadia.
"Oh iya..", seru Nadia.
"Eh Joya ada siapa ?", tanya bu Ayu.
"Ini tetangga baru bu Ayu", jawab Paijo.
"Oh ini bu Irfandi ya, perkenalkan saya..", kata Nadia.
"Bukan mbak..", sambung bu Ayu.
"Ini adiknya bu Irfandi, namanya yu yu", sambung Paijo juga.
"Yu yu, bukan saya Ayu, emm ya sudah masuk yuk, jo tutup", kata bu Ayu.
"Emm.. Sebel.., kebiasaan kalau begini pasti yang di suruh nutup saya", keluh Paijo.
"Jo..", seru bu Ayu.
"Iya, eh tuan mami, tuan papi.., habis darimana nih ?", tanya Paijo lagi.
"Gak lihat kamu saya bawa handuk dan air minum, tandanya..", jawab Irfandi.
"Saya tau", seru Paijo.
"Emang apa ?", tanya Irfandi.
"Joging kan alias lari pagi kan ?", tanya Paijo juga.
"Nah itu tau ngapain kamu nanya lagi", jawab Irfandi lagi.
"Ada siapa di dalam kaya nya rame banget", kata Titah.
"Itu tetangga baru di komplek ini", sambung Paijo.
"Oh..", seru Titah dan Irfandi.
"Ya sudah Titah ku sayang, kita mandi yuk habis itu sarapan lalu berangkat deh ke kantor masing-masing", kata Irfandi.
"Yuk mas, dah Joya", sambung Titah.
"Emm.., sudah kalau kaya gini saya lagi yang nutup pintu", keluh Paijo lagi.
Di ruang tamu..
"Oh ternyata namanya mbak Nadia", kata kanjeng ibu.
"Iya..", seru Nadia.
"Rumahnya dimana ?", tanya Ayu.
"Di blok sebelah bu nomer 23", jawab Nadia.
"Nomer 23 itu kan rumahnya pak Seno", kata kanjeng ibu.
"Iya bu ini penggantinya bu Seno yang baru", kata Ayu.
"Oh, eh tapi setau ibu ya pak Seno dan bu Seno belum cerai, kawin sirih ya jeng.., cerita dong jeng", kata kanjeng ibu.
"Maaf bu saya harus pergi mau berkunjung ke rumah tetangga yang lain", kata Nadia yang pamit pergi.
"Ih jangan begitu atau pun malu, sini cerita dulu dong kawin sirih ya jeng", kata kanjeng ibu lagi.
"Maaf, permisi", kata Nadia lagi.
"Jeng eh jeng", seru kanjeng ibu.
"Bu ini namanya young leaves on the pillow", kata Ayu.
"Daun muda di atas bantal", sambung kanjeng ibu.
"Berondong..", seru kanjeng ibu dan Ayu.
"Eh ibu Sudah dong jangan terlalu banyak makan yang manis-manis nanti bisa kena diabetes loh", kata Ayu.
"Ayu is silent, you are just a prospective doctor not yet become a doctor so you don't need to regulate your mother"
(Ayu diam, kamu itu baru calon dokter belum jadi dokter jadi gak usah ngatur-ngatur ibu mu), keluh kanjeng ibu.
"But ma'am, maintaining health is necessary ma'am, emm.."
(Tapi bu, menjaga kesehatan itu perlu bu, emm..), bu Ayu di sumpal brownies oleh kanjeng ibu.
"Ini mbak.., loh kok..", kata Paijo yang kaget melihat Nadia sudah tidak ada di ruang tamu.
"Kenapa jo ?", tanya Ayu.
"Mbak Nadia mana ?", tanya Paijo juga.
"Sudah pulang, sudah minum nya untuk saya saja", jawab kanjeng ibu.
"Gak bisa dong, enak saja saya capek-capek bikin ini, minuman buat mbak Nadia masa saya kasih kanjeng ibu", keluh Paijo lagi.
"Sudah kasih saja buat kanjeng ibu kasihan napasnya sudah stoping, stoping..", kata Ayu lagi.
"Tidak bisa, emm enak saja, emm enak banget manisnya pas", kata Paijo yang meminum teh manis tersebut dan Paijo meledek kanjeng ibu, hingga kanjeng ibu kesal.
"Hmm.. Jo.. Ya..", kanjeng ibu kesal pada Paijo.
Di kamar Irfandi dan Titah..
"Titah ku sayang", seru Irfandi.
"Iya mas..", sambung Titah.
"Aku ke depan duluan ya", kata Irfandi.
"Iya mas..", seru Titah lagi.
"Kamil mana ?", tanya Irfandi.
"Sudah berangkat di antar Aiman tadi sekalian ke pasar", jawab Titah.
"Oh gitu", seru Irfandi lagi.
"Iya..", sambung Titah juga.
"Kalau Silvy dan Citra ?", tanya Irfandi lagi.
"Main sama bapak", jawab Titah lagi.
"Oh..", seru Irfandi lagi.
Tuan papi alias pak Irfandi pergi ke depan rumah melihat bu Nadia keluar rumah dan juga melihat mobil belum di cuci serta Abdul latif belum siap mengantar tuan papi pun marah padanya.
Di garasi mobil..
"Wah.. Siapa tu cantik banget, aduh haaa kok belum di cuci hmm.. Abdul Latif, Abdul Latif..", Irfandi menabrak tembok dan memanggil Abdul Latif.
"Iya pak, ada apa ?", tanya Abdul Latif.
"Ada apa, ada apa lagi.., nih lihat mobilnya kenapa belum di cuci, malah kamu belum mandi lagi, saya dan istri saya sudah siap untuk berangkat kerja tau..", jawab Irfandi dengan kesal.
"Iya maaf pak, saya bangunnya kesiangan karena saya semalam nonton bola pak, eh malah kalah, saya mendukung real madrid pak..", kata Abdul Latif.
"Oh.., sayang sekali dong dul kalau begitu saya saja mendukung..", sambung Irfandi.
"Loh memangnya bapak mendukung siapa ?", tanya Abdul Latif lagi.
"Saya mendukung mike tyson..", jawab Irfandi lagi.
"Oh.., loh pak..", seru Abdul Latif.
"Apa loh pak, loh pak hmm..", kata Irfandi masih dengan kesal pada Abdul Latif.
"Gak apa-apa", sambung Abdul Latif.
"Ya sudah sekarang kamu cuci mobil dulu sana..", kata Irfandi yang masih kesal pada Abdul Latif.
"Mas yuk, loh kok mobilnya", kata Titah.
"Tau tuh si Abdul Latif", sambung Irfandi.
"Ya sudah mas kita naik taksi online saja", kata Titah lagi.
"Ya sudah yuk..", sambung Irfandi lagi.
Aku menunggu Abdul Latif untuk membicarakan soal aku dan dia akan keluar alias berhenti bekerja di keluarga kanjeng romo.
Setelah itu baru aku tidur-tiduran di ruang keluarga yang kebetulan dekat dengan kamar pak Arfan dan juga tuan papi, pak Arfan yang melihat aku langsung memarahi ku dan tuan papi juga mengancam ku akan di pecat kalau saya hanya bersantai saja di rumah setelah mengurus ke tiga anaknya (Kamil, Silvy, dan Citra).
Di ruang keluarga..
"Hemmmm, loh kok eh Joya..", kata Arfan.
"Iya pak Arfan", seru Paijo.
"Kamu ngapain disini nganggu pemandangan saya saja kamu di sini", kata Arfan yang kesal pada Paijo.
"Saya istirahat dulu pak Arfan..", sambung Paijo.
"Kenapa sih Fan ?", tanya Irfandi.
"Ini loh si Joya, Fandi, bukannya kerja malah tidur-tiduran disini nganggu pemandangan saya yang keluar dari kamar", jawab Arfan.
"Ada apa sih ribut-ribut ?", tanya kanjeng ibu.
"Kanjeng ibu diam, ini adalah urusan antara saya dan Joya alias atasan dan bawahan..", jawab Irfandi dengan tegas.
"Silahkan", kata kanjeng ibu.
"Eh Joya, saya peringatkan ya sekali lagi kalau sikap kamu tidak diubah saya tidak segan-segan akan memecat kamu tanpa pesangon", kata Irfandi dengan tegas.
"Tapi tuan papi", keluh Paijo.
"Aah mboh..", keluh Irfandi juga.
"Wow.., aku bangga banget sama kakak ipar ku yang ini selain dia pengusaha yang sukses dia bisa tegas kepada pegawainya dan ibu mertuanya", kata Ayu.
"Iya saya juga bangga sama Irfandi yang seorang pengusaha dan juga dokter bisa berani sama mertuanya apa lagi sama istrinya, loh tapi kan mertuanya saya, Ayu hmm..", keluh kanjeng ibu.
"Pisss ibu", seru Ayu yang ketakutan karena kanjeng ibu kesal padanya.
Keesokan harinya..
Di ruang makan,
Di meja makan..
"Si Irfandi itu marah kenapa sih yu ?", tanya kanjeng ibu.
"Kemarin mas Irfandi marah soal kedisiplinan pada pegawainya", jawab Ayu.
"Semua ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Joya dan Abdul Latif saja bu", jawab Ayu lagi.
"Memang harus seperti itu mereka berdua kurang disiplin beda dengan abdi dalem yang lain, oh ya yu ini jam weker ada disini ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Duh bu, Ayu juga gak tau kenapa ada di sini", jawab Ayu lagi.
Jam weker pun berbunyi dan saya segera membereskan makanan yang ada di meja makan, begitu juga dengan Abdul Latif yang kena semprot atau omelan lagi dengan tuan papi.
Masih di meja makan..
"Kok bunyi sih, yu", kata kanjeng ibu.
"Gak tau bu..", sambung Ayu.
"Eh Joya, kamu tau gak saya dan Ayu sedang makan siang dan belum selesai kenapa kamu bereskan", kata kanjeng ibu.
"Tau nih kamu, jo..", sambung Ayu.
"Waktu makan siang selesai kanjeng ibu dan bu Ayu, saya ingat pesan tuan papi kemarin harus disiplin dalam bekerja kalau tidak saya akan dipecat", kata Paijo yang menjelaskannya pada kanjeng ibu dan bu Ayu.
"Tapi kan jo kita masih mau nambah", kata bu Ayu.
"Gak bisa bu Ayu..", seru Paijo.
"Keterlaluan si Joya ini", kata kanjeng ibu masih dengan kesal pada Paijo.
"Beri saja pelajaran ibu", sambung Ayu.
"Baik tapi nanti setelah ibu puas marahi dia", kata kanjeng ibu.
"Oke bu..", seru Ayu.
Di teras depan rumah Irfandi..
"Silahkan pak Irfandi, bu Irfandi..", kata Abdul Latif yang membukakan pintu mobil untuk Irfandi dan Titah.
"Iya dul..", seru Irfandi dan Titah.
"Loh pak, emmm pak Irfandi..", keluh Abdul Latif.
"Ada apa dul ?", tanya Irfandi.
"Pak Irfandi ini bagaimana, saya buka kan pintu mobil yang kanan bapak malah keluar sendiri lewat pintu mobil sebelah kiri, katanya harus disiplin, nanti saya lapor ke atasan atau bos saya loh pak..", jawab Abdul Latif.
"Titah ku sayang", seru Irfandi.
"Iya mas..", sambung Titah.
"Sini, untuk kamu, Abdul Latif, terserah saya dong mau saya begini kek, begitu kek, itu semua urusan saya, oh ya satu lagi sekarang saya tanya bos kamu siapa ya dul ?", tanya Irfandi lagi.
"Ya pak Irfandi dong..", jawab Abdul Latif lagi.
"Salakatur, yuk Titah ku sayang kita masuk ke dalam rumah", kata Irfandi lagi.
"Yuk mas..", seru Titah.
Di ruang makan lagi..
"Ingat ya Joya sekali lagi saya belum selesai makan siang kamu ambil makannya saya pecat kamu", kata kanjeng ibu yang masih kesal pada Paijo.
"Eh tunggu kanjeng ibu, gak bisa gitu dong, kanjeng ibu gak ada haknya untuk memecat saya", kata Paijo.
"Loh kok gitu, aturan darimana ?", tanya kanjeng ibu.
"Iya dong kan kanjeng ibu bukan yang menggaji saya, jadi kanjeng ibu tak bisa ikut andil untuk mengatur saya kan sudah jelas saya itu di gaji oleh tuan papi alias pak Irfandi, bukan kanjeng ibu", jawab Paijo yang menjelaskan pada kanjeng ibu.
"Hmm..", keluh kanjeng ibu.
"Assalamu'alaikum", Irfandi dan Titah memberikan salam pada kanjeng ibu.
"Wa'alaikumussalam", kanjeng ibu menjawab salam dari Irfandi dan Titah.
"Eh Fandi sini kamu, urus nih anak buah mu yang benar masa saya di bilang tidak berhak untuk mengatur dia sekaligus memecatnya", kata kanjeng ibu.
"Emm.., kanjeng ibu", kata Irfandi.
"Mas kok dari tadi cuma em, em doang sih..", sambung Titah.
"Kenapa pak Irfandi gak berani ngomongnya kalau yang lebih berhak atas saya dan para abdi dalem yang lain adalah pak Irfandi ?", tanya Paijo.
"Emm..", seru Irfandi.
"Mas..", sambung Titah.
"Oke, kalau begitu tuan papi alias pak Irfandi yang terhormat saya akan memasukan anda ke daftar SSTM dan GGTSI", kata Paijo.
"Tunggu jo, itu artinya apa ya jo ?", tanya Irfandi.
"SSTM artinya Suami Suami Takut Mertua dan GGTSI artinya Ganteng Ganteng Takut Sama Istri, hmm..", jawab Paijo.
"Urus tuh..", pinta kanjeng ibu.
Setelah aku bekerja dengan mbak Nadia, saya di kembalikan oleh mbak Nadia karena baru dua hari saya bekerja dengannya sudah dimintai tolong oleh keluarga pak Irfandi alias tuan papi, kini aku bekerja kembali menjadi pengasuh anak sekaligus asisten rumah tangga begitu juga dengan Abdul Latif, dia di terima kembali oleh pak Irfandi alias tuan papi untuk bekerja sebagai supir pribadinya kembali.
Selain saya bekerja di rumah atau keluarga pak Irfandi alias tuan papi, ternyata ada yang kangen dengan bubur ayam buatan saya yaitu kanjeng ibu, beliau ternyata sedang sakit, setelah ku buatkan bubur ayamnya dan ku suapin juga keadaan kanjeng ibu yang membuat tuan mami khawatir sudah membaik.
Di kamar kanjeng ibu dan kanjeng romo..
"Tuh jo lihat kan keadaan ibu mertua saya alias kanjeng ibu bagaimana, saya juga gak tega melihat istri saya khawatir dengan keadaan ibu mertua saya", kata Irfandi.
"Ya sudah tuan papi saya bantu", sambung Paijo.
"Benar jo ?", tanya Irfandi.
"Iya tuan papi..", jawab Paijo.
"Terimakasih ya jo", kata Irfandi.
"Iya, assalamu'alaikum", sambung Paijo dan Paijo memberikan salam pada kanjeng ibu.
"Wa'alaikumussalam", kanjeng ibu menjawab salam dari Paijo.
"Jo.. ya..", seru kanjeng ibu.
"Iya saya kanjeng ibu", kata Paijo.
"Jo..", seru kanjeng ibu.
"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo.
"Aku kangen bubur ayamnya Joya, buatkan ya jo..", pinta kanjeng ibu.
"Oh iya saya buatkan tapi ada syaratnya", kata Paijo.
"Apa itu jo ?", tanya kanjeng ibu.
"Syaratnya saya mau di temani oleh tuan mami masaknya", jawab Paijo.
"Loh kok saya", keluh Titah.
"Gimana mau gak atau boleh gak ?, kalau gak boleh atau gak mau ya sudah..", tanya Paijo.
"Tah, nduk..", seru kanjeng ibu.
"Iya deh saya temani", jawab Titah.
"Oke.., yuk.. eh.. tuan papi ngapain ?", tanya Paijo lagi.
"Ya saya mau jagain istri sayalah jo..", jawab Irfandi.
"Kalau sama tuan papi saya gak mau", kata Paijo.
"Fandi..", seru kanjeng ibu.
"Iya kanjeng ibu, eh jo jangan di apa-apain ya tapi istri saya ini", kata Irfandi.
"Tenang saja tuan papi saya akan jaga tuan mami seperti saya menjaga diri saya sendiri", kata Paijo.
"Ya sudah cepet", keluh kanjeng ibu.
"Oke kanjeng ibu, yuk tuan mami", kata Paijo.
Di dapur..
"Loh eh, lik jo", kata Asih.
"Iya Asih.., kamu bisa gak tinggalin saya dan tuan mami berdua saja di dapur untuk masak bubur ayam", pinta Paijo.
"Kok gitu sih lik, oh Asih tau takut di contek ya sama Asih cara membuat bubur ayam terenak itu seperti apa ?", tanya Asih.
"Caem, alias cakep alias pintar.., ya sudah gih sana", pinta Paijo lagi.
30 menit kemudian..
Masih di dapur..
"Tara, bubur ayam buatan Joya sudah siap", kata Paijo.
"Ya sudah yuk jo, kita ke kamar kanjeng ibu", sambung Titah.
"Tunggu dong tuan mami jangan terburu-buru gitu", kata Paijo lagi.
"Dahası, jo.., annenin istediği tavuklu yulaf lapasını yapmak için mutfakta otuz dakika sana eşlik ettim, peki şimdi ne olacak ?"
(Apa lagi sih jo.., saya sudah menemani kamu selama tiga puluh menit di dapur untuk membuat bubur ayam yang kanjeng ibu minta, lalu sekarang apa lagi?, yuk buruan ke kamar kanjeng ibu), tanya Titah menggunakan bahasa Turki.
"Maaf tuan mami saya kurang paham", kata Paijo.
"Hmm..", keluh Titah.
"Saya tau pasti Imbecile kan ?, Emm tuan mami..", tanya Paijo.
"Bukan, apa lagi ?", tanya Titah lagi.
"Icipin dulu buburnya tuan mami bagaimana rasanya asin apa enggak ?", tanya Paijo.
"Oh gitu bilang dong", jawab Titah.
"Mana sini", pinta Titah.
"Ini tuan mami", Paijo memberikan bubur pada Titah untuk di cicipi.
"Emm, jo..", seru Titah.
"Gimana ?", tanya Paijo.
"Jo jure que c'est vraiment bon, il est approprié que ma mère aime que votre bouillie de poulet soit très bonne"
(Jo sumpah ini enak banget, pantas ibu saya suka sama bubur ayam buatan kamu ternyata enak banget), jawab Titah menggunakan bahasa Prancis.
"Itu apa artinya tuan mami ?", tanya Paijo lagi.
"Enak banget jo..", jawab Titah lagi.
"Oh ya jelas Joya.., emm jadi ke kamar kanjeng ibu gak tuan mami ?", tanya Paijo lagi.
"Jadi, tapi jangan cuma satu bawa ke kamar kanjeng ibu ya banyak sekalian, disitu ada suami saya, kakak ipar saya Anak-anak saya, adik saya, dan kanjeng romo juga", jawab Titah lagi.
"Oh oke siap tuan mami", seru Paijo.
"Man bawain ya", pinta Titah.
"Siap bu Irfandi", Aiman melaksanakan perintah dari Titah.
Di kamar kanjeng ibu & kanjeng romo lagi..
"Fandi..", seru Arfan.
"Apa fan ?", tanya Irfandi.
"Kamu ngapain sih mondar-mandir ?", tanya Arfan juga.
"Tau kaya setrikaan saja kamu ini", keluh kanjeng romo.
"Bukan begitu fan, kanjeng romo..", kata Irfandi.
"Terus apa ?", tanya Arfan lagi.
"لقد كان ما يقرب من ثلاثين دقيقة زوجتي وخادمي لم يعودوا أيضا"
(Sudah hampir tiga puluh menit istri ku dan Paijo belum kembali juga), jawab Irfandi menggunakan bahasa Arab.
"أوه هذه هي المشكلة ، كن صبوراً بعد فوات الأوان"
(Oh jadi itu masalahnya, sabar nanti juga kembali), kata Arfan yang menggunakan bahasa Arab juga.
"assalamu'alaikum", Titah, Paijo, dan Ainan memberikan salam pada semua yang ada di kamar kanjeng romo dan kanjeng ibu.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di kamar kanjeng romo dan kanjeng ibu menjawab salam dari Titah, Paijo, dan Aiman.
"There it is, fandi, your wife"
(Nah itu dia, Fandi, istri mu), kata Arfan menggunakan bahasa Inggris.
"Yes, my wife loves you where have you been in the kitchen for so long"
(Iya, istri ku sayang kamu darimana saja mengapa di dapur lama sekali), sambung Irfandi menggunakan bahasa Inggris.
"I'm sorry my dear husband that I'm late again"
(Maafkan saya suami ku sayang kalau saya telat kembali), kata Titah yang menggunakan bahasa Inggris juga.
"Nih kanjeng ibu bubur ayam buatan saya", kata Paijo memberikan bubur ayam buatannya pada kanjeng ibu.
"Kalian harus coba karena bubur ayam buatan Paijo enak banget..", kata Titah lagi.
"Jo..", seru kanjeng ibu.
"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo.
"Suapin..", pinta kanjeng ibu dengan manja.
"Loh kan ada kanjeng romo, kanjeng ibu..", kata Irfandi.
"Gak mau pokoknya Joya yang suapin", kata kanjeng ibu.
"Gimana kanjeng romo, boleh ?", tanya Paijo.
"Boleh jo, suapin saja..", jawab kanjeng romo.
"Benar kanjeng romo ?", tanya Paijo lagi.
"Iya jo..", jawab kanjeng romo lagi.
"Duh saya jadi gak enak nih, ya sudah saya suapin kanjeng ibu", kata Paijo.
keesokan harinya..
Di dapur..
"Akhirnya mulai kerja lagi di sini di rumah yang lama seperti rumah sendiri punya majikan yang baiknya luar biasa seperti keluarga sendiri, beres-beres dulu ah..", kata Paijo.
"Jo.. ya..", seru kanjeng ibu.
"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo.
"Kamu hari ini antarkan saya ya", pinta kanjeng ibu.
"Kemana kanjeng ibu ?", tanya Paijo.
"Ke pasar, karena aku hari ini kangen bubur buatannya Joya lagi", jawab kanjeng ibu.
"Oke, siap kanjeng ibu", Paijo melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.
Pagi itu aku dan pak Arfan sedang lari pagi, lalu aku bertanya soal tipe perempuan yang pak Arfan idam-idamkan seperti apa, karena aku akan pdkt sama Sumi pembantu tetangga yang baru, lalu pak Arfan menjawab tipe perempuan yang sangat dia idam-idamkan adalah seperti tuan mami.
Di taman komplek..
"Pak..", seru Paijo.
"Inggih jo, ngapa ?"
(Iya jo, kenapa ?), tanya Arfan.
"Aku mau bertanya dong..", jawab Paijo
"Soal apa ?", tanya Arfan lagi.
"Soal tipe perempuan idaman pak Arfan itu seperti apa sih ?", tanya Paijo juga.
"Tipe perempuan idaman saya itu seperti Titah", jawab Arfan.
"Pak kok tuan mami sih, kenapa ?", tanya Paijo lagi.
"Karena satu dia itu pintar masak, pengusaha yang sukses, dan satu lagi loh jo", jawab Arfan lagi.
"Apa itu pak ?", tanya Paijo lagi.
"Dia itu cantik dan ke ibu an, sebab saya suka dengan seorang perempuan yang memiliki sifat ke ibu an, jo..", jawab Arfan lagi.
"Oh..", seru Paijo.
"Memang kenapa sih jo ?", tanya Arfan lagi.
"Enggak nanya saja", jawab Paijo lagi.
Di meja makan..
"Asih sedang ambil cuti seminggu dan yang mengambil ahli sekarang adalah Joya, loh kok belum ada Breakfast di meja makan sih.., jo.. ya.., kemana lagi si Joya, ke ruang tengah saja mungkin Titah tau dimana si Joya", kata kanjeng ibu.
Di ruang tengah..
"Mas Irfandi, anak-anak..", seru Titah.
"Iya..", sambung Irfandi dan anak-anaknya.
"Sarapannya sudah siap tuh", kata Titah.
"Ya sudah kalian sama mami ke meja makan duluan saja ya", sambung Irfandi.
"Iya papi..", seru anak-anaknya lagi.
"Yuk..", seru Titah.
"Fandi..", seru kanjeng ibu.
"Iya bu", jawab Irfandi.
"Titah kemana ?", tanya kanjeng ibu.
"Ke meja makan, nasi goreng yang dia masak sudah siap", jawab Irfandi.
"Apa!!!, jadi anak saya yang membuat sarapan Joya mana Fandi, Joya mana ?", tanya Kanjeng ibu lagi.
"Saya gak lihat Joya, bu, dari tadi pagi", jawab Irfandi lagi.
"Oh.., ya sudah kalau begitu saya ke meja makan lagi deh..", kata kanjeng ibu.
"Duh gawat..", seru Irfandi.
Di meja makan lagi..
"Mi kayanya ada yang kurang deh", kata Citra.
"Iya, kira-kira apa ya sayang ?", tanya Titah.
"Minum nya mi", jawab Kamil.
"Iya kamu benar Kamil, minum nya yang belum siap di meja makan", kata Titah.
"Biar Kamil saja ya mi yang ambil gelas dan air minum nya", sambung Kamil.
"Iya..", seru Titah.
"Tah, nduk..", sambung kanjeng ibu yang memanggil Titah.
"Inggih bu"
(Iya bu), seru Titah lagi.
"Kamu lihat si Joya gak ?", tanya kanjeng ibu.
"Kan Joya sedang libur", jawab Titah.
"Haaa libur, siapa yang memberikan Joya libur ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Mas Irfandi, bu", jawab Titah lagi.
"Apa !!, Kok Fandi gak bilang saya kalau ngambil keputusan si Joya di izinkan libur", kata kanjeng ibu.
"Loh percuma kalo minta izin, kan yang kepala keluarga di sini mas Irfandi, itu namanya prosedur", sambung Titah.
"Haaa terserah kamu nak, oh ya kamu tau Joya kemana ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Lari pagi sama mas Arfan", jawab Titah lagi.
"Hari gini dia belum pulang juga ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Iya", jawab Titah lagi.
"Hmm kebangetan", kata kanjeng ibu yang mulai kesal.
Di garasi mobil..
"Dul, Abdul Latif..", seru kanjeng ibu.
"Iya kanjeng ibu", jawab Abdul Latif.
"Kok jam segini Joya belum pulang, Titah anakku yang membuat sarapan, lagi ngapain sih Arfan ngajak Joya lari pagi ?", tanya kanjeng ibu.
"Oh kalau soal itu, karena kemarin pak Arfan di kejar sama guguk nya pak Andre, makannya pak Arfan ngajak Joya lari pagi, kanjeng ibu", jawab Abdul Latif.
"Oh..", seru kanjeng ibu.
"Mungkin biar pak Arfan gak di kejar sama guguk nya pak Andre lagi kanjeng ibu", kata Abdul Latif.
"Oh maksudnya kamu juga Joya gitu yang di kejar guguk nya pak Andre ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Iya sih kanjeng ibu, tapi selain mengejar Joya, guguk nya juga gigit Joya", jawab Abdul Latif.
"Eh kamu kok begitu, hati-hati kualat loh dul sama paklik mu sendiri, oh ya satu lagi pokoknya sekarang kamu harus panggil Joya suruh cepat pulang", pinta kanjeng ibu.
"Baik kanjeng ibu", Abdul Latif melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.
Abdul Latif pun pergi mencari aku dan juga pak Arfan, sedangkan aku menceritakan semuanya pada pak Arfan soal pembantu baru tetangga yang bernama Sumi kepada pak Arfan.
Di taman komplek lagi..
"Duh si Joya dan pak Arfan lari pagi kemana sih ?", Abdul Latif bertanya-tanya kebingungan saat mencari Paijo dan Arfan.
"Gitu pak ceritanya", kata Paijo yang menceritakan semuanya pada Arfan kalau Paijo sedang kasmaran dengan pembantu baru tetangga Irfandi.
"Oh gitu, pokoknya kamu praktik kan apa saja yang saya ajarkan padamu tadi..", sambung Arfan.
"Siap pak..", seru Paijo.
"Nah itu dia, pak Arfan, lik jo", kata Abdul Latif yang melihat Paijo dan Arfan.
"Iya dul..", seru Paijo dan Arfan.
"Kenapa dul ?", tanya Arfan.
"Di suruh pulang sama kanjeng ibu untuk sarapan", jawab Abdul Latif.
"Oh ya sudah pulang yuk", kata Arfan lagi.
Di meja makan lagi..
"Loh tah katamu sudah membuat sarapan tadi mana Breakfast nya ?", tanya kanjeng ibu.
"Sabar bu", jawab Titah.
"Assalamu'alaikum", Arfan, Abdul Latif dan Paijo memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Arfan, Abdul Latif, dan Paijo.
"Eh mas Arfan..", seru Titah.
"Iya..", sambung Arfan.
"Jo ambilin nasi goreng nya dong tolong", pinta Titah.
"Siap tuan mami, sekalian di tuangkan ke piring ya tuan mami", Paijo melaksanakan perintah dari Titah.
"Iya..", seru Titah lagi.
"Emm nak, enak banget nasi goreng buatan mu", kata kanjeng ibu.
"Yang benar kanjeng ibu ?", tanya Arfan.
"Iya Arfan", jawab kanjeng ibu.
"Mau cobain dong.., tah suapin mas Arfan ya", pinta Arfan.
"Iya mas, ini..", kata Titah yang menyuapi Arfan nasi goreng buatannya.
Aku mendapatkan ide untuk membuat tuan papi cemburu pada kakaknya sendiri yaitu pak Arfan saat aku melihat tuan mami dan tuan papi semakin mesra di dapur.
Di dapur lagi..
"Masak lagi, masak lagi", kata Paijo.
Di garasi mobil lagi..
"Mas, aku berangkat ngajar nari dulu ya, eh mas Arfan mau kemana ?", tanya Titah.
"Mau ke mall, mas Arfan mau beli sandal, sandal untuk pergi gak ada, tah..", jawab Arfan.
"Oh..", seru Irfandi dan Titah.
"Bareng saja yuk, nanti di antar Abdul Latif lagi pulang ke rumah ini", kata Titah.
Di dapur lagi..
"Duh makin lama tuan mami, tuan papi makin mesra ya bagaikan Rama dan Sinta ya, aha.., aku punya ide", kata Paijo yang mempunyai sebuah ide.
Begitu tuan mami dan pak Arfan pergi, aku keluar dan mempengaruhi tuan papi agar tuan papi cemburu, dan tak beberapa lama akhirnya tuan papi cemburu juga.
Di garasi mobil lagi..
"Tuan papi", seru Paijo.
"Iya..", sambung Irfandi.
"Kok tuan papi gak cemburu sih lihat pak Arfan deket sama tuan mami", kata Paijo.
"Gak lah jo, buat apa saya cemburu sama kakak saya sendiri lagian juga kan sudah sama-sama berkeluarga", sambung Irfandi.
"Iih begini nih kalo suami alias kepala rumah tangga kurang peka", keluh Paijo.
"Maksudnya kurang peka gimana jo ?", tanya Irfandi.
"Iya memangnya tuan papi gak memperhatikan apa saat di meja tadi pak Arfan meminta tuan mami untuk menyuapinya dengan desahan-desahan penuh dengan nafsu, coba tuan papi ingat-ingat lagi deh..", jawab Paijo yang mempengaruhi Irfandi agar Irfandi cemburu.
Waktu di meja makan tadi..
Di meja makan..
"Emm nak enak banget nasi goreng buatan mu", kata kanjeng ibu.
"Yang benar kanjeng ibu ?", tanya Arfan.
"Iya Arfan", jawab kanjeng ibu.
"Mau cobain dong.., tah suapin mas Arfan ya", pinta Arfan.
"Iya mas, ini..", kata Titah yang menyuapi Arfan.
Dan waktu saat ini..
Masih di garasi mobil..
"Aah apaan sih kamu, jo..", keluh Irfandi yang mulai cemburu.
"Ku yakin tuh pasti tuan papi cemburu", kata Paijo.
Akhirnya berhasil aku membuat tuan papi cemburu dan sekarang saatnya melanjutkan rencana yang kedua yaitu mengajak Betta untuk kerja sama membuat tuan papi lebih cemburu lagi pada pak Arfan.
Di meja makan..
"Pak..", seru Arfan.
"Menapa fan ?"
(Apa fan ?), tanya ndara romo.
"Main karambol yuk", jawab Arfan.
"Karambol mulu apa gak bosan dari Titah sama Irfandi masih pacaran mainnya karambol mulu, kamu tau kan bapak mu ini gak bisa main karambol, bisanya main kelereng, layangan, sama catur", kata ndara romo.
"Main sama Titah saja yuk mas Arfan", sambung Titah.
"Boleh tuh tah, pak aku main sama Titah saja deh", kata Arfan.
"Ya sudah", seru ndara romo.
Di ruang setrika baju..
"Oh jadi mas jo berencana ingin membuat pak Irfandi itu cemburu ?", tanya Betta.
"Iya tapi bukan cemburu-cemburuan Betta", jawab Paijo.
"Oh, eh tuh tuan papi alias pak Irfandi datang", kata Betta.
"Jo..", seru Irfandi.
"Pak..", seru Betta juga.
"Iya Betta", seru Irfandi lagi.
"Ada apa tuan papi tumben ke sini ?", tanya Paijo.
"Istri saya sudah makan malam belum tadi, kan baru pulang ngajar nari ?", tanya Irfandi juga.
"Sudah tuan papi", jawab Paijo.
"Alhamdulillah kalau begitu", kata Irfandi.
"Pak Irfandi..", seru Betta juga.
"Iya Betta, ada apa ?", tanya Irfandi lagi.
"Pak Irfandi perhatian banget ya sama bu Irfandi sampai makan malam di tanyain, tapi boro-boro bu Irfandi nanyain pak Irfandi sudah makan apa belum", kata Betta yang mulai memancing rasa cemburu Irfandi.
"Iya malahan ya tuan papi, sekarang pak Arfan sama tuan mami lagi colek-colekan di depan", sambung Paijo yang juga mulai memancing rasa cemburu Irfandi.
"Di rumah ini ?", tanya Irfandi lagi.
"Iya pak Irfandi..", jawab Paijo dan Betta dengan kompak.
"Di rumah saya maksudnya ?", tanya Irfandi yang mulai cemburu.
"Iya lah tuan papi masa di rumah saya, di rumah ini dong kalau di rumah saya ke jauhan tuan papi", jawab Paijo.
"Saya mau ke sana saja deh, oh ya awas ya kalau kalian berdua berbohong pada saya, kamu Paijo akan saya Kediri kan dan kamu Betta akan saya Ambon kan", kata Irfandi yang semakin cemburu dan juga Irfandi mengancam Paijo dan Betta.
"Kalau tuan papi gak percaya lihat saja sana di ruang tv, orang pada ngumpul di sana", kata Paijo lagi.
Di ruang tv..
"Yes mas Arfan kalah, aku menang jadi satu kosong, sekarang coret tepung dulu", kata Titah.
"Oke yang pertama kalah yang kedua pasti mas Arfan menang", sambung Arfan.
"Lanjut nih mas Arfan jadinya ?", tanya Titah.
"Iya dong..", jawab Arfan.
"Titah ku sayang, berduaan sama Arfan, hemm..", kata Irfandi yang cemburu ketika melihat Arfan dan istrinya berduaan di ruang tv sambil bercanda.
"Fandi..", seru ndara ibu.
"Mah.., lihat itu mereka berduaan", kata Irfandi yang masih cemburu ketika melihat Arfan dan istrinya berduaan di ruang tv sambil bercanda.
"Itu mah biasa Fandi", kata ndara ibu.
"Berduaan dan mesra kok biasa sih mah, tuh lihat sekarang colek-colekan lagi", kata Irfandi yang makin cemburu ketika melihat Arfan dan istrinya berduaan di ruang tv sambil bercanda.
"Oh itu mereka lagi main karambol yang kalah di coret gitu..", sambung kanjeng ibu.
"Memangnya kamu belum pernah Fandi ?", tanya kanjeng ibu.
"Belum pernah kanjeng ibu", jawab Irfandi.
"Ya sudah ikut main gih sana", kata kanjeng ibu.
"I don't want to, my brother doesn't have manners when his sister-in-law is teased too"
(Gak mau, kakak ku gak punya sopan santun masa adik iparnya di godain juga), kata Irfandi yang masih cemburu ketika melihat Arfan dan istrinya berduaan di ruang tv sambil bercanda, menggunakan bahasa Inggris.
"Bu Dewi", seru ndara ibu.
"Iya bu Ajeng", sambung kanjeng ibu.
"Artinya apa ?", tanya ndara ibu.
"Saya tidak mengerti juga masalahnya Irfandi kecepatan ngomongnya, ngger kamu ngomong apa sih tadi ?", tanya kanjeng ibu juga.
"Iih.., Arfan gak ada tata kramanya", jawab Irfandi.
"Bahasa Jepang nya kokorotomo", kata kanjeng ibu.
"Haa, iih..", keluh Irfandi.
Di depan pintu kamar Arfan..
"Arfan..", seru Irfandi.
"Inggih Fandi"
(Iya Fandi), jawab Arfan.
"Can you stay away from my wife ?"
(Bisa tidak kamu menjauh dari istri saya ?), tanya Irfandi yang cemburu dan melabrak Arfan di depan kamarnya.
"Sorry Irfandi can't"
(Maaf Irfandi tidak bisa), jawab Arfan.
"Why can not ?"
(Kenapa tidak bisa ?), tanya Irfandi lagi.
"Yes, basically I can't Irfandi, the problem is that if I talk away from your wife, I'm tired, you know, what else if I have to scream"
(Ya pokoknya gak bisa Irfandi, masalahnya kalau saya ngomong jauh-jauh dari istrimu capek tau, apa lagi kalau saya harus teriak-teriak), jawab Arfan lagi.
"Ah, just keep my wife away, period"
(Ah sudah pokoknya jauhkan istri saya, titik), kata Irfandi yang pergi meninggalkan Arfan.
Keesokan harinya..
Aku yang sedang menyiram tanaman dan tuan papi yang membuka praktek di rumah maklum dokter anak dan dokter umum lulusan S1, sambil menunggu pasiennya datang tuan papi menghampiriku dan meminta saran padaku, lalu aku memberikan daun kering di dapur pada tuan papi sebenarnya aku dan Betta sedang mengerjai tuan papi, tanpa tuan papi sadari tentunya.
Di halaman belakang rumah..
"Di halaman depan sudah sekarang tinggal di halaman belakang yang belum di siram", kata Paijo.
Di ruang tv..
"Vy, Silvy..", seru Irfandi.
"Iya pi", jawab Silvy.
"Kamu kok gak sekolah ?", tanya Irfandi.
"Libur pi..", jawab Silvy.
"Haa bukannya kemarin sudah ya liburnya ?", tanya Irfandi lagi.
"Silvy, adikku sayang, tolong jelaskan ke papimu", pinta Kamil.
"Papi gimana sih kan silvy, kamil, lan citra libur saben sabtu lan pekan"
(Papi bagaimana sih kan Silvy, Kamil, dan Citra libur setiap sabtu dan minggu), jawab Silvy yang menjelaskannya pada Irfandi.
"Astaghfirullahalazim papi lupa maaf ya, oh ya kamu lihat lik jo dimana gak ?", tanya Irfandi lagi.
"Tuh pi di situ", jawab Silvy.
"Situ mana Kamil ?", tanya Irfandi lagi.
"Neng latar buri omah pi.."
(Di halaman belakang rumah pi..), jawab Silvy lagi.
"Oh..", seru Irfandi.
"Iya..", sambung Silvy, Kamil, dan Citra.
"Pi..", seru Silvy lagi.
"Apa Silvy ?", tanya Irfandi lagi.
"Bahasa arabnya rumah apa sih ?", tanya Silvy juga.
"المنزل"
(Rumah), jawab Irfandi menggunakan bahasa Arab.
"Maksudnya apa pi ?", tanya Silvy lagi.
"Katanya bahasa Arab nya rumah ya itu المنزل", jawab Irfandi lagi.
"Oke makasih papi", kata Silvy lagi.
"Sami-sami"
(Sama-sama), sambung Irfandi.
Di halaman belakang rumah..
"Assalamu'alaikum jo", Irfandi memberikan salam pada Paijo.
"Wa'alaikumussalam, eh tuan papi", Paijo menjawab salam dari Irfandi.
"Minta saran dong", pinta Irfandi.
"Saran apa ?", tanya Paijo.
"Saran agar Titah ku sayang alias istriku bisa jauh dari kakak saya", jawab Irfandi.
"Oh itu gampang tuan papi, kebetulan saya punya kenalan gimana kalau tuan papi datangin dia saja kemari supaya auranya tuan papi di buka supaya tuan mami juga cinta kembali oleh tuan papi", kata Titah.
"Ya sudah jo panggil saja", sambung Irfandi.
"Gak bisa gitu saja tuan papi", kata Paijo lagi.
"Maksudnya ?", tanya Irfandi.
"Harus ada ini nya dong tuan papi", jawab Paijo.
"Apa itu jo ?", tanya Irfandi lagi.
"Doku-doku nya dong", jawab Paijo lagi.
"Hemm UUD", keluh Irfandi.
"Apa itu tuan papi ?", tanya Paijo lagi.
"UUD sama dengan ujung-ujungnya duit", jawab Irfandi yang menjelaskannya pada Paijo.
"Ada gak ?", tanya Paijo lagi.
"Iya ada nih..", jawab Irfandi lagi.
"Oke tunggu nanti saya kabari tuan papi, sekarang tuan papi lanjutin tugas saya", kata Paijo.
"Oke.., loh eh Joya hemm..", keluh Irfandi lagi.
Di kamar Paijo..
"Jo..", seru Irfandi.
"Iya.., eh tuan papi", jawab Paijo.
"Gimana kapan orang nya bisa ke rumah ?", tanya Irfandi.
"Duh maaf tuan papi, orangnya bangkrut malah sudah di transfer lagi duitnya, aha.., gini saja deh tuan papi nanti sore tuan papi temui saya kembali, karena saya ada sesuatu untuk tuan papi", kata Paijo.
"Oke..", seru Irfandi lagi.
"Lah kok pak Irfandi ada di sini nanti di kira ada apa-apa lagi dengan Paijo", kata Betta.
"Biarin memang saya dan Paijo lagi ada apa-apa kok..", kata Irfandi.
"Aduh, maaf tuan papi saya masih perjaka jangan apa-apakan saya ya", sambung Paijo.
"Ih.., memangnya saya laki-laki apaan jo, saya juga masih waras dan masih suka sama perempuan kali, ih..", kata Irfandi lagi.
"Huss.., sudah pokoknya gitu saja ya tuan papi", sambung Paijo lagi.
"Oke", seru Irfandi lagi.
Di dapur..
"Jo mana ?", tanya Irfandi.
"Ini tuan papi", jawab Paijo yang memberikan sesuatu kepada Irfandi.
"Loh kok daun kering sih jo ?", tanya Irfandi lagi dengan heran.
"Iya ini untuk mengeluarkan aura negatif yang ada pada tuan papi", jawab Paijo lagi.
"Terus cara memakainya gimana ?", tanya Irfandi lagi.
"Cara pakainya tinggal tempelkan daun kering ini ke wajahnya tuan papi", jawab Paijo lagi.
"Oke..", seru Irfandi lagi.
Lalu setelah tuan papi memakai daun kering dan tuan papi di tertawai oleh mereka yang ada di ruang tv, lalu tuan papi kembali ke dapur, dan tuan papi mendengar semua percakapan antara aku dan Betta.
Setelah mendengar percakapan aku dan Betta di dapur, tuan papi dan keluarga memberikan hukuman untuk aku dan juga Betta, setelah menghukum ku dan Betta keadaan di rumah ini kembali damai.
Di kamar Irfandi dan Titah..
"Titah ku sayang", seru Irfandi yang memeluk Titah.
"Ada apa ini sayang ?", tanya Titah.
"I'm sorry, your husband is my wife, because I have misjudged you and also my brother"
(Maafkan saya, suamimu ini ya istriku, karena telah berburuk sangka padamu dan juga kakakku), jawab Irfandi dengan menggunakan bahasa Inggris.
"What do you think and what do you mean, I don't understand my husband ?"
(Berburuk sangka apa dan maksudnya gimana ya saya kurang paham suamiku ?), tanya Titah lagi yang menggunakan bahasa Inggris.
"Honestly I was jealous seeing you alone with my sister yesterday and I also think negatively that you and my brother have a special relationship"
(Jujur saya cemburu melihat kamu berdua-duaan dengan kakak saya kemarin dan saya juga berfikiran negatif kalau kamu dan kakak saya mempunyai hubungan sepesial), jawab Irfandi lagi yang masih menggunakan bahasa Inggris.
"How can my husband, I have more relationships with your brother and you should know my husband I already consider your brother to be my own brother"
(Mana mungkin suamiku, saya mempunyai hubungan lebih sama kakakmu dan kamu harus tau suamiku aku sudah menganggap kakakmu itu adalah kakakku sendiri), kata Titah yang masih menggunakan bahasa Inggris.
"I'm sorry again, my wife"
(Maafkan saya sekali lagi ya istriku), kata Irfandi yang masih menggunakan bahasa Inggris.
"Yes I forgive you, my husband"
(Iya saya memaafkan kamu, suamiku), kata Titah lagi yang masih menggunakan bahasa Inggris.
"Thank you my wife"
(Terimakasih istriku), sambung Irfandi.
"Yes my husband"
(Iya suamiku), kata Titah lagi.
"Emm kita ke ruang tv lagi yuk, kamu harus minta maaf sama Arfan", kata Irfandi lagi.
"Iya sayang, yuk kita ke ruang tv", sambung Irfandi lagi.
Di ruang tv..
"Ih serem banget filmnya", kata Arfan.
"My brother, Arfan, I want to apologize lately I like to yell and be angry with you, because I am jealous and afraid that you will take my wife"
(Kakakku, Arfan, saya mau minta maaf belakangan ini aku suka bentak dan marah sama kamu, karena aku cemburu dan takut kamu rebut istriku), kata Irfandi yang meminta maaf pada Arfan.
"Why do you think like that to me, your own brother, I will not take your wife, from you, because I already consider her as my own sister"
(Kenapa kamu berpikir seperti itu padaku, kakakmu sendiri, aku tidak akan merebut istrimu, darimu, karena aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri), sambung Arfan yang memaafkan Irfandi.
"This is all because of my two household assistants"
(Ini semua karena ulah dua asisten rumah tanggaku), kata Irfandi lagi.
"Paijo dan Betta maksudnya ?", tanya Arfan.
"Iya..", jawab Irfandi.
"Kita hukum mereka", kata Irfandi.
Di halaman ruang tengah..
"Jo..", seru Irfandi.
"Inggih kanjeng ibu, panggil Betta juga, menghadap saya", pinta kanjeng ibu.
"Siap kanjeng ibu", Paijo melaksanakan perintah dari dari kanjeng ibu.
"Titah..", seru kanjeng ibu.
"Inggih bu"
(Iya bu), jawab Titah.
"Mana minumannya ?", tanya kanjeng ibu.
"Ini bu..", jawab Titah lagi.
"Sekarang kamu minum ini biar sehat", pinta kanjeng ibu.
"Ini apa kanjeng ibu ?", tanya Paijo.
"Sudah minum saja", jawab kanjeng ibu.
"Inggih kanjeng ibu"
(Iya kanjeng ibu), seru Paijo dan Betta.
"Bagaimana enak ?", tanya kanjeng ibu.
"Kok pedas sih kanjeng ibu", jawab Paijo.
"Ya jelas pedes, orang itu jus cabe", kata kanjeng ibu.
"Haa..", seru Paijo dan Betta.
"Iya itu hukuman buat kamu, karena kamu sudah mengerjai menantuku, hingga dia cemburu, hampir saja Titah dan menantuku bertengkar, sudah minum dan habiskan jus cabenya", kata kanjeng ibu lagi.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT