*BAB 2*
Mendengar jawaban dari sang mommy tidak membuat Violette merasa terkejut sama sekali, karena ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Di tinggal oleh kedua orangtuanya untuk pergi ke luar negeri. Tapi yang menjadi pertanyaan Violette adalah, ada apa Daddy dan Mommy nya pergi menemui Xander, karena mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya. Entah Violette yang tidak tahu, atau memang kedua orangtuanya tidak pernah pergi mengunjungi Xander.
"Apa terjadi sesuatu dengan Xander, mom?." Tanya Violette, meski ia sudah sedikit melupakan wajah asli Xander, namun Violette masih bisa melihat wajah tampan laki-laki itu melalui media sosial, karena sekarang ini merupakan jaman yang sangat modern. Meski tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun namun Violette masih mengetahui bagaimana bentuk wajah Xander yang menurutnya semakin terlihat tampan serta badannya yang tegap berotot.
Violette pun hingga detik ini tidak tahu, alasan apa yang membuat Xander tidak pernah menginjakkan kaki di mansion mewah ini. Kedua orangtua Violette pun tidak pernah membahas tentang Xander. Karena hal itu pula, Violette tidak pernah buka suara mengenai Xander. Namun yang pasti, Xander adalah saudara laki-laki bagi Violette.
"Ada sesuatu yang harus kami bicarakan, V." Jawab Annita dengan membelai rambut blonde panjang milik Violette yang sedikit acak-acakan.
"Hmm, baiklah. Semoga perjalanan Daddy dan Mommy berjalan dengan lancar. Kabari aku jika kalian sudah tiba di mansion milik Xander." Violette membalasnya dengan tersenyum manis. Meski ia masih penasaran, dengan tujuan kedua orangtuanya. Namun Violette enggan bertanya lebih lanjut, lagipula Annita juga enggan menjawab pertanyaan Violette. Violette sedikit merasa aneh, ia merasa jika selama ini ada sesuatu yang di tutupi oleh kedua orangtuanya.
Terkadang Violette merasa seperti seseorang yang tidak mengetahui hal apapun, padahal usianya sudah cukup dewasa untuk dapat memahami situasi yang sedang terjadi. Tapi sepertinya kedua orangtuanya Violette, masih menganggap jika dirinya masih menjadi gadis kecil mereka.
Annita memeluk tubuh Violette, sebelum itu ia sempat menatap kedua iris mata Violette. Warna iris mata yang selalu mengingatkan Annita pada seseorang di masa lalunya. Masa lalu yang tidak boleh seorang pun untuk bisa mengungkitnya kembali. Karena jika hal itu terjadi, maka kehidupan Annita yang sudah ia bangun susah payah akan hancur berantakan dalam sekejap mata. Dan alasan lainnya adalah, Violette. Ia tidak ingin putri satu-satunya yang ia miliki, mengalami kehidupan yang berat karena kebodohan di masa lalunya.
"Tentu saja, V. Apa kau menginginkan sesuatu?." Tanya Annita, karena biasanya jika ia sedang berada di luar negeri ia akan memberikan buah tangan untuk Violette.
"Tidak Mom. Tapi jika nanti aku menginginkan sesuatu, aku akan segera menghubungi Daddy ataupun mommy." Jawab Violette. Hidup Violette sangatlah sempurna, memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sangat proporsional, keluarga yang harmonis, serta keluarga yang memiliki kekayaan berlimpah, kekayaan yang tidak akan habis untuk tujuh turunan. Tak jarang banyak orang yang iri akan kehidupan yang di miliki oleh Violette. Mereka iri karena kehidupan Violette yang sangat sempurna.
Untuk saat ini kehidupan Violette memanglah sangat sempurna, namun tidak tahu di masa yang mendatang. Akankah kehidupan Violette menjadi lebih sempurna, atau justru kehidupannya menjadi hancur berantakan, meski bukan Violette yang melakukan kesalahan.
"Baiklah, jika begitu. Mommy akan pergi ke kantor, dan langsung menuju bandara."
"Jaga dirimu baik-baik V." Sebelum bangkit dari duduknya, Annita menyempatkan diri untuk mengecup puncak kepala Violette.
"C'mon mom, usia ku sudah sembilan belas tahun. Aku bisa menjaga diriku, meski tanpa anak buah Daddy." Violetta memajukan bibirnya ke depan. Ia selalu saja di perlakukan layaknya gadis kecil yang belum tumbuh dewasa, padahal Violette sudah sangat dewasa. Bahkan ia sudah sangat pandai bagaimana caranya berciuman dengan lawan jenis.
"Tidak, tidak. Kau akan tetap menjadi gadis kecil Daddy dan Mommy." Jawab Annita dengan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Terserah mommy saja." Violette memutar kedua bola matanya.
"Baiklah, mommy pergi." Annita berjalan meninggalkan ruang kamar milik Violette yang besar ini. Namun kamar utama yang menjadi tempat beristirahat Annita dan suaminya sedikit lebih besar dari kamar ini.
"Sampaikan salam ku untuk Daddy, mom." Teriak Violette ketika melihat Annita sudah keluar dari dalam kamar miliknya. Dan Annita menyahuti dengan mengangkat tangannya saja.
Meski ia masih di anggap gadis kecil oleh kedua orangtuanya, namun sebenarnya sifat Violette tidak sepolos itu. Ia terbiasa pergi ke club malam bersama dengan teman-temannya, atau pergi berlibur bersama mereka. Tetapi Violette cenderung memiliki sifat introvert. Ia hanya terbuka kepada orang-orang terdekatnya saja. Jika ia berhadapan dengan orang lain, mereka akan beranggapan jika Violette adalah orang yang sombong, dingin serta cuek.
Kini tinggallah Violette di kamar mewah ini seorang diri. Jika lima belas menit yang lalu ia masih merasa ngantuk, namun berbeda dengan detik ini. Matanya terbuka lebar dan tidak merasa ngantuk lagi. kaki jenjangnya melangkah menuju nakas dimana ponsel mahalnya tergeletak dalam keadaan mode pesawat. Violette sengaja melakukan hal itu agar tidak ada yang mengganggu waktu tidurnya yang nyenyak. Tak lupa, Violette juga mematikan sambungan Wi-Fi pada ponselnya.
"Oh shit." Umpat Violette ketika banyak sekali notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya.
"Bagaimana jika aku tidak mengaktifkan ponsel ini selama berhari-hari." Ujar Violette dengan nada kesal.
Baru beberapa jam ia tidak memainkan ponselnya, namun sudah banyak pesan masuk serta panggilan tak terjawab. Dan jangan lupakan, notifikasi yang berasal dari sosial media milik Violette. Karena gadis itu merupakan gadis yang sangat populer dan banyak dikenal oleh orang lain. Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, ia sudah memiliki pengikut di salah satu sosial medianya lebih dari 5 juta pengikut, sangat populer bukan.
Tangan Violette sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya, ia hanya membalas satu pesan dari sekian banyak pesan yang ia dapatkan.
"Kau sangat berlebihan." Ucap Violette dengan perasaan bahagia, ketika melihat isi pesan dari orang itu, seketika membuat hati Violette menjadi berbunga-bunga.
Violette kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas. Ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, sebelum keluar dari kamar. Karena cacing cacing di perut Violette sudah berani memberontak meminta jatah makannya.