Download App
7.92% Mr, posesif / Chapter 21: Merawat Kenzo.

Chapter 21: Merawat Kenzo.

Rian membantu Kenzo yang kesusahan berjalan, akibat terlalu banyaknya minum, minuman yang tak berfaedah.

"Duh, Tuan, kenapa harus nyusahin orang sih, baru juga datang dari luar negri, tapi. Udah di bikin repot seperti ini?"

Rian menggusur tubuh Kenzo untuk di bawa ke dalam mobil.

Mobil yang tadi di pakai Rian, sengaja di tinggal begitu saja di lobi kantor, sedangkan dirinya terpaksalah harus memakai mobil bos nya itu.

Mobil mewah Kenzo melesat di tengah malam. Dengan kecepatan tinggi, Rian membawa mobil berwarna hitam itu.

Namun, di belakangnya. Tetap ada pengawalan.

Sedangkan di rumah sakit.

Perlahan-lahan Bella mulai membuka matanya, ia mulai tersadar dari obat bius.

Bella melihat ke arah sekeliling, namun. Tidak ada orang satu pun di sampingnya.

"Kenapa aku ada di sini?" Bella melihat ke arah seluruh ruangan.

Saat hendak menggerakan tubuhnya, ia sedikit menjerit, pasalnya dari bawah perutnya sedikit merasakan sakit yang luar biasa.

"Aws, kenapa sakit sekali?" Bella meraba-raba perut bawahnya.

Hingga tiba-tiba ia mengingat sesuatu dan wajahnya menjadi pucat pasi.

"Jadi, anak yang ada di sini sudah tewas karena aku terjatuh dari tangga, tapi. Siapa yang membawa aku ke sini, jangan bilang kalo itu Kenzo, kalo misalnya Kenzo, bisa-bisa aku di hajar habis-habisan oleh nya!" Bella menggigit bibir bawahnya.

Bella takut, jika Kenzo mengetahui jika dirinya hamil, bisa-bisa rencana dirinya akan gagal, ia tak bisa menjadi nyonya Kenzo nantinya.

"Aku harus mencari tahu, apakah Kenzo tau atau tidak jika aku hamil, aku tak mau jika nanti aku jadi gadis miskin lagi, aku gak Sudi!" Bella mengepalkan tangannya

Sedangkan di rumah utama.

Rian menyerahkan Kenzo kepada anak buahnya, mereka yang akan membawa Kenzo ke lantai atas.

Rian menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, karena ia merasa sedikit pening.

Namun, saat anak buah Rian akan membawa Kenzo ke kamarnya, mereka berpas-pasan dengan Niken yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.

Niken keluar, karena mendengar suara mobil yang datang ke rumah itu.

"Loh, kenapa Tuan kenzo? Ujar Niken sambil memegang tangan Kenzo.

"Tuan, sedang mabuk Nona, kami harus segera meletakkannya di tempat tidur!" Pengawal itu langsung membawa Kenzo ke kamarnya.

Niken, menatap pemandangan itu dengan tatapan kawatir.

Niken mengikuti langkah pengawal itu, padahal ia sendiri takut ketahuan Kenzo, jika ia masuk ke dalam kamar itu.

Setelah para pengawal telah keluar, Niken memberanikan diri untuk mendekati Kenzo yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

"Kenapa bisa seperti ini, bukanya Tuan tadi habis mengantarkan Bella kerumah sakit, tapi. Kenapa datang-datang dengan keadaan mabuk berat seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi?" Niken duduk di samping Kenzo.

Tapi, tiba-tiba ia merasa sangat mual, saat mencium bau minuman yang sangat menyengat tersebut.

"Owek, bau sekali, memangnya berapa banyak Tuan meminum minuman itu, kenapa tubuhnya saja sangat tercium bau minuman seperti ini?" Niken menutup hidungnya.

Perlahan-lahan ia mencoba melepaskan kaos kaki Kenzo.

Karena tidak mungkin Kenzo tertidur dengan menggunakan sepatu dan kaus kaki.

Dengan perlahan, Niken menarik sepatu tersebut hingga lepas dari sang pemiliknya.

Setelah itu, ia bergerak untuk mengganti pakaian Kenzo, karena Niken merasa tidak suka dengan pakaian yang bau itu.

Tapi, ia sedikit merasa tidak pantas.

"Buka jangan ya, tapi. Kalo Tuan sampai bangun, nanti bagaiaman, bisa-bisa aku di hajar sampai babak belur lagi, apa lagi ini dalam keadaan mabuk, aku takut!" Niken akhirnya memundurkan dirinya.

Niken menatap Kenzo dari kejauhan.

Namun, saat Niken akan meninggalkan kamar Kenzo.

Ia malah mendengar suara rintihan.

Ternyata Kenzo yang sedang merintih.

Merintih kesakitan.

Kening Niken mengkerut, saat melihat ke arah Kenzo.

Kenzo sedang meringkuk memeluk tubuhnya sendiri, dari keningnya mulai keluar keringat yang cukup deras.

Dengan gesit Niken langsung menghampiri Kenzo.

Niken memaksakan dirinya untuk mengecek keadaan Kenzo.

"Aws, panas sekali, bukanya tadi tidak sepanas ini?" Niken mengibas-ngibas kan tangannya.

Niken, melihat ke sana kemari karena sedang mencari sesuatu yang ia butuhkan

Hingga mata cantiknya itu menangkap sesuatu.

Dengan gesit, Niken mengambil barang tersebut dan membawanya ke arah samping Kenzo.

Nikene membawa baskom kecil yang tak tau dari mana, dan juga handuk kecil.

Niken dengan segera langsung mengompres kening Kenzo yang terasa panas.

Tangan cantik dan mungilnya itu dengan telaten mengurus sang suami yang sedang sakit.

"Kenapa sampai sakit seperti ini?" Niken memandang wajah Kenzo.

Karena keringat yang keluar dari tubuh Kenzo, pakaian yang di gunakan Kenzo pun ikut basah di buatnya.

Terpaksa Niken harus menggantinya.

Dengan sangat hati-hati Niken membuka kancing dari tempatnya.

Ia takut jika sampai membangunkan sang empuh nya.

Dengan susah payah, akhirnya Niken berhasil membuka baju kenzo, dan tinggal celana nya saja yang belum.

Niken pikir itu tidak perlu, karena jika Niken melakukan itu, sudah di pastikan Niken harus menggunakan tenaga besar, sedangkan saat ini. Niken sudah sedikit lemah.

Ya wajar saja. Karena Niken pun sekarang sedang dalam keadaan tak baik, akibat perlakuan Kenzo.

"Ah, syukurlah sudah terlepas, dan sekarang tinggal memakai pakaian saja!" Niken berjalan ke arah lemari baju Kenzo. Yang berada di dekat kamar mandi.

Tempat baju Kenzo sangat lah kuas dan juga besar.

Niken memilih milih baju yang pas untuk di gunakan Kenzo, hingga ia menemukan pakaian santai berwarna hitam.

"Perasaan, semua pakaian di sini warnanya hitam, kalo gak putih, ini orang gak buta warna atau apa sih?" Niken mengomel saat melihat isi lemari suaminya itu.

Setelah itu dengan cekatan Niken kembali memakaikan pakaian tersebut kepada Kenzo.

Di rasa beres, Niken berniat untuk meninggalkan Kenzo, karena ia takut jika Kenzo akan bangun. Dan melihat dirinya ada di dalam kamar tersebut, bisa-bisa ia akan di hajar.

Tapi, saat Niken akan melepaskan tangannya dari kening Kenzo, karena baru mengganti kompressan.

Tangan mungilnya itu malah di tahan oleh Kenzo, padahal mata Kenzo masih tertutup.

"Em, bagaimana ini, apakah tuan Kenzo tau jika aku yang mengganti pakaiannya, kenapa dia menahan tanganku?" Niken mengigit bibir bawahnya karena merasa takut.

Niken terpaksa menunggu Kenzo melepaskan tangannya.

Hingga Niken memutuskan untuk duduk di bawah tempat tidur milik Kenzo.

Tangan Niken terus saja di genggaman.

Hingga akhirnya membuat Niken tertidur sambil saling genggam.

Sedangkan di luar.

Rian yang sedang memejamkan matanya, di kejutkan dengan seseorang yang menyentuh keningnya.

Pasalnya, Rian memejamkan matanya dengan cara mengerutkan keningnya.

Rian langsung menangkap tangan itu dan menariknya.

Mata mereka saling bertemu.

"Astaga, ternyata kamu, saya pikir itu siapa, kenapa kamu melakukan itu?" Ujar Rian sambil menatap Sinta dengan tatapan tajam.

"Em, anu. Tadi aku lihat kalo kening Tuan mengkerut, jadi saya pikir..." Ucapan Sinta terpotong karena tiba-tiba Rian malam memeluk Sinta yang berada di atas pangkuannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login