Wiwangsa tercengang. Dia menatap Hasna dengan tidak percaya dan matanya tertuju pada helaian rambut di tangannya. Kemudian, dia menelan ludahnya dengan susah payah dan merasa bahwa dirinya barusan salah dengar.
"Apa yang kau katakan?"
Hasna menghela napas. "Kau bisa menghitung waktunya. Ketika aku menjadi menantu keluarga Setiawan, ternyata kehamilanku sudah berusia empat bulan! Coba hitung, bukankah itu anakmu?"
Wiwangsa menelan ludah dengan susah payah. "Tapi, waktu kelahiran Yunita tidak tepat!"
Hasna menghela napas lagi. "Karena saat aku mendaftarkannya, aku menunda pendaftaran selama empat bulan. Aku tidak bisa mempermalukan keluarga Setiawan. Kau bisa memeriksa masalah ini karena ketika aku melahirkan putriku, aku melahirkan di klinik swasta dan mereka mungkin memiliki catatan! Selain itu, apapun yang terjadi, kau bisa tes DNA lebih dulu."
Setelah mengatakan itu, Hasna menyerahkan rambut di tangannya kepada Wiwangsa.