Download App
8.23% THE GABRIEL NOSTRA / Chapter 7: MYSTERY CAMORRA

Chapter 7: MYSTERY CAMORRA

Naples

Zio Anthony sangat senang bertemu lagi dengan Gabriel dan Alexandra. Oh No! Lengan gadis itu terluka! Ia langsung memarahi Gabriel Nostra di luar ruang kerjanya. Sementara dokter pribadinya di dalam sibuk memeriksa luka gadis itu.

"Brengsek, mengapa kau membiarkan dirinya terluka huh!"

"Ia menahanku melepaskan tembakan, setelah mendengar kesaksian Fausto membunuh kedua orang tuanya. Gadis itu membalas cepat dengan lemparan pisau ke leher musuhnya!"

"Good job! Assistants pribadimu seorang wanita tangguh, siapa dia sebenarnya?"

Gabriel menyalakan cigarette, mengisap dalam-dalam dan menghembuskan asap dengan keras. Anthony tidak sabar menunggu jawabannya.

"Aku tidak mengenalnya sampai gadis itu di ketahui sebagai perampok logistics milikku. Ayahnya tewas kecelakaan dan mobilnya terbakar hebat. Ibunya Rosa menikahi keparat Antonio, tapi terbunuh dua tahun lalu!"

"Rosa? Rosaelia maksudmu?"

"Ada apa Zio Anthony, apa kau mengenal ibunya Alexandra?"

"Entahlah! Nama itu mirip dengan nama adikku yang telah lama hilang. Simpan rapat-rapat info tentang ini, Gabriel!"

"Baiklah, Alexandra dan Angela Camorra kini aman tinggal bersamaku setelah di usir kemarin oleh Tuan Antonio. Aku akan segera membuat perhitungan dengannya!"

"Aku percayakan padamu, Gabriel!"

Zio Anthony dan Gabriel kembali ke dalam ruangan. Hasil dari pemeriksaan dokter hanya sedikit luka dalam pada lengan Alexandra. Peluru Fausto tidak menembusnya bagian dalam, tapi sempat merobek daging lengan gadis itu. Balutan perban dan suntikan antibiotic telah diberikan mengurangi infeksi lukanya. Gadis itu berusaha duduk kembali dan bersiap pulang ke Milan.

"Hei! Istirahatlah dulu, Camorra!"

"No Gabriel, adikku pasti menunggu!"

"Tenanglah, Angela di jaga oleh pelayan Albert dan banyak pengawalku di puri Milano. Tidak usah khawatir, kita bisa pulang kapan saja. Jet pribadiku sudah standby di bandara!"

Zio Anthony Marriott serius menyimak dua anak muda dihadapannya. Ia tahu jika Gabriel sang mafia kejam menaruh hati pada Alexandra. Tidak mungkin perlakuannya melebihi seperti itu. Ia pun melerai keduanya. "Kita makan malam dulu sebelum kalian kembali ke Milan. Pertempuran dengan musuhmu tadi, pasti banyak membuang energi."

Gabriel mengangguk setuju. "Good idea! Aku lelah berdebat dengan gadis bodoh ini, tidak satu pun mau menuruti perintahku!" Zio Anthony tertawa, mengajak gadis itu pindah ke ruang makan agar emosi Gabriel cepat mereda. Keduanya dipersilakan menikmati makan malam lebih dulu.

Sementara Zio Anthony menemui dokter pribadinya yang menunggu di ruangan lainnya. "Kau sudah mengambil contoh darah milik gadis itu?" tanyanya serius. Dokter yang tadi merawat luka Alexandra mengangguk. "Ya Tuan. Aku segera mengecek ke laboratorium. Nanti hasilnya aku beritahu!" Dokter Eduardo permisi meninggalkan Tuan Anthony Marriott sendirian.

Semoga ada kabar baik secepatnya untuk menemukan mutiaranya yang lama hilang tentang adiknya, Rosaelia!

***

Milan

Pagi yang mencekam di kediaman Tuan Antonio. Tak hanya pengawalnya termasuk pengasuh Elisa ikut ketakutan. Keparat Gabriel Nostra! Anak muda itu tidak hanya mengambil barangnya milik sendiri, tapi menghancurkan isi container narkoba Tuan Antonio dan koleganya. Kini jutaan Euro dalam bentuk 2,3 ton serbuk putih menguap dalam ledakan semalam. Kepolisian terus mencari tahu dan mengawasi dirinya sekarang.

Daftar panjang kasus kriminal suap elite politik, kekerasan dan kekejaman di berbagai wilayah yang dilakukan oleh anak buahnya Fausto ikut menambah masalah besar baginya. Antonio tak bisa menyeret Fausto lagi, karena idiot itu juga tewas terbakar bersama tiga container-nya semalam.

Alexandra Camorra! Wanita jalang itu! Putri tirinya berani menghabisi pengawal dan tangan kanannya, Antonio Gadis itu benar-benar berbahaya bagi dirinya. Ia menjadi sasaran berikutnya. Pembunuhan berencana kedua orang tua Alexandra ada dalam agendanya. Ayah gadis itu pernah bekerja dan menjadi pengkhianat di organisasinya. Bedebah Daniel Camorra!

Sekarang sejarah itu berulang kembali menghantuinya. Rosa menikahi dirinya di bawah ancaman kerasnya. Sayang sekali, daftar warisan orang tua gadis itu tidak dapat diambil alih dan sekarang usianya di atas 18 tahun. Alexandra Camorra akan mengambil keseluruhan apa yang telah di milikinya selama ini.

Semua ada saatnya, Tuan Antonio akan jatuh bersama kejahatannya!

Pengasuh Elisa bergegas menuju kamar, mengemas barang miliknya. Gadis itu dalam bahaya besar. Ia harus pergi dari sini memberi tahu putri Nyonya Rosa secepatnya. Alexandra Camorra tidak akan pernah selamat hidupnya, selama Tuan Antonio masih terus berkuasa. Elisa mencoba mengelabui para penjaga di luar, agar dapat keluar dari istana terkutuk ini!

***

Angela menciumi pipi kakaknya berkali-kali, membuat Alexandra terbangun dari tidur panjangnya semalam. Gadis itu membuka mata, kilau sinar matahari pagi menerangi kamarnya. Lalu tersenyum manis pada malaikat kecil di sampingnya.

"Hi sayang, kau sudah sarapan pagi?"

"Sudah! Zio Gabriel memasak sausages, omelettes dan french fries untukku. Aku makan banyak pagi ini!"

"Adikku pintar, kesayanganku!"

Tapi mata Angela Camorra tertumbuk pada lengan kakaknya sekarang. "It's okay sayang, aku terjatuh semalam hanya sedikit terluka. Sementara ini aku tak bisa menggendongmu sampai sembuh lagi," Alexandra beralasan. Adiknya tak perlu tahu apa yang ia kerjakan semalam. "No, biar aku saja yang menggendong putri nakal ini. Kita keluar dan biarkan kakakmu beristirahat dulu!" Suara pria tegas terdengar.

Gabriel Nostra ada di sini! Menatapnya dan mengacuhkan lagi. Pria itu meraih tubuh kecil Angela membawa keluar dari kamarnya. Oops! Ini bukan kamarnya, tapi kamar tamu mewah lainnya. Angela Camorra telah mengklaim kamarnya sendiri, diubah menjadi kamar yang cantik penuh mainan di dalamnya.

Gabriel Nostra terlalu memanjakan adiknya. Padahal mereka bukan siapa-siapa, tak ada hubungan kerabat dengan dirinya. Alexandra menyibak selimut tebal di atas tubuhnya. Sedikit sulit mengangkat lengan yang masih terluka, tapi dipaksakan juga. Ia terluka oleh orang yang membunuh kedua orang tuanya. Balas dendam terus ada di dalam jiwanya, sampai semua musuhnya dibenamkan dan diratakan ke dalam tanah.

Pintu kamar terbuka lebar. Bukan laki-laki sialan itu lagi masuk ke dalam ruangan, tapi pengasuh Elisa. "Morning Camorra!" Wanita paruh baya itu menyapanya. Alexandra terperangah, "Oh Elisa, kau ada di sini?" Berpelukan erat saling melepas rindu. Elisa terkejut melihat perban terbalut di lengan Alexandra.

"Aku tahu, siapa yang sudah membuat dirimu seperti ini!"

"Mengapa kau ada di sini sekarang, apa Zio Antonio mengancammu?"

"Nanti akan ku ceritakan semuanya padamu. Sekarang aku bantu kau ke kamar mandi dan berpakaian!"

Alexandra mengangguk, ia memang butuh bantuan. Dan Angela harus memiliki pengasuh selama ia bekerja dan kuliah. Jika perlu ia merayu pada sang mafia Gabriel Nostra, agar pengasuh Elisa bisa tinggal bersama mereka di puri ini.

***

Sekretaris Natasha begitu senang mendengar kabar, assistant Gabriel Nostra mendapat luka dalam akibat pertempuran semalam di Napoli. Ia bisa bebas mendekati sang mafia kejam, tapi royal padanya. Gaya hidup dirinya begitu tinggi, Gabriel Nostra bisa membantu memenuhinya. Dandanan cantik berlebihan menghiasi wajahnya. Rok ketat di atas pahanya dan kemeja dua kancing terbuka, menantang orang agar terus memandangnya.

Semua karyawan perusahaan telah tahu siapa sekretaris Natasha sebenarnya. Wanita itu sering bekerja di luar agenda tugasnya. Jika tidak sedang sibuk melayani Gabriel Nostra, maka target lain adalah koleganya.

Knock knock! Pintu ruang kerja pimpinan di buka. Natasha segera melangkah dengan pinggul melenggak lenggok menggoda di atas high heels-nya. "Morning Gabriel, kemarin kau lupakan sesuatu. Tuan Nikolaj menghubungimu lagi pagi ini, mengenai projects proposal yang belum kau setujui."

"Oh yeah, aku lupa, berikan berkasnya ke sini biar ku pelajari lagi!" ujar Gabriel di sela kesibukannya membalas email klien. Natasha berusaha mendekati sang mafia di kursi besar kekuasaannya. Meletakkan sebuah file di meja, tangan kirinya bermain di bahu sang mafia. Gabriel Nostra menatap sekretarisnya dalam-dalam, isi di dalam kemeja perempuan itu menarik perhatiannya.

Wanita Jalang! Apa dia pikir ruang kantorku ini, rumah bordil eh!

Tangan halus Natasha mengelus bahu dan dadanya. Gabriel tersenyum sinis. Sekretarisnya membutuhkan uang dari dirinya membeli sebuah mobil mewah dan menutupi tagihan credit card yang melampaui dari gajinya. Lalu menggodanya, menciumi pipi dan bibirnya dengan lembut. Gabriel mengetahui perlakuan semua itu juga sering diberikan Natasha pada seluruh koleganya.

Tiba-tiba terdengar suara mengagetkan keduanya. "Gabriel! Oh sorry aku tidak tahu, kalian sedang -------- " Alexandra langsung berbalik meninggalkan mereka berdua di ruangan. "Camorraaa!" Gabriel langsung berdiri memanggilnya, tapi gadis itu sudah pergi. Brengsek!

Natasha masih di sampingnya, terlihat senang gadis ingusan itu meninggalkan mereka berdua. Kedua tangan manjanya merangkul pinggang Gabriel Nostra. "Sayang, Tuan Nikolaj sedang menanti jawaban darimu. Mungkin aku bisa membantu dirinya menunggu, saat kita berdua selesai bermain?"

"You fucking shit! Get out of here!" Gabriel Nostra tidak pernah memarahi sekretarisnya sekejam ini.

Natasha diam menggigit jarinya, buru-buru pergi dari kantornya. Gara-gara Alexandra Camorra! Kedatangan dirinya mengacaukan rencananya. Bukankah seharusnya ia tidak ke kantor saat terluka? Tapi malah membuat sang mafia memakinya tanpa alasan! Keparat kau, Camorra! Gabriel Nostra sudah berubah, lambat laun menyingkirkan sekretarisnya. Kesempatan terakhir untuk Natasha, melenyapkan gadis itu sebelum peluang masa depannya makin menipis.

***

Usai menemui dosen Steven di kampus, Alexandra beristirahat di taman dan menikmati suasana pagi dengan rasa membingungkan. Seharusnya ia tidak datang ke kantor Gabriel Nostra. Dan menemukan sang mafia bersama sekretaris murahan sedang asyik bercumbu. Damn it, it's not my business! Itu urusan mereka berdua! Alexandra Camorra hanya bekerja pada penguasa Gabriel Nostra. Bukan mengurusi kehidupan pribadinya.

Tas punggungnya agak berat. Buku kuliah membebani bahunya, sementara lengan kirinya masih terluka. Tapi kini di depannya sudah berdiri lagi. Seseorang yang sedang dalam pikirannya tadi.

"Kenapa kau tidak berada di kantormu, Gabriel? Apa kau mendaftar sebagai mahasiswa di sini juga huh!"

"Kau bedebah kecil yang selama ini terus mengejekku, berani melawan perintahku!"

"Aku bebas tugas hari ini, dan pagi ini ke kampus menyiapkan skripsiku."

"Lalu mengapa tadi kau ke kantor eh?"

"Karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu, tentang pengasuh Elisa. Tapi yang aku lihat, kau sedang sibuk bersama sekretarismu!"

Gabriel meliriknya mencari sesuatu yang lain dari dalam diri gadis itu. Sikap Alexandra berubah saat menemukan sang mafia bersama Natasha. Sayang sekali gadis itu tidak melihat akhir adegan, di mana ia bisa saja melempar sekretarisnya ke luar kaca dari atas gedung miliknya. Gabriel menahan diri, masalah pribadi mereka harus di simpan rapat. Banyak hal lainnya yang akan terjadi menimpa Alexandra dan Angela Camorra.

"You fucking jealous!" Gabriel mengejeknya. "No way!" Alexandra langsung beranjak dari sisi pria brengsek itu. Tangannya di tahan kembali dan tas punggungnya di ambil alih. Mereka berhadapan terus berseteru.

"Lenganmu masih terluka, sebaiknya kita pulang dan kau istirahat kembali. Dokter Julian akan memeriksamu siang ini!"

"Aku bisa pulang sendiri, Gabriel!"

"Membiarkan dosenmu si Steven keparat menggoda assistants pribadiku lagi?"

"Whatttt? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya, dia hanya pembimbingku di kampus!"

"Membimbing dirimu sampai ke tempat tidurnya? Aku tahu bedebah itu sudah berkeluarga dan memacari mahasiswi demi kepuasan semata."

"Apa bedanya denganmu, huh!"

Gabriel tak mau menjawab. Tangan gadis itu ditarik dengan kesal. Semakin keduanya banyak bicara di taman kampus, semakin Gabriel ingin membungkam mulut kecilnya yang tajam.

French kissing or with Guillotine? Alat untuk memancung seseorang yang telah di vonis hukuman mati dengan cepat dan 'manusiawi' saat Revolusi Perancis terjadi. Gabriel berharap Alexandra memilih yang pertama!

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login