Gabriel meneruskan pekerjaannya di Puri Milano. Pengawal Romano datang membawa berkas penting dari kantor untuk dipelajari dan ditandatangani. Beberapa project proposal dari clients menunggu jawabannya. Investor asing siap bekerja sama dalam pengembangan business information dan technology di perusahaannya.
"Gabriel, kau yakin aman membawa gadis itu kembali ke Puri ini?" tanya Romano ingin tahu. Gabriel tertegun kemudian menghentikan ketikan di laptopnya. "What's going on, Romano?" tanyanya balik.
Wajah pengawalnya terlihat risau. "Aku temukan sesuatu tentang gadis itu, Gabriel! Alexandra itu tinggal di kediaman musuhmu, milik Tuan Antonio!"
Damn it! Gabriel mendesaknya lagi, "Apa Alexandra Camorra adalah putri Tuan Antonio?" Romano menggeleng. "Ia hanya putri tirinya. Nyonya Rosa menikahi Tuan Antonio, namun terbunuh tiga tahun lalu. Alexandra memiliki seorang adik perempuan, Angela Camorra. Tidak ada lagi anak lainnya dari pernikahan mereka."
"Oh! Sungguh malang nasib gadis itu. Tapi mengapa ia menjadi mesin pembunuh dan merampok logistik mafia lainnya?" Kedua tangan Gabriel bertautan menumpu dagunya. Otaknya bekerja keras menghubungkan peristiwa perampokan logistik miliknya dengan lainnya marak terjadi akhir-akhir ini.
"Kau harus tanyakan langsung padanya, Gabriel! Gadis itu memiliki insting kuat, kemampuannya memegang senjata dapat diandalkan. Aku rasa, ia belajar banyak di sana, melindungi diri berdua dengan adiknya!" Memang benar apa yang dikatakan oleh Romano, tangan kecil gadis itu begitu lihai dan cepat, menamparnya dua kali.
Alexandra memberontak di atas ranjangnya, tapi tenaganya tidak sebesar Gabriel Nostra. Dan ia harus bermain kasar, tidak tahu bahwa gadis itu tidak pernah disentuh pria mana pun juga. Lingkungan mafia memang diketahui penuh dengan kebrutalan dan kekejaman.
Namun Alexandra Camorra berusaha terus menjaga kesuciannya, sang mafia Gabriel Nostra-lah yang telah merampasnya dimalam mengenaskan itu. Pelayan Albert datang memberitahu gadis itu sudah terbangun dari tidur panjangnya. Dua hari Gabriel Nostra membiarkan terbaring di sana dan merawatnya. Langkahnya begitu panjang menuju ke kamar utama.
Alexandra Camorra terlihat cantik dan natural dibalik wajah pucatnya. Grrr__ Gabriel, sadarlah! Ia menghampiri, duduk di samping ranjangnya sendiri. Gadis itu tenggelam dalam selimut tebalnya. Punggung tangan Gabriel menyentuh di dahi memeriksa demamnya.
Ouch! Alexandra menepis keras tangannya, berbalik menatapnya tajam. "Jangan sentuh aku, bajingan!" Mata Gabriel melebar kesal. "Hei! Aku hanya memeriksa kau masih demam atau tidak, bagaimana bisa tahu jika tidak menyentuhmu!"
Sebuah kesalahpahaman terus berulang. "Lalu kenapa aku ada di kamarmu lagi? Berapa hari aku sudah berada di sini?" tanya Alexandra bingung. Ruangan ini jelas berbeda, bukan kamarnya seperti di kediaman Tuan Antonio.
Gabriel menjelaskan secara pelan-pelan. "Kau pingsan saat terakhir aku bertemu dirimu di kampus. Sudah dua hari kau juga menguasai ranjang milikku!" Alexandra terperangah langsung bangkit menyingkap selimut tebal, berlari cepat keluar dari kamar. "Oh shit! Angela sendirian di luar sana. Aku harus segera pulang!"
Ide yang buruk! "Hei Camorra!" Teriak Gabriel kencang. Belum sampai di depan pintu kamar, gadis itu terjatuh lemas. Gabriel lebih sigap sudah menangkapnya lebih dulu. "APA KAU TIDAK BISA MENGHENTIKAN KEBODOHANMU LAGI, CAMORRA?" kecamnya keras. Gadis menjengkelkan!
Alexandra membalasnya, "Aku benci kau!" Gabriel tak peduli. "Bencilah aku sesuka hatimu! Semua ini berawal dari ulahmu, aku ini bukan perawatmu. Kau menyusahkan hidupmu sendiri dan orang lain!" Alexandra memalingkan wajah darinya, tubuhnya dibawa di atas ranjang milik Gabriel Nostra lagi.
Kapan ia bisa keluar dari tempat yang telah menghancurkan masa depannya. Seharusnya ia lebih kuat untuk membalas dendam. Bukan terpuruk di kamar sang mafiosi Sisilia. Air mata pun tumpah, ia tak pernah lagi menangis sejak kematian ibunya. Dan kini merindukan semuanya. Papa Daniel, Mamma Sara dan Angela Camorra!
Helaan nafas keras Gabriel terdengar seperti putus asa atau kesal melihat Alexandra Camorra terus berbaring tak berdaya. Kedua tangannya menyapu keras di atas rambutnya. Bedebah mungil ini tak pantas menjadi gangster!
Gadis ini lebih layak menjadi kekasih seorang mafia. Pikiran Gabriel Nostra melalang buana, tak tentu arah. Arghh! Pria itu akhirnya meninggalkan Alexandra sendirian di kamarnya lagi. Berbalik menuju ruang kerjanya. Romano masih duduk menikmati cerutunya.
"Mengapa kau tak kembali ke kantor?" tanyanya sebal. Pengawalnya menjawab santai. "Aku menunggu perintahmu selanjutnya, dan menikmati hiburan beberapa hari ini antara kau dan Camorra!"
"Sialan kau! Jika saja Zio Luigi DiMaggio tidak mengirim kau sebagai pengawalku, sudah dari jauh hari aku menghabisi dirimu!" Gabriel kembali duduk di kursi kekuasaannya.
Romano terus berbicara, "Gabriel, kau tidak perlu punya seorang atau seribu pengawal. Kau terlalu kuat untuk dirimu sendiri! Sejak orang tuamu tewas kecelakaan pesawat. Aku dan Zio Luigi DiMaggio membangun kembali perusahaan ini. Sayangnya adik ayahmu itu tidak memiliki karisma seperti dirimu sekarang!"
"Maksudmu?" Gabriel merasa Romano seperti menutupi sesuatu darinya. "Keluarganya berantakan, dan bisnis Luigi DiMaggio mulai tenggelam. Pesta dansa kemarin hanya kamuflase belaka. Seakan pamanmu masih jaya, padahal tak lama lagi pasti terkubur dalam kebodohannya!"
Gabriel menyalakan cigarette, duduk menyimak di kursi besarnya. Di seberang meja kerja, Romano melanjutkan cerita. "Zio Luigi DiMaggio terlibat terlalu jauh, ikut menyerang dan merampas wilayah kerja mafia lainnya. Aku mengingatkan dan menasihati, tapi sia-sia. Tinggal kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan atau melenyapkannya, sebelum perang terbuka terjadi antar mafia."
Merde! Masalahnya kini bukan berkurang, tapi malah makin bertambah. Logistik milik Gabriel Nostra yang dicuri oleh Alexandra Camorra berpindah jauh dan siap dikapalkan ke Perancis Selatan. Gadis itu bukan pelaku tunggal, pemain besar ada di belakangnya.
Tuan Antonio, ayah tiri Camorra tidak berada di Italia saat ini. Tapi musuh bebuyutan itu sering mengincar logistik mafiosi lainnya. Atau musuhnya sengaja menutupi jejak. Business trip sebagai alibinya, sementara perampokan tetap berjalan tetap di bawah kendalinya.
"Romano, cari tahu riwayat perjalanan Tuan Antonio. Cross check dengan lokasi dan waktu kejadian perampokan logistik para kolega kita!" seru Gabriel lantang. Romano mengangguk, "I got it!"
***
Di kediaman Tuan Antonio
Angela Camorra begitu ketakutan bersembunyi dibalik tubuh pengasuh Elisa. Tuan Antonio tiba-tiba datang dengan penuh emosi menanyakan keberadaan Alexandra. "Di mana wanita jalang itu? Ia pasti telah melarikan diri seperti ibunya. Like a mother, like a daughter!"
Elisa berusaha menenangkan. "Maafkan aku, Tuan. Nona Camorra sedang bermalam di rumah kawannya mengerjakan tugas kuliahnya." Tuan Antonio tidak percaya. "Kau berbohong Elisa! Selalu saja terus melindungi putri Rosa, kau pikir aku tidak tahu kemana saja Camorra selama ini!"
Pengasuh Elisa tertunduk sambil memeluk anak kecil yang berdiri rapat dengannya. Sebuah suara mengejutkan mereka semua. Alexandra ada di sini sekarang, memasuki kamarnya. "Selamat malam Zio Antonio, maaf aku pulang terlambat!"
Ayah tirinya langsung menghardiknya. "Dari mana saja kau, bedebah? Aku tahu apa yang kau lakukan di rumah Gabriel Nostra. Menjual informasi dan tubuhmu sendiri kepada bajingan itu! Kau datang ke pesta kolegaku Luigi DiMaggio, lalu menggoda keponakannya huh?"
"Oh tidak, kau salah sangka, Zio Antonio! Aku datang mewakili dirimu, atas perintahmu. Aku tidak mengenal siapa Gabriel Nostra sebelumnya, tapi ternyata ia sudah mengetahui siapa perampok logistik miliknya." Alexandra berusaha menjelaskan.
Tapi Tuan Antonio tidak mau mendengar alasannya. "Kau bodoh! Aku pikir bisa mendidik dirimu menggantikan posisiku saat di luar negeri. Ternyata kau mengumpankan dirimu sendiri pada musuhku!"
Alexandra merasa posisinya serba salah, semua tidak menguntungkan baginya. Ia tidak bisa mengelak, membuat alasan macam-macam lagi. "Aa-aku tidak tahu, maafkan aku!"
Tuan Antonio langsung mengambil sikap keras. "Besok pagi kau angkat kaki dari istana ini, bawa serta adikmu dan apa saja milikmu. Aku tak punya lagi ikatan apa pun denganmu, sejak Rosa tewas tiga tahun lalu!"
DEG! Akhirnya mereka pun harus pergi. Alexandra harus menerima keputusan itu. "Baiklah, Zio Antonio. Terima kasih atas kebaikanmu, merawat dan menjaga kami berdua setelah mamma tiada. Maafkan atas kesalahanku sebelumnya!"
Tuan Antonio membuang muka, ketakutan melihat wajah sedih kedua putri Rosaelia. Ia tak ingin menahan lebih lama tinggal di kediamannya. Alexandra Camorra menjadi gadis yang cukup berbahaya yang ia didik selama ini, caranya melenyapkan dengan menjauhkan dirinya dari istananya lebih dulu.
Tangis Angela Camorra pecah saat memeluk kakaknya. Gadis kecil ini rindu kasih sayang kedua orang tuanya. Elisa tidak bisa berbuat apa-apa. Tangis sedihnya menggema, ia tidak rela harus melepas mereka yang belum benar-benar dewasa. "Alexandra, kau akan tinggal di mana?"
Gelengan kepala kuat Alexandra semakin membuat Elisa terisak. "Aku belum tahu. Ada tabungan sedikit dari kerjaku selama ini membantu Zio Antonio. Dan nanti aku bisa mencari pekerjaan paruh waktu, membiayai hidup kami berdua selanjutnya."
Elisa terkejut mendengar rencananya. "Bagaimana dengan kuliahmu? Siapa yang akan menjaga adikmu, jika kau bekerja nanti?" Alexandra berusaha tersenyum dalam kepahitan. "Akan aku pikirkan nanti. Sebaiknya kita beristirahat, aku secepatnya berkemas setelah Angela tertidur."
Pengasuh Elisa mengangguk, kemudian menutup pintu kamarnya. Tangisnya semakin tak tertahan lagi. Tak ada keadilan di dunia ini bagi kedua anak tersebut. Sangat menyedihkan!
***
Pagi ini Gabriel tak menemukan gadis itu berada di kamarnya lagi. Semalaman ia pergi bersama Romano, mencari jejak tentang logistik mereka. Dasar Camorra Brengsek! Pelayan Albert memberitahu gadis itu pulang semalam, setelah Tuan Muda Gabriel Nostra meninggalkan puri.
"Romano, kau ikut denganku!"
"What the hell! Kita baru sampai dan harus pergi lagi?"
"Berisik kau!"
Mereka segera keluar puri Milano mencari gadis itu. Informan Romano mengatakan semalam Tuan Antonio kembali ke istananya. Dan pagi ini melihat gadis itu keluar bersama adiknya, membawa dua bagasi di tangannya. Akhirnya Gabriel memutuskan menuju ke kampusnya, ia tahu jadwal kuliahnya, semua tentang Alexandra.
Dua puluh menit perjalanan, mereka pun tiba di sana. Romano berjaga-jaga di sekitar taman kampus. Gabriel berjalan cepat sambil menahan emosi. Gadis itu pergi lagi dari puri tanpa sepengetahuannya!
Pandangannya tertuju pada dua bagasi di dekat kursi taman. Duduk seorang anak kecil cantik, mengayunkan kakinya dengan gembira. Di mana keparat Camorra? Gabriel geram, kenapa gadis itu berani meninggalkan adiknya sendirian. Ia pun duduk di samping menemaninya.
"Hi pretty girl! Kau terlihat senang pagi ini. Di mana kakakmu, Alexandra?"
"Di sana! Aku ingin minum dan kakakku sedang pergi membeli sesuatu untukku!"
"Apa kau ingin pergi jauh dengan membawa tas seberat itu?"
"Aku mau pindah, tinggal berdua dengan kakakku saja. Semalam kakak di marahi oleh Zio Anto------"
Kalimat anak kecil itu belum selesai ketika Alexandra memperingatkannya karena terlalu polos bercerita. "Angela, kau tidak boleh berbicara dengan orang asing!" Gabriel balik menatapnya begitu tajam. "Bagaimana bisa kau tinggalkan adikmu sendiri di sini. Aku mungkin orang asing baginya, tapi pernah di rampok oleh kakaknya! Ada kejadian apa kau dengan Tuan Antonio?"
"Bukan urusanmu!" ketus Alexandra. Gabriel bertambah geram. "Brengsek! Kau berhutang jutaan Euro padaku, dan tak akan aku biarkan kau melarikan diri kemana pun juga!" Gabriel Nostra tidak main-main dengan kata-katanya. Alexandra merasa telah lolos dari belitan anaconda, tapi kini ia berada dalam terkaman seekor singa.
Pria itu mengajak Angela berbicara, keduanya sedang tertawa gembira. Gabriel mengajak ke sebuah restoran kesukaan Angela di sana. Wajah Alexandra tidak senang, "Gabriel, jangan coba-coba mencampuri urusanku!" Angela digendong tanpa ijin darinya lagi. Pengawal Romano ikut membantu meletakkan dua bagasi di belakang mobil.
"Kau cemburu karena aku bisa menarik perhatian adikmu huh!" Gabriel memberi perintah terakhir sebelum mereka beranjak dari taman kampus. "Tinggallah kalian berdua di puri Milano, sampai hutangmu lunas!" Mata gadis itu membelalak. "Oh shit, kau menjebakku!"
Sang mafia muda pun tertawa. Wajah gadis itu merah padam, membencinya. Hanya Angela saja yang merasakan aman dan nyaman bersama Gabriel Nostra. Namun Alexandra yang belum bisa membuka pikirannya.
Kau mungkin bisa merampok hatiku, di suatu hari nanti!
***