Chapter 174: Papaku?

Ada saat di mana kamu harus mengatakan hal yang sangat pasti. Semisal berjalan dengan seseorang yang kamu sayangi maka harus lebih berhati-hati. Ada begitu banyak orang yang mengincar posisimu jika pasangan di sampingmu jauh lebih baik dari harapan mereka.

Aku tak mengerti kenapa, hanya saja daring membuatku sangat boring. Lebih lagi hanya berdua dengan Mama, agak canggung juga. Ingin berjalan dengan kak Jae aku sudah ketar-ketir, takut jika di luar sana banyak yang lebih cantik dariku ini.

"Kenapa buat klappertaart? Bukannya kamu nggak begitu suka kelapa?" Mama bertanya usai menyeterika setumpuk pakaian.

Maklum, kalau daring begini anaknya sok sibuk. Bisa masak jajanan tapi tidak untuk menyeterika pakaian, hebat bukan?

"Pengen aja, aku tadi buat banyak banget di kulkas. Ada juga yang masih panas du microwave, kalau Mama pengen langsung makan aja. Sisain buat adek tapi ya," celotehku yang agak malas berhenti.