"Joo, belum berangkat ya?" tanyaku sembari membuka pintu kamarnya perlahan.
Setelah membuat keputusan yang sangat bijak maka saat ini harusnya segera tidur meski aku tak yakin apakah bisa melakukannya. Jason sudah dibawa Anggita tadi jadi meski agak khawatir aku bisa ngurangin sedikit beban yang ada di pundaknya ini. Tadi saat aku bangun pagi, Joo bilang sedang tak enak badan, makanya kuminta agar dia tidur saja dan sisanya akan Doni yang mengurusnya.
Namun, Suamiku bilang kalau sudah jam delapan aku harus membangunkan, tapi kening Joo saja sepanas ini. Mana mungkin aku setega itu membiarkan mas suami bekerja? Lagian kalau absen satu hari tak akan membuatnya tak bisa makan esok hari kok, Joo bukan ayahku yang dulu. Kehidupannya yang kini pun sudah banyak berubah dan aku yakin bahwa segalanya masih bisa dikendalikan.
"By? Bisa telepon Raisa aja nggak, aku nggak tahu kenapa bisa pusing banget kayak gini," pinta Joo dengan nada rendah.