... sampai kamu benar-benar bisa percaya aku akan mengimbangi diam-diam di belakang, okey?" Bisikan lembutnya dengan cengiran tanpa dosa.
Ah sial, Jae, daddy-mu ini ... kenapa kelihatan sungguh-sungguh selama beberapa bulan ini? Andai saja dia tahu, kalau aku percaya sepenuhnya hanya merasa takut jika Astrid akan kembali menggodanya. Tapi Joo tiada mungkin akan melakukannya, kepekaan bisa saja mendadak tiba tapi sifat masa bodohnya lebih mendominasi tentunya.
"Hem, makasih karena sudah pengertian," balasku.
Semangat sih sudah ada, eh tapi nggak jadi juga ujung-ujungnya. Ego lebih mendasari ucapan dari pada logika dan kenyataan, aku juga tak mungkin bisa memaksakan kehendak. Tersenyum tipis, aku berpamitan pada Joo karena harus membersihkan kamar kami lebih dulu supaya Jae bisa tidur nyenyak.