Langit sore hari ini terlihat berwarna jingga keunguan. Tiga hari dari awal tahun baru akan berakhir dengan cepat. Minggu di hari kali ini sudah akan melewati waktu petang. Keadaan di rumah keluarga Haikal sekarang terlihat santai. Papa terlihat berada di kamarnya sedang menonton televisi yang ada di dalam kamar utama. Sedangkan Vanka sedang ada di dalam kamarnya, dirinya sedang online di notebook miliknya.
Mama dan Syika memiliki waktu longgar untuk bisa membangunkan Lisya yang sampai jam lima sore ini belum juga bangun. Rupanya dia memang sangat kelelahan, hingga lupa waktu. Karenanya Mama dan Syika sekarang sedang berada di pantry. Menyiapkan makanan yang tadinya dibeli via drive thru di atas piring, dengan coke miliknya, kentang dan sepiring berisi martabak manis tiga biji untuk Lisya makan sesudah mereka berencana membangunkan Lisya yang masih tertidur di dalam kamarnya.
Saat itu Mama dan Syika membagi tugas membawa nampan. Mereka sama-sama membawa nampan yang di atasnya sudah banyak terdapat jenis-jenis makanan untuk Lisya. Dan mereka pun beriringan menaiki tangga menuju ke lantai atas ke kamar Lisya. Sesampainya di depan kamar Lisya, Syika pun membuka kenop pintu kamar Kakaknya itu. Dan akhirnya dia dan Mama sudah berada di dalam kamar Lisya lengkap dengan nampan berisi makanan untuk Lisya makan, yang mereka taruh tepat di atas meja belajar Lisya.
Dari apa yang dilihat oleh keduanya, Lisya sedang tertidur dengan menggunakan selimut tebal yang membungkusnya dengan Ac yang menyala di kamarnya. Dia tidur dengan membelakangi arah Mama dan Syika yang sedang berdiri menatap Lisya kasihan karena dia sedang kelelahan dengan keadaannya.
Mau tidak mau, Mama pun terkesiap membangunkan Lisya. Dia pun duduk di pinggir kasur untuk membangunkan Lisya. Mulai menggenggam lengan Lisya dan memanggilnya agar Lisya bisa bangun dari tidurnya. Dengan membutuhkan waktu selama kurang lebih lima menit akhirnya Lisya pun bangun juga.
Dia kemudian melihat kearah Mama dan Syika. Dengan merasa tidurnya sudah cukup itu, dia langsung beranjak duduk dan langsung meregangkan tangannya. Sayup-sayup dia mendengar suara Mama mengajaknya bicara. Namun yang dia butuhkan adalah agar dia bisa mengumpulkan ion nya kembali agar bisa fokus dengan sekitarnya.
"Nak,, Mama sama Syika bangunin kamu. Tadi semua nyariin kamu yang nggak ikut makan siang. Gimana tidurmu? Apa kamu sudah pulih dan nggak merasa ngantuk lagi?" ujar Mama dengan melihat anak perempuannya itu masih belum bisa memberi jawaban.
Mengerti itu, Mama pun refleks menyuruh Syika untuk membawakan segelas air dingin agar Lisya bisa kembali kesadarannya. Dan Syika pun memberikan gelas itu ke Mama yang langsung memberikan ke Lisya, menyuruh agar dia langsung meminumnya. Seteguk demi seteguk air dingin itu diminum Lisya sampai akhirnya dia pun sudah menandaskan air minum itu dan kemudian mengucapkan terimakasih kepada Mama dan Syika yang berbaik hati kepadanya sekarang ini.
"Makasi banyak Mah, Syika sudah bangunin Lisya. Keadaan Lisya sudah agak baikan kok Mah. Sudah sekitar hampir lima jam Lisya tidur nyenyak. Untung aja Mama sama Syika beneran bangunin Lisya, kalau nggak mungkin Lisya bangunnya pas malam. Oh iya, Lisya laper banget Mah," ucap Lisya mengatakan keadaannya dan meminta untuk makan karena dia lapar saat bangun tidur.
"Iya, Mama sudah bawain kamu fast food tadinya. Mama tadi juga beli martabak manis. Yuk kamu bangun dulu dari kasurmu. Mama nyiapin makanan kamu di atas meja belajar," pinta Mama menopang berdirinya Lisya sehingga dia sekarang sudah berjalan menuju ke kursi belajarnya dan sesegera memakan makanan yang dibawakan oleh Mama dan Syika.
"Maaf ngerepotin kalian semua, susah-susah bawain nampan makanan ke dalam kamarku. Oh iya, apa tadi Vanka ikut serta makan siang? Apa dia tidak tanya kenapa aku tertidur lelap dan tidak ikut kalian semuanya makan?" Lisya menyinggung Vanka yang dirinya tidak tau sama sekali jika Vanka tadi pagi menguping pembicaraan Lisya dan Vanka. Perbincangan mengarah ke alasan Lisya tidak bisa tidur semalam.
"Nggak kok, tapi tadi dia ikut kita semua kumpul-kumpul di ruang santai. Dan awal perbincangannya itu aku yang bilang kalau Kakak kasian. Papa tanya apa yang dipikirkan Kak Lisya. Dan Vanka juga nyimak waktu itu. Papa cerita kalau Kak Lisya mau masuk ke akademi penyanyi. Cuman tadi Vanka nggak sengaja tanya kenapa kok Kak Lisya masuk ke akademi penyanyi," jelas Syika yang barusaja duduk di atas karpet yang ada di kamar Lisya. Berserta Mama pula yang duduk di atas kasur Lisya.
"Oh, jadi Papa sudah cerita ke Vanka kalau aku mau ikut akademi penyanyi? Ya memang dia nggak harus tau apa alasan Kak Lisya ikut akademi penyanyi. Lagian kan Kakak terpaksa ambil jalan itu karena keputusan semua anggota keluarga berumur," kata Lisya yang saat itu berbicara, dan dia pun meminta waktu beberapa saja untuk makan dan dia berkata jika dia ingin ditemani dengan kedua orang di keluarganya yang dia sayang hanya sekedar untuk menemani waktu luangnya di malam ini.
"Kalian mau menemani aku makan sebentar? Aku nggak mau kalian ninggalin aku sendirian. Malam tahun baruku menurutku sangat bobrok. Dan aku butuh orang terdekatku untuk menemaniku," pinta Lisya.
"Iya, Mama sama Syika nungguin kamu kok. Mama sama Syika sebenarnya malas kalau harus ketemu sama Vanka. Karena dia tadi sempat ajak ngobrol kenapa kok kamu mau masuk akademi penyanyi, jadinya Mama agak sensitif aja. Kok bisa dia tanya hal yang arahnya malah bicarain masalah kalian berdua," Mama menjawab jika keberadaannya di kamar Lisya karena dia malas jika bertemu dengan Vanka.
"Jadi gitu. Lisya juga nggak bisa bicara banyak ke Vanka kalau dia masih tanya tentang jadi-jadian kita nyuruh Vanka pulang dari belanjanya di Mall sebelum malam natal. Ditambah Lisya yang sudah tau keputusan keluarga berumur. Itu buat Lisya jadi pusing," ucap Lisya yang menyatakan jika dia juga tidak bisa ada di posisi di mana harus menghadapi Vanka jika dia bertanya beberapa hal tentang masalah ini.
"Mama juga jadi nggak enak tau keinginan kamu. Kita lagi dikeadaan kalau sebenarnya kita sendiri yang bisa berusaha untuk apa yang bisa terjadi nantinya," ujar Mama merasa tak enak hati dengan keadaan anak sulung perempuannya, Lisya.
"Lisya memang terlalu berharap buat keadaan Lisya yang bahagia dia akhirnya. Jadi, gimana ya Mah biar kita bisa kasih tau Vanka lewat telepati kalau sebenarnya semua keluarga itu nggak suka sama Vanka? Iya, kalau Lisya nyuruh semua anggota keluarga berumur buat kasih tau Vanka kalau dia harus mengalah demi aku. Lisya pastinya ngerasa bersalah, Mah. Vanka pun kayaknya akan susah untuk nerima semua kenyataannya," Lisya kali ini memperumpamakan kalau-kalau dia mengambil tindakan tangkas.
"Oh, iya. Mah. Kemarin hari kedua kita lagi liburan dan jaga penginapan di mana kita semua ada di pendopo masing-masing. Ternyata Vanka bawa buku journal yang dibeliin sama Adimas buat Kak Lisya. Kan Mama sudah kasih ke Vanka beberapa waktu sebelum liburan, gara-gara Kak Lisya yang sengaja kasih itu ke Vanka. Dan kayaknya pas itu Vanka baru tau isi post card mini yang ditulis sama Kak Lisya, Mah," ucap Syika yang bercerita akan Vanka yang sudah tau isi dari mini post card yang ditulis Kak Lisya.
"Apa dia baru sadar kalau di dalamnya ada mini post card itu? Terus kamu gimana pas lihat Vanka lagi baca mini post card itu? Apa dia nggak tanya siapa yang nulis dan apa arti dari tulisan di mini post card itu?" tanya Mama yang menebak jika Vanka tidak akan menggubris isi tulisan penuh tanda tanya itu. Karena sebuah tulisan itu punya arti dengan masalah dia dengan Lisya. Sepertinya Mama sudah menebak jika Vanka tidak akan mengambil jalan dengan mencoba mengambil tindakan demi menyelesaikan semuanya.
"Nggak Mah, Vanka pun kayaknya nggak kasih liat kalau dia penasaran sama isi mini post card itu. Yang aku tau saat itu Vanka hanya menyimpan mini post card itu di dompetnya. Apa benar kalau Vanka beneran nggak mau ambil tindakan awal? Apa susahnya dia tanya tentang semuanya yang dia sudah tau sebelumnya?" ucapan Syika kala itu memang membekas di benak Mama dan Kak Lisya. Mereka tidak akan menyangka bagaimana dengan keadaan seterusnya jika Vanka sendiri ketakutan untuk bisa memecahkan teka-teki masalahnya dengan Kak Lisya. Bisa-bisa dia mendekam terus menjadi bagian dari keluarga.
"Mama sudah bisa tebak kalau Vanka akan pesimis dengan masalahnya ini. Dia tidak mau juga mengungkapkan perasaannya saat ini ke kita semua. Karena dia tau konsekuensinya mungkin baginya buruk. Dia sudah mendengar jika dia tidak diharapkan, dan karena itu dia tau apa yang akan terjadi jika dia yang mau berbicara awal mengenai semuanya," ucap Mama yang merasa pesimis jika Vanka juga mengambil pilihan dengan tidak bereaksi sama sekali mengenai masalahnya ini.
"Lisya mau jujur. Kalau Lisya cuman mau Vanka nggak ganggu Lisya aja. Tapi kenyataannya Lisya tau masalah ini bukan hanya sekedar Vanka ganggu Lisya aja. Ternyata masalah antara Lisya sama Vanka buat emosi di masing-masing anggota keluarga. Semuanya sadar jika selama ini masalah Lisya sama Vanka adalah tentang harga diri keluarga juga. Gara-gara semua ada di pihak Lisya, dan karena Vanka selalu yang dinilai salah. Tapi, kita semua nggak bisa bilang ke Vanka alasan pastinya apa," ujar Lisya dengan perasaannya yang tidak menentu kalau sampai kapan pun keluarga tidak akan mengatakan apapun ke Vanka. Karena mereka belum siap.
"Iya, nak. Makanya Mama itu ngerasa bersalah juga ke kamu. Kesalahan semuanya yang memang suka dari dulu nggak nyalahin kamu, Lisya. Kenapa juga selama ini semua keluarga ngerasa sakit hati sama keadaan kalau keluarga kita bawa-bawa Vanka awalnya karena alasannya hanya agar dia mau mengalah demi kamu, Lisya? Mereka ngerasa kalau harus ngerepotin Vanka kalau dia tau masalahnya apa dan juga perubahannya kalau sampai dia ngerasa mengasihani dirinya," ucap Mama yang sama-sama merasakan apa yang selama ini dirasakan olehnya sebagai anggota keluarga ini.
"Kalau Vanka nanti berubah jadi anak yang mengasihani dirinya, Lisya sudah bisa maklumin. Yang buat Lisya kebeban itu kalau nanti memang Vanka bukan yang awal mau ajak bicara tentang masalah ini. Bisa-bisa kita semua yang cari cara gimana ngejelasin ke Vanka kalau dia sebenarnya jadi anggota keluarga ini hanya karena semuanya mau dia tau kalau kita selama ini menyalahkan Vanka. Dan semuanya mengira kalau aku yang nggak salah. Jadi, apa yang pertama kali kita lakuin kalau nantinya juga harus ngaku ke Vanka? Dia cuman tau kalau dia ganggu aku aja, dan bukan lainnya," kata Lisya yang masih kebingungan bagaimana jika benar kalau Vanka tidak mencari penjelasan atas masalah mereka berdua.
"Kita masih belum ngebicarain keseluruhan gimana juga buat kedepannya. Lebih baik kita bicarain lagi besok pagi, gimana? Kayaknya lebih baik kita lanjutin besok pagi aja. Nanti Mama bangunin kamu lagi jam enam pagi. Dan ajak si Syika juga. Kamu kasian belum mulai makan sudah diajak bicarain masalah Vanka," ujar Mama menyuruh Lisya untuk langsung makan. Karena pembicaraan mereka dimulai saat Lisya bertanya bagaimana tadi Vanka saat makan siang tanpa dirinya dan mengarah ke arah yang tidak-tidak.
"Ya sudah, Mah. Lisya makan dulu ya. Tapi Mama jangan kemana-mana dulu ya, soalnya Lisya juga mau cerita ke Mama sesuatu. Bukan masalah Vanka, tapi tentang Adimas. Kemarin malam Lisya kirim pesan ke Mama, mau bicarain Adimas. Syika kalau mau keluar, duluan aja. Pastinya nanti kamu dicariin sama Vanka," ujar Lisya yang mengatakan jika dia masih butuh Mama untuk berbicara mengenai Adimas.
"Oh. Oke. Mama tunggu kamu selesai makan. Syika juga keluarnya nanti aja kalau kamu sudah selesai makan, sekalian dia bawain nampan sama piring sisa kamu makan," kata Mama yang mengatakan jika Syika akan keluar sampai Lisya sudah selesai makan. Jadi dia bisa bawa keluar nampan agar tidak mengotori kamar Lisya.
"Oke, Lisya makan duluan ya. Makasi buat Mama sama Syika," kata Lisya yang tanpa banyak kata langsung menyantap makanan yang dibawa oleh kedua orang tersayang di keluarga intinya itu.
Lisya pun selesai makan kurang lebih selama dua pulih menit lamanya, tanpa menyantap martabak manis. Karena perutnya sudah kenyang. Setelah itu tidak lupa pula Syika bersiap-siap membawa nampan bekas makan Lisya keluar dari dalam kamar itu. Saat itu Syika berhasil keluar dari dalam kamar Lisya tanpa sepengatahuan Vanka yang sepertinya masih di dalam kamarnya setelah dia barusaja selesai berkumpul setelah makan siang. Dengan itupun Syika bisa lebih leluasa dengan membawa nampan itu ke lantai dasar.
Sedangkan di dalam kamar Lisya yang dia barusaja selesai mencuci tangannya di wastafel di dalam akamr mandi dalam kamarnya itu. Dia melihat Mamanya yang saat itu sepertinya mulai bertanya mengenai Lisya yang ingin bicara mengenai Adimas.
"Kamu, mau tanya apa tentang Adimas, Lisya? Apa ada masalah diantara kalian berdua?" tanya Mama. Saat itu pembicaraan pun masih dilanjutkan. Karena Lisya pun masih bertanya-tanya ke Mamanya mengenai apakah Adimas perlu tau tentang rahasia keluarganya mengenai Vanka. Dia ingin bertanya itu, karena dia tidak mau sewaktu-waktu Adimas mengetahui apa yang sedang menjadi permasalahan antara dia dan Vanka di kemudian hari. Dan itu juga salah satu alasan kenapa Lisya nggak bisa tidur kemarin malamnya.
Masih di Kamar Lisya, Mama sedang mengajak Lisya berbicara. Atas pinta Lisya yang menyuruh Mama untuk tinggal sebentar di dalam kamar setelah Mama dan Syika membawakan dirinya makanan yang seharusnya dimakannya sejak siang harinya. Ternyata Lisya mengajak bicara Mama tentang Adimas. Dimana dia bertanya itu sesuai dengan pemikirannya kemarin malam saat masih ada di penginapan.
Sebelumnya di malam itu Lisya sedang berbicara via telefon dengan Adimas. Dia bercerita mengapa liburannya itu baginya menyedihkan. Yaitu mengenai diskusi Lisya dengan banyak anggota keluarga berumur. Di mana semua keluarga tidak akan menyelesaikan masalah dia dengan Vanka dalam waktu dekat ini. Mereka menunggu sampai semua sedang berada di umur yang tepat.
Tapi saat itu, Lisya hampir saja menjelaskan mengenai rahasia tentang keluarganya. Yang ternyata menganggap Vanka sebagai sanak keluarga mereka yang selama ini sudah disalahkan. Dan bagaimana semua keluarganya tidak ingin mengajak Vanka berbicara karena semuanya masih gengsi untuk bisa membuka tabib permasalahannya. Dan saat Mama sudah bertanya ke Lisya apa yang akan dia bicarakan tentang Adimas itu, akhirnya Lisya pun buka suara. Dia mau Mamanya memberikannya sedikit saran, apakah Adimas perlu tau tentang semuanya itu.
"Jadi, Mah. Lisya kemarin malam itu susah tidur soalnya Lisya baru aja telefon sama Adimas. Lisya cerita beberapa hal tentang diskusi keluarga tetua sama Lisya kalau mereka mau membiarkan masalah Lisya sama Vanka sampai semua sudah cukup umur. Lisya nggak bisa bilang kenapa alasan lengkapnya ke Adimas kenapa kok semuanya nunggu aku sama Vanka cukup umur. Padahal kan Mama tau alasannya itu nyinggung kesalahan Lisya juga, Mah. Jadi Lisya itu bingung apa harus Lisya ajak bicara Adimas tentang itu semuanya," jelas Lisya. Dia menginginkan Mamanya mau untuk membantunya atas dia yang mau bicara ke Adimas mengenai apa sebenarnya masalah dia dengan Vanka ke sahabat lelakinya, Adimas.
"Jadi kamu bingung apa Adimas perlu tau tentang keseluruhan cerita kamu dengan Vanka? Mama sebenarnya mau kasih tau ke kamu, Lisya. Adimas itu anak teman bisnis Papa. Dan keluarganya tau masalah kamu dengan Vanka. Tapi ya, mereka nggak tau sedetailnya seperti apa. Yang mereka tau hanya sebatas masalah kalau Vanka dilahirkan karena ada politik keluarga. Yang lebih kearah karena kelahirannya membantu bisnis Papa. Sebagai keluarga besar Natawijaya. Kita tau kalau kelahiran Vanka itu ada karena perjanjian keluarga. Dan keluarga Adimas adalah salah satunya yang tau tentang hal itu," kata Mama yang saat itu mengingatkan Lisya. Iya saat dia dulunya berumur masih lima tahun, Lisya sudah mengetahui itu semuanya dari Mama dan Papa. Dia tidak tau apa saja bagian penting dari kabar itu, karena dia masih kecil. Apalagi saat dia harus kembali memikirkan itu semuanya.
"Lisya masih terlalu kecil, Mah. Dan nggak terlalu ngeh juga pas waktu itu. Mama hanya bilang ke Lisya kalau Adimas adalah sahabat Lisya yang harus dekat sama Lisya. Dan Lisya juga dekat sudah hampir tujuh tahun. Dia sudah banyak dengar cerita tentang Vanka dari aku, Mah. Tapi, Lisya nggak pernah cerita apa sebenarnya yang terjadi antara keluarga dengan Vanka. Kalau Lisya boleh tau Mah, memangnya selain Vanka punya masalah dengan Lisya. Apa lagi masalah Vanka sama bisnis keluarga?" tanya Lisya, dia kelupaan dengan cerita mengenai kelahiran Vanka dengan bisnis Papa.
"Hubungan Vanka dengan bisnis yang Papa jalani itu ada pada perjanjian kontraknya. Papa menandatangani perjanjian yang di perjanjian itu diharuskan melahirkan Vanka. Bisnis keluarga sesuai dengan perjanjian atas kelahiran Vanka berhubungan dengan hak kepemilikan penuh terhadap projek bernama 'Kipratekar'. Projek ini sendiri bergerak di bidang optimalisasi tingkat pendaya gunaan kerja sama pemikiran. Dan Papa adalah salah satu petinggi jabatan projek ini," ujar Mama memberi kabar secara tidak lengkap kepada Lisya. Dia masih saja bertanya-tanya apa maksud projek perjanjian 'Kipratekar' itu dengan kelahiran Vanka. Dia ingin bertanya ke Mama mengenai hal itu, dan tentu saja dia tidak ingin ketinggalan sedikit pun kabar penting itu.
"Lalu apa sebenarnya maksud dari kelahiran Vanka dengan perjanjian kontrak 'Kipratekar'? Apa maksud projek itu ada maksudnya dengan apa yang selama ini sudah kita ketahui dari Papa? Kalau Papa selama ini sudah mengalah dengan keberadaan Vanka di keluarga ini, Papa tidak bisa leluasa dengan keberadaan Lisya? Padahal semua keluarga merasakan itu juga. Tapi apa projek 'Kipratekar' itu, Mah? Kenapa Papa bela-belain ambil perjanjian itu?" tanya Lisya. Dia merasa perjanjian itu penting sampai-sampai semuanya merelakan melahirkan seorang anak yang dikatakan akan punya masalah dengan Lisya.
Sebenarnya Lisya sudah mengerti apa yang akan dilakukannya kemudian harinya. Dia harus berusaha demi bisa meluluh lantakkan keberadaan Vanka yang kuat di keluarga ini akibat perjanjian itu. Karena Lisya juga punya kehidupan idamannya sendiri. Iya, dia tidak ingin keluarganya masih terbelenggu oleh sebuah perjanjian di mana Vanka ada di dalamnya. Bahkan dia sendiri merasakan jika semuanya menyembunyikan selama ini atas keberadaan Vanka selain apa yang dia tau.
Selama ini dia hanya tau kalau semua hanya menyalahkan Vanka, dari semua kesalahan Lisya. Hanya dari perasaan benci Lisya ke Vanka. Semuanya tidak peduli, karena mereka ingin menyalahkan Vanka yang seharusnya membenci Lisya. Sesederhana itulah ceritanya. Lisya merasa mereka semua mengaku telah kecewa dengan kelahiran Vanka yang membuat Lisya terganggu. Dan kedudukan Vanka kuat di keluarga ini karena dia menyatu dengan perjanjian. Yang di mana Lisya belum mengerti tentang apa itu perjanjian projek 'Kipratekar' yang dia tanyakan terakhir kalinya ke Mama.
"Mama mau menjelaskan projek itu, tapi Mama sendiri mau kamu menyembunyikan itu semuanya ke semua orang, terutama ke Adimas juga. Karena yang Mama tau kamu mau tanya kan apa boleh cerita banyak ke Adimas tentang kesalahan keluarga kita apa. Sedangkan yang kamu tau hanya sebatas kalau kamu dan Vanka hanya ada masalah karena semua membela kamu dari Vanka. Nyatanya bukan cuman itu aja, Nak. Vanka juga ada urusan politik keluarga yang benar-benar berunsur politik," ujar Mama yang sebelum akan menjelaskan semuanya itu, dia menyuruh Lisya agar mau menutup mulutnya dari semua hal yang menyangkut Vanka dengan perjanjian dia dilahirkan.
"Iya, Mah. Lisya nggak akan bagi-bagiin semua cerita itu ke siapa-siapa. Terutama ke Adimas juga. Lisya nggak mau Adimas tau tentang Vanka juga. Seperti yang Mama tau kalau Adimas ternyata penasaran sama keberadaan Vanka. Bahkan cuman dari cerita Lisya aja. Apa Lisya yang salah sudah banyak cerita ke Adimas tentang Vanka? Lisya juga nggak betah Mah, kalau nggak cerita sama orang luar tentang gimana Lisya benci ada Vanka," kata Lisya yang memberitau jika dia memang sengaja menjadikan Adimas sebagai salah seorang lelaki teman ceritanya.
"Memang kamu perlu kok dekat sama Adimas dan juga cerita banyak ke dia. Tapi kamu juga cerdik karena tau apa yang harus dibicarain dan kamu mau tanya ke Mama dulu sebelum kamu benar mau cerita ke Adimas mengenai apa yang dirasakan oleh banyak anggota keluarga kamu ke Vanka. Jadi, daripada kamu stress juga. Memang Mama suka kalau kamu semakin dekat sama Adimas. Dia cocok dekat dengan kamu, karena keluarganya dekat dengan keluarga kita. Selain itu memang sebenarnya keluarganya tau perjanjian antara Vanka yang dilahirkan karena projek 'Kipratekar'. Jadi Mama lebih punya perasaan untuk memberi tau ke keluarga Adimas, siapa sebenarnya kamu Lisya," kata Mama berbicara panjang lebar di mana Lisya semakin penasaran apakah yang dimakasud dengan projek yang Papa ambil dengan kelahiran Vanka di dalamnya. Dan apakah itu ada hubungannya dengan kesalahannya selama ini.
"Lisya tau apa yang Mama bilang kalau Lisya pinter harus tanya ke Mama dulu perihal harus cerita mendalam ke Adimas itu. Tapi, Mama belum jawab kenapa kok Mama lebih mau ngutamain agar keluarga Adimas yang ikut sama dengan projek 'Kipratekar' dan ada hubungannya dengan kelahiran Vanka itu harus lebih dekat sama Lisya. Maksud Mama, apa mau menunjukkan siapa sebenarnya yang selama ini pihak keluarga sudah bela? Dan itu aku, Mah? Kalau gitu apa perjanjian yang melibatkan Vanka itu punya nilai lebih dari Vanka itu sendiri? Sampai Mama mau aku juga dekat dengan Adimas?" kali ini Lisya mempertanyakan seberapa kuatkah perjanjian itu dengan dirinya yang diperkenalkan ke Adimas. Dia benar-benar tidak bisa menghubungkan itu semuanya, jika dia disuruh.
"Perjanjian itu punya maksud yang baik bagi keluarga ini. Karena projek itu salah satu hal yang di dalamnya ada perjanjian agar kita sebagai keluarga punya hak mutlak untuk membuat keputusan di mana keputusan itu bisa digunakan untuk berbagai bisnis yang dijalankan keluarga kita sebagai pemegang saham serta banyak keluarga lainnya, yang diantaranya juga keluarga Adimas. Mama mau menjelaskan tapi Mama masih harus mengerti dari kamu karena apa yang akan Mama beritakan ini adalah versi lengkapnya. Apa kamu bisa menerima kenyataan dari cerita ini?" tanya Mama menanyakan kesiapan dari Lisya agar dia bisa diajak kerjasama dengan Mama supaya Mama bisa melihat jika bukan hanya Vanka saja yang punya hak istimewa, melainkan Lisya.
"Kalau gitu Lisya akan mendengar semua cerita Mama. Mama harus cerita ke Lisya, karena aku sudah cukup umur, Mah. Mama bisa mulai bercerita dari sekarang, karena Lisya juga perlu akan informasi ini. Mama bisa memulai cerita itu semuanya," kata Lisya memperbolehkan Mama bercerita.
"Oke, jadi perjanjian ini ada hubungannya dengan kelahiran Vanka. Sebenarnya awal mulanya perjanjian 'Kipratekar' terbentuk karena perjanjian yang sudah ada sejak dari dulunya. Yang dijelaskan bahwa sebenarnya Vanka adalah pihak yang disalahkan karena dia dulunya menentang cinta lelaki karena seorang lelaki itu punya sesuatu yang disembunyikan. Dengan kesalahannya dulu, Vanka punya hak yang mengakibatkan dia punya kekuasaan mutlak atas daya optimal pemikiran. Jadi, dia dulunya adalah seorang nyonya besar dimana keberadaannya tidak disukai dan dia memberontak berusaha agar dia bisa diterima. Akibatnya, Vanka membuat projek 'Kipratekar'. Karena itu adalah satu-satunya cara dia memainkan atensinya ke banyak pihak," ujar Mama yang memberi kabar.
Lebih tepatnya Mama sekarang mau mengatakan ke Lisya siapa sebenarnya Vanka dan dirinya. Dan sebenarnya keberadaan Lisya juga punya andil di dalam cerita darimana perjanjian 'Kipratekar' terjadi. Meskipun Vanka yang membuatnya jaman dahulunya. Ternyata semua yang mengenal Vanka dan tidak menyukai keberadaannya karena seorang perempuan yang adalah Lisya.
"Siapa sebenarnya lelaki itu, Mah? Dan kenapa Vanka bisa menyangkal cinta seorang lelaki itu? Kalau perjanjian 'Kipratekar' itu sudah ada dari jaman dulu, berarti Mama tau kalau kelahiran Vanka adalah reinkarnasi? Dan Mama adalah salah satu pihak yang menyembunyikan cerita tentang Vanka? Apa maksud Mama yang baru memberikan Lisya kabar kalau Vanka yang bermasalah dengan Lisya itu adalah orang penting di masa lalu? Kenapa Lisya nggak tanya dari dulu kenapa keluarga nggak suka sama Vanka? Lisya hanya sebatas tau kalau keluarga dukung Lisya dari keberadaan Vanka, karena semuanya mengira Vanka yang benci sama keberadaan Lisya, Mah," ujar Lisya yang banyak bertanya karena perasaannya itu meminta agar Mama mau cerita. Lisya masih terkejut dengan keberadaan Vanka dikeluarga ini karena pengaruh politik yang ternyata benar-benar ada unsur politiknya.
"Mama mau bilang kalau kamu sama Vanka adalah sosok reinkarnasi di keluarga ini. Lelaki itu sebenarnya adalah kenalan keluarga ini juga, dan dia direinkarnasikan sebagai Adimas. Mama mau cerita ke kamu, kalau dulunya Adimas itu adalah salah satu pihak penting dari perjanjian ini. Karena Vanka sebenarnya memberikan banyak wasiat untuk dipakai bersama Adimas, karena dia merasa bersalah. Yang sebenarnya Vanka tau kalau ternyata penyebab dia menyangkal cinta Adimas, karena Adimas menyembunyikan rencananya untuk mengkhianati Vanka. Yang dikarenakan jika Adimas melakukan itu karena dia tidak punya banyak pilihan lain karena keluarganya menentang dia akibat dia mengecewakan seorang gadis lainnya. Yang dipilih keluarganya, karena gadis itu mengambil hati keluarga Adimas. Dia akan dijodohkan dengan gadis itu, tapi Adimas malah menyukai Vanka yang saat itu dianggap sombong oleh banyak orang," kata Mama. Yang membuat Lisya merasa tidak menyangka karena dia dengan Vanka serta Adimas sebenarnya punya masalah sebesar ini. Dia mulai mengerti dari cerita Mama jika kemungkinan gadis itu adalah dirinya sendiri.
"Apa benar gadis itu Lisya, Mah?" tanya Lisya saat itu merasa bodoh kenapa dia berusaja mengerti akan bagaimana sebenarnya politik keluarganya dengan keberadaan Vanka itu. Dia mulai mengerti kenapa dia merasa bodoh. Karena dia hanya memercayai jika keluarganya itu hanya membenci Vanka yang ternyata tidak membenci Lisya, tanpa ada cerita dibaliknya. Dan ternyata dia mulai tau jika ada cerita yang melatar belakanginya.
"Iya itu kamu, Lisya. Dan ternyata keluarga Adimas dulunya, yang merasa kecewa jika dia menolak gadis sampai dia membuat rencana untuk mengkhianati Vanka di masa lalu itu adalah keluarga Natawijaya. Semuanya masih merasa kecewa dengan Adimas. Tapi nyatanya, rasa marahnya itu ternyata membuat dia berambisi mengambil perjanjian milik Vanka. Sampai suatu ketika keluarga besar tau itu, dan akhirnya mereka akan melakukan perjanjian ini dengan ketentuan melahirkan Vanka kembali. Dan akhirnya mereka hanya mau Vanka nantinya tau kalau dia dibenci. Dan selanjutnya dia sendiri yang harus mengambil jalannya sendiri," kata Mama saat itu. Lisya yang tau itu mulai memahami.
Ternyata dia ada di keluarga Natawijaya dengan cerita yang mengharukan. Dia tau jika semuanya tidak suka dengan Vanka. Walaupun begitu, dia tidak tau apa sebenarnya yang sudah diceritakan jika dia adalah gadis yang dikenal baik oleh keluarga Natawijaya. Sampai dengan cerita Vanka mengapa dia sudah dikatakan sebagai seorang yang sombong. Dia tidak tau tentang itu semuanya.
Tapi Lisya masih menanyakan banyak hal. Salah satunya adalah mengapa Adimas sampai memutuskan agar dirinya berkhianat dan mengambil perjanjian yang dulunya Vanka buat itu. Apa yang membuat Vanka sampai menyangkal cinta Adimas. Yang bahkan jika dia bisa katakan, Adimas adalah lelaki pertama yang mencuri hati Lisya.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT