Download App
5.02% It’ Precious / Chapter 11: Vila di Puncak

Chapter 11: Vila di Puncak

Untuk liburan mengawali tahun baru 2008 ternyata keluarga Natawijaya menyewa sebuah villa di Puncak yang bernuansa pedesaan. Jauh dari hiruk pikuk kota dan juga rumahnya bernuansa saung ala-ala villa di Bali.

Perjalanan yang ditempuh oleh keluarga inti Vanka menempuh sekitar kurang lebih hampir satu jam lima belas menit. Dan saat jam tujuh lebih lima belas saat ini, mobil mereka sudah sampai di sebuah pekarangan tempat parkir dimana bisa muat banyak mobil dengan kapasitas yang cukup luas.

Sebelum mobil keluarga kecil Haikal telah sampai masuk ke pekarangan villa ini, sejalan-jalan mereka mendapati pemandangan alam yang indah sekali.

Tidak diayal jika villa itu punya ambience bagus, apalagi dekat dengan banyak perkebunan salah satunya adalah perkebunan berbagai macam bunga dan buah apel serta strobery.

Tidak lupa juga sawah yang membentang luas di beberapa sisi yang ada. Menambah pengalaman tinggal di pedesaan yang cukup bersih serta udaranya segar.

Mobil milik keluarga Haikal itu pun mulai mengeluarkan beberapa penumpang dan pengemudinya. Papa dan Mama serta disusul oleh ketiga anak perempuannya. Mereka yang sudah datang disambut oleh beberapa sanak keluarga lainnya.

Tante Sita dan Om Panji tidak lupa ketinggalan Bude Wuni yang baru saja keluar dari dalam pelataran vila itu menyambut kedatangan Mama Rina dan Papa Haikal.

Karenanya Mama dan Papa pun menyuruh ketiga anaknya untuk duluan masuk ke dalam vila mengerti jika Mama dan Papa masih harus mengeluarkan koper-koper mereka yang akan dibantu oleh Tante Sita, Om Pandu serta Bude Wuni.

"Nak, kalian semua masuk duluan ke dalam ya. Katanya di dalam sudah ada Yuma, Erwin, Ochi, Mbak Ghina dan banyak lainnya. Kalian kumpul dulu saja sama mereka," kata Papa menyuruh ketiga anaknya masuk terlebih dahulu ke dalam pelataran vila.

Tanpa banyak kata akhirnya mereka bertiga pun langsung berjalan menjauhi mobil milik Papa dan masuk ke dalam pelataran vila yang dilalui dengan sebuah gerbang dimana di dalam nya ada sebuah kolam ikan koi dan bangunan pendopo utama yang terdiri dari sebuah ruangan luas indoor yang tertutup kaca berisi banyak sofa-sofa yang terlihat empuk serta sudah ada banyak para anggota sepupu dan keponakan keluarga Natawijaya yang berada di dalam pendopo indoor di situ.

Nuansa bangunan di sana seperti bangunan saung modern dimana batu alam menjadi daya tarik dari sebuah eksterior yang ada.

Karena sudah menemukan di mana para sepupu-sepupu lainnya berkumpul, akhirnya mereka bertiga pun langsung saja masuk ke dalam pendopo indoor yang terlihat sangat nyaman.

Lisya, Syika dan Vanka juga diberi salam ucapan atas kedatangan mereka yang dibilang paling telat dari semua sanak keluarga yang sudah berkumpul di sana.

Ketiga gadis yang adalah anggota keluarga Natawijaya itu pun duduk di sofa yang saat itu masih tersisa dan bisa diduduki oleh ketiganya. Suasana di dalamnya ramai dengan banyak celotehan para anggota sepupu.

Seperti biasa, Vanka mendekati Yuma yang ada di salah satu sudut ruangan dimana dia berada di dekat jendela. Sedang mengamati keadaan sekitar. Vanka pun mendatangi Yuma, dia menanyakan apakah dia bisa diajak satu kamar dengannya.

Karena tidak mungkin dia akan satu kamar dengan kedua Kakaknya. Tapi jika Vanka bisa memilih, dia masih ingin bisa mengajak bicara Kak Lisya. Dan itu tidak memungkinkan karena dia tau itu akan merusak suasana yang ada. Apalagi di saat liburan natal seperti ini.

"Yuma., kamu nanti satu kamar dengan siapa? Sepertinya yang aku lihat villa saung ini punya banyak kamar yang bisa dipilih untuk ditempati. Satu kamar dengan aku ya, Yum. Aku lagi nggak bisa satu kamar sama kakak-kakakku yang lain," kata Vanka meminta bantuan Yuma untuk menemaninya satu kamar.

"Sepertinya aku belum menentukan. Tapi nggak mungkin aku satu kamar dengan adik lelakiku. Aku ingin satu kamar dengan sesama perempuan. Boleh juga, sih," jawab Yuma yang mulai mengiyakan ajakan Vanka satu kamar.

"Oke, kalau gitu. Kita sama-sama aja di pendopo sampai kita nanti diminta buat pilih kamar. Oh, iya. Apa kamu sempat jalan-jalan disekitaran sini? Aku lihat sepanjang jalan kalau banyak tempat bagus untuk didatangi nanti," cetus Vanka yang ingin mengajak Yuma jalan-jalan sekeliling tempat yang ada di dekat Vila.

"Belum. Oh ya, aku tadi yang paling pertama datang. Aku berangkat terlalu pagi dan ketiduran sepanjang jalan. Aku bahkan belum tau bagaimana keadaan di sekitar vila ini. Bagus juga kalau kita nanti bisa jalan-jalan. Lumayan suntuk juga kalau kita di berada di vila terus," kata Yuma sepakat jika dia akan ikut Vanka jalan-jalan menelusuri sekitaran vila itu.

Dengan Yuma yang menjawab pertanyaan Vanka secara bersahabat, membuat Vanka tidak menaruh curiga kepada sepupunya itu.

Padahal sebenarnya Yuma adalah satu dari segelintir anggota kerabatnya yang tau bagaimana dengan keadaan Vanka sebenarnya. Dan dia diberi tugas oleh anggota keluarganya, agar dia bisa menemani Vanka tanpa membuat Vanka curiga. Terutama dengan menjadi teman dekatnya.

Semua pihak keluarga ini tidak ingin masalah yang sudah diketahui oleh Vanka akan berakibat fatal dengan keberadaan Lisya juga. Mereka memilih agar semua menutupi kesalahan Lisya, dibalik keinginan mereka supaya Lisya bisa bahagia.

Nyatanya mereka mengkhawatirkan jika dengan masalah ini Vanka tidak bisa mengabulkan permintaan sanak keluarganya. Salah satu dari beberapa keinginan paling sederhana adalah agar Vanka sadar siapa dirinya di keberadaannya dengan alasan dasar kenapa dia ada ruang lingkup anggota keluarganya sekarang ini.

Sayangnya sampai sekarang yang sudah dilakukan oleh pihak keluarganya barulah hal yang sederhana. Mereka hanya berusaha agar Vanka mengetahui bagaimana keberadaannya di keluarganya.

Yang diusahakan oleh Mama Rina, Syika dan Lisya agar Vanka bisa memergoki ketiganya sedang berpura-pura mengobrol. Dengan pembicaraan penting yang singkat mengenai Vanka dan keberadaannya di keluarga ini tanpa keinginan banyak sanak keluarganya. Dan ini ada kaitannya dengan Kakak kandungnya, Lisya.

Ketika semua para anggota tetua keluarga Natawijaya sudah kembali ke pendopo utama dimana mereka baru saja berurusan dengan bagasi atau koper bawaan.

Kedatangan banyak para Bude-bude, Tante, Om dan Pakde berserta Mama dan Papa, menandakan jika seluruhnya sudah bisa langsung menuju ke kamar masing-masingnya.

Kali ini para tetua akan berada di pendopo sebelah barat dimana dekat dengan pendopo utama. Serta semua sepupu tua akan ada di pendopo yang bersebelahan dengan pendopo sepupu muda, tepatnya di bagian tengah dekat dengan kolam renang.

Di dalam pendopo setidaknya ada sekitar empat-lima kamar yang bisa digunakan dan mereka bebas memilih mau di mana dan dengan siapa. Suara menggema Bude Inn terdengar dan membuat sontak Vanka mengajak Yuma untuk segera ke pendopo tempat dimana sepupu muda berada.

"Yuk,, Yuma. Kata Bude Inn para sepupu muda dapat tempat di pendopo bagian tengah di sebelah kiri. Kita harus memilih kamar yang sesuai, jika kamu mau dapat kamar yang bagus. Siapa cepat dia dapat," kata Vanka yang kemudian mengalungkan tangannya itu mengajak Yuma yang sudah menyamakan jalannya dengan Vanka.

Tidak lama mereka berjalan menusuri pendopo di bagian depan dan melewati kolam renang di tengah-tengah bagunan pendopo berjumlah lima banyaknya, mereka sampai di pendopo dimana para sepupu muda akan bertempat di sana.

Sudah banyak para sepupu muda di sana. Vanka, Kak Lisya, Kak Syika, Yuma, Erwin, Ochi, Alfino, dan Karin yang sudah sampai di pendopo tengah di bagian kiri, dekat dengan pendopo tengah bagian kanan di mana para sepupu tetua ada di sana.

Untung saja pendopo bagian untuk sepupu muda punya sejumlah empat kamar. Dimana semuanya mendapat jatah kamar, sekamar dua orang.

Vanka dan Yuma memilih kamar bagian atas bersamaan dengan Kak Lisya juga Kak Syika. Sedangkan yang lainnya ambil di kamar bagian bawah. Kamar di atas sama-sama menjorok kearah balkon. Bedanya kamar mereka berdua adalah jenis kasurnya. Ada yang single dan ada yang double.

Vanka dan Yuma mengambil kasur single. Setelah mereka berdua sudah memilih kamar, akhirnya mereka berdua bergantian membawa koper mereka menuju ke dalam kamar yang sudah mereka pilih.

Sesudahnya, Vanka dan Yuma pun mulai melihat-lihat pemandangan dari luar balkon. Memang Vila itu sangat bagus, pemandangan dari lantai dua di kamarnya menjorok ke sebuah terasiring yang ada di salah satu ruas jalan di dekat Vila berada. Sepertinya Vanka mulai ingin segera bisa jalan-jalan kesekeliling wilayah sekitar Vila ini.

Dia pun mengajak Yuma yang sama-sama ada di balkon sedang duduk di salah satu kursi kayu anyaman yang terdapat di sana. Agar mereka bisa jalan-jalan memutari wilayah yang sangat asri dan menyenangkan untuk didatangi.

"Yum, kamu nggak mau jalan-jalan keliling wilayah sekitaran vila sini? Sekarang masih jam delapan pagi, kiranya masih pagi untuk bisa jalan-jalan sekeliling vila. Udaranya masih segar dan ada masih ada banyak penduduk sekitarnya yang bisa kita tanyai tentang daerah ini. Katanya kamu sedari perjalanan ke sini nggak sempat liat pemandangan disekitar. Yuk,," ajak Vanka ke Yuma. Melihat jika ternyata Yuma merasa tertarik, dia pun tidak menolaknya. Tapi dia berkata, akan lebih baik jika dia ajak banyak sepupu muda lainnya.

"Ayuk,, tapi aku lebih senang lagi kalau kita pergi rame-rame. Ajak yang lainnya, Vanka," kata Yuma saat itu memberi saran.

Karena Vanka mengiyakannya akhirnya dia pun langsung saja pergi ke dalam kamarnya dari balkon dan menuju keluar untuk mencari dimana anggota keluarga sepupu muda lainnya.

Dia menemukan ada Kak Lisya dan Kak Syika berada tepat di dalam kamarnya. Karenanya dia pun langsung saja mengajak keduanya yang juga mengiyakan ajakan dari Vanka. Dan begitu pula dengan semua anggota sepupu muda lainnya.

Karena mereka sudah saling bersiap-siap untuk pergi menyusuri sekeliling wilayah yang ada di seputaran vila ini, akhirnya mereka pun hendak pergi.

Tapi sebelumnya, Lisya menyuruh kebanyakan anggota sepupu muda lainnya untuk menunggu dia pamit ke banyak para anggota tetua lainnya. Dan selian Lisya mereka semua menunggu cukup menungu saja Lisya kembali ke pendopo tengah dimana adalah tempat para sepupu muda ada berada.

Sedangkan Lisya sedang pergi ke pendopo depan dimana dia tau banyak para anggota tetua ada di sana. Ternyata dia salah tebak, semua anggota para tetua sedang berada di pendopo utama dimana semua para sepupu dan keponakan ada di sana sebelumnya.

Mengetahui itu Lisya pun langsung saja pergi ke sana. Suasana di pendopo utama sepertinya terfokus dengan adanya sebuah percakapan antara para Bude, Pakde, Tante, Om serta Mama dan Papa.

Karena ruangan ditutup rapat dan kedap udara, Lisua tidak tau apa yang sedang dibicarakan. Lisya yang hampir membuka pintu kaca ketika semua sedang tidak sadar dengan keberadaannya.

Tapi dia dengan tidak sengaja mendengar percakapan salah seorang anggota keluarganya yang saat itu seperti sedang berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya itu. Itu adalah Bude Wuni. Walaupun suaranya tidak nyaring tapi suara Budenya itu cukup bisa didengar.

"Kalau memang kamu, Rin. Memilih agar Lisya dan Vanka tidak punya masalah kedepannya. Itu salah. Kasihan kalau Lisya harus menunggu. Bude tau kamu juga ada sama pemikiran dengan bude. Segala kesalahan Lisya juga adalah tanggungan dia dan kita. Setidaknya Vanka harus tau jika posisi dia tidak baik, bukannya malah takut jika terjadi sesuatu kalau dia tau kesalahan Lisya," apa yang dikatakan oleh Bude Wuni terdengar di benak Lisya. Sesaat dia tau apa yang sedang dibicarakan semua anggota tetua.

Karena belum ada yang melihat keberadaannya, dia pun langsung saja kembali ke pendopo tempat banyak sepupu muda menunggu dia berpamitan pergi mengeliling daerah sekitar vila ini.

Dia berjalan dengan sama memikirkan apa yang sudah didengarnya itu. Tapi itu membuat kepalanya jadi pusing karena dia tau arah pembicaraan sebenarnya.

Mengerti itu, dia langsung saja mencari anggota sepupu tua untuk saling berkabar jika dia dan banyak sepupu muda ingin pergi untuk mengelilingi daerah sekitaran vila.

Dalam jalannya dia masih terngiang-ngiang akan perkataan Budenya, semua takut dia tidak bahagia di saat Vanka masih ada. Tapi semua keluarga tidak ingin kesalahannya diketahui semuanya. Singkatnya seperti itu.

Tapi ada baiknya juga kalau dia melupakan pemikirannya. Setidaknya sepupu tuanya, Angie mengatakan tentang keberadannya di pendopo sepupu tua. Lisya pun berpamitan agar para sepupu muda akan berjalan-jalan mengeliling vila.

Dan para sepupu tua pun juga saling antusias untuk ikut serta juga. Dan Lisya pun disuruh menunggu banyak sepupu tua lainnya bersiap-siap. Dan Lisya mengatakan jika sudah siap mereka akan menunggu para sepupu tua di pendopo sepupu muda, yang Mbak Angie pahami itu.

Lisya pun kembali ke pendomo sepupu muda. Dia berbasa-basi mengatakan jika dia sudah berpamitan dengan banyak tetua dan mengajak sepupu tua untuk ikutan. Dan mereka akan pergi saat para sepupu tua menghampiri mereka semua.

Dengan semua anggukan banyak sepupu muda lainnya, Lisya pun tinggal bersantai di sebuah altar depan pendopo dimana dia berada.

Tapi mukanya sedang tidak santai. Mengetahui itu, Syika pun bertanya ke Lisya dengan diam-diam. Tanpa diketahui siapa saja yang saat itu menunggu di dalam pendopo.

"Kak, kayaknya ada hal yang kamu tutupi. Tadi kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya Syika perhatian.

"Nggak apa-apa, Syika. Nanti malam aku cerita ke kamu. Nggak enak kalau diomongin di sini," kata Lisya dengan lebih membuat mukanya tidak lagi tegang.


Chapter 12: Diskusi Tetua

Ketika semua sepupu sudah pergi dari pendopo utama menuju ke tempat dimana mereka akan menempatinya selama tiga hari kedepannya, sesaat itupun banyak para tetua dari anggota keluarga Natawijaya sedang berkumpul di dalam pendopo utama.

Karena mereka semua merasa ada waktu luang untuk bisa berkumpul dan para anggota tetua memang ingin membicarakan sesuatu yang ada hubungannya dengan masalah antara Vanka dan Lisya.

Mengerti jika Vanka dan Lisya akan beranjak dewasa, maka pihak keluarga pun ingin berjaga-jaga agar ada jalan pintas dari semua hal diantara keduanya dengan keluarga ini.

Mama sebagai salah satu pihak yang mengatakan jika dia dengan kedua anak nya selain Vanka sudah saling diam-diam memberi kabar kepada Vanka perihal dia yang tidak diharapkan di keluarga ini, menjadi awal permulaan semua pihak keluarga lainnya meminta waktu seluruh para tetua untuk saling berbicara dengan lengkap bagaimana dengan nasib masalah yang akan terjadi kedepannya.

Pembicaraan di awali dengan Bude Inn yang mengomentari tentang Mama dan kedua Kakak Vanka yang sudah melakukan rencana pemberitauan kabar siapa keberadaan Vanka dengan berhasil.

"Bude tau, kamu ada maksud buat rencana itu karena kamu nggak mau Lisya malah terganggu. Memang kita semua sudah rahasiakan ini sedari dulunya. Tapi, apa kamu mau dalam waktu dekat masalah selesai? Bagaimana dengan keduanya?" kata Bude Inn yang khawatir apabila kenyataan jika keluarga harus berhadapan dengan tanggung jawab mereka harus diiyakan. Mulai berkomentar ke Mama Rina, Bude Inn pun menunggu jawabannya.

"Iya, tadinya aku berpikiran di awal untuk bicara secara diam-diam. Itu karena aku nggak mau Lisya jadi menyimpan rasa tidak sukanya ke Vanka. Paling tidak Vanka bisa mencari jalan keluarnya sendiri. Aku nggak mau pihak keluarga malah mencoba bicara ke Vanka. Takutnya dia tau bagaimana kesalahan Lisya selama ini," kata Mama Rina selagi dia mencoba agar semuanya tidak bertindak secepatnya.

Mama tidak ingin jika Vanka yang berbalik mengetahui jika Kakaknya yang salah di matanya. Maka itu Mama mencoba untuk mengatakan ke banyak para tetua lainnya. Bagaimana jika Lisya bisa melanjutkan minat dan bakatnya sebagai seorang penyanyi saja. Tapi malah dia mendapat komentar cukup pedas dari Bude Wuni.

"Karena aku juga memikirkan masa depan untuk mereka berdua. Aku memutuskan agar mereka berdua tidak lagi saling bertengkar. Lebih baik jika minat dan bakat Lisya kita dukung dulu. Bagaimana?" tanya Mama Rina ke banyak sanak keluarga tetua di pendopo utama itu.

"Kalau memang kamu, Rin. Memilih agar Lisya dan Vanka tidak punya masalah kedepannya. Itu salah. Kasihan kalau Lisya harus menunggu. Bude tau kamu juga ada sama pemikiran dengan bude. Segala kesalahan Lisya juga adalah tanggungan dia dan kita. Setidaknya Vanka harus tau jika posisi dia tidak baik, bukannya malah menakuti jika terjadi sesuatu kalau dia tau kesalahan Lisya," Bude Wuni memberi komentar juga yang adalah keputusannya.

Sedangkan Mama Rina malah terbingung dengan apa yang dikatakan oleh Bude Wuni. Karena dia merasa jika semua pihak di sini sudah saling menyembunyikan jika keduanya memang bermasalah, Mama pun bertanya kepada Papa Haikal. Tentang apa jalan yang akan mereka ambil untuk kedepannya.

"Jadi, Pah. Gimana dengan penyelesaiannya? Apa ada jalan lainnya, selain tidak memberi kabar tentang masalah ini langsung ke Vanka? Atau kita bisa melakukannya dengan sedikit demi sedikit? Maksudnya, kita bisa melakukan beberapa hal disengaja untuk memberi tau Vanka hal sebenarnya. Tapi Mama tidak tau harus dengan cara apa," tutur Mama Rina yang mulai mengajak diskusi dengan Papa Haikal saat itu juga.

Ternyata Papa Haikal memberikan jawaban yang tidak dikira oleh Mama Rina. Papa mengatakan jika nanti suatu saat, mereka bisa memberikan jawaban ke Vanka atas siapa itu Lisya, kakak kandungnya.

Dan Papa berkata apabila mereka lebih baik memberi tau secara diam-diam saja ke Vanka. Ternyata Papa punya cara lain agar Vanka bisa diberi tau secara diam-diam, atas alasan dia tidak diinginkan di keluarga ini.

"Sebenarnya saya agak merasa bersalah karena saya sudah mendatangkan Vanka ke keluarga ini. Dan saya juga merasa harus ada tanggung jawab karena sebelumnya keluarga kita punya rencana atas kelahiran Lisya dan Vanka. Karena kita hanya ingin memutar balikkan keadaan, jika nantinya Vanka yang akan membenci Lisya. Saya kira tidak ada yang perlu disalahkan jika kita buat rencana agar Vanka tau alasan kenapa dia tidak diinginkan di keluarga ini," kata Papa memulai mengatakan apa rencana yang akan dilakukannya kedepan.

"Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus mengatakan dengan diam-diam, atau apa ada cara lainnya?" tanya Mama Rina.

"Iya, ada. Papa mulai berpikir jika Vanka harus benci dengan Lisya, baru kita bisa berbicara jika maksud kita membawa Vanka ke keluarga ini. Kalau kita ingin agar dia yang membenci Lisya. Maka dari itu, papa berpikir jika kita harus sering-sering menyengajakan banyak hal yang ada hubungannya dengan cara Vanka bisa membenci Lisya. Setelah Vanka sudah benci dengan Lisya, kita bisa mengatakan jika benar kalau maksud kita membawa Vanka di keluarga ini, adalah karena kita ingin membalas keseluruhan kesalahan Lisya dulunya," ujar Papa Haikal yang saat itu mengatakan jika apa yang harus dilakukan oleh banyak keluarga adalah dengan sengaja membuat Vanka tau kalau Lisya memang patut dia benci tapi tanpa adanya obrolan atau secara verbal langsung ke Vanka.

"Jadi, kalau itu yang dimaksud dengan Om, Haikal. Bude Inn bisa membayangkan beberapa hal yang bisa kita upayakan secara diam-diam dan secara sengaja jika Vanka harus benci dengan Lisya. Kita bisa memberi harapan palsu ke Vanka, atau sesuatu yang dia kira kesalahan Lisya yang disalahkan kepadanya. Tapi nyatanya memang kita sudah berprasangka awal seperti itu, bukan? Jadi apa menurut kalian itu mempermudah kita bisa melakukan hal untuk membuat Vanka benci dengan Lisya?" tegas Bude Inn.

"Sepertinya kita bisa melakukannya. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Mungkin salah satunya adalah dengan memberi tau ke Vanka secara diam-diam jika kesalahan Lisya selalu disalahkan ke dia. Dengan itu, Vanka bisa tau perasaan kita ke Lisya. Jika setidaknya kita selalu menaruh nilai positif ke Lisya. Tapi kita putar balik dengan mengatakan jika Lisya adalah yang salah. Jika Vanka suatu waktu malah memusuhi Lisya, kita bisa memberi kabar ke dia kalau ternyata Lisya adalah yang kita harapkan," ujar Mama Rina memberi usul.

"Boleh juga. Jadi apa kita siap untuk memberi kabar tentang apa saja kesalahan Lisya yang kita salahkan ke Vanka? Kita semua di sini masih satu arah dengan beranggapan kalau Lisya kasihan. Dia selama ini sudah berbuat hal yang menjaga nama baik kita semua. Semoga kita tidak salah dengan apa yang sudah kita semua lakukan. Karena kita sudah kecewa dengan Vanka. Ada baiknya, kalau Lisya juga tidak terbendung dengan semuanya ini. Kita tau jika Lisya masih punya masa depan yang panjang. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan kelanjutan kalau kita sudah memberi kabar secara langsung ke Vanka?" Tante Sita mulai berpikir ke arah mendatangnya.

Dia juga tau selama ini Lisya lah yang telah menjaga nama baik keluarga ini. Iya, karena Lisya dan keluarga ini punya sama penilaian. Keluarga tidak ada yang menyalahkan Lisya.

"Bude sendiri belum siap jika caranya adalah dengan buka-bukaan kesalahan Lisya yang kita punya persepsi kalau dia tidak salah sama sekali. Mungkin itu sendiri akan membuat repot jika Vanka nantinya akan merasa tersinggung. Jika kita selama ini menyalahkan Vanka. Tapi dilain hal, Lisya juga butuh dukungan. Karena kita sudah salah dengan memikirkan Vanka jika dia adalah yang salah. Dan karena kita sudah sejauh ini, lebih baik kita memang melakukan apa yang sudah dikatakan Rina tadi. Bude hanya berharap jika nantinya, Vanka bisa berbalik membenci Lisya," kata Bude Wuni. Dia hanya khawatir jika semuanya membuat keadaan jadi tidak aman untuk Lisya dan keluarga ini juga.

"Setidaknya, kita semua mengambil tindakan untuk keduanya. Jadi, sepertinya sebelum kita ambil tindakan, kita bisa saling bertanya ke Lisya. Sepertinya aku sendiri sebagai mamanya bisa tau apa saja yang sudah terjadi dengan Lisya. Lebih tepatnya, jika kita tau bagaimana keadaan antara Lisya dan Vanka dari Lisya. Kita bisa tau perkembangannya. Dan kita juga perlu memberi tau ke Lisya tentang kesimpulan apa yang kita sedang diskusi saat ini. Apa di sini ada yang bisa jadi teman cerita Vanka? Mungkin aku bisa, tapi tidak terlalu memungkinkan. Karena kemarinnya yang Vanka dengar juga dari aku sendiri dan kedua anakku lainnya," kata Mama Rina membutuhkan bantuan apa ada seseorang yang bisa jadi bagian yang menampung keluh kesah Vanka.

"Tante sendiri, kemarin saat sebelum berkumpul sudah mendapat pesan dari Vanka. Dia berkata jika dia sudah tau tentang apa yang tengah dialami dari kejadian Rina yang diam-diam memberi kabar tentang siapa sebenarnya Vanka itu. Mungkin saya bisa kedepannya untuk bicara dengan Vanka apa yang sedang dia rasakan. Atau kabar terbaru dari dia," kata Tante Sita menawarkan dirinya agar menerima kabar dari vanka.

"Oke, kalau begitu, semua sudah saling paham. Kalau gitu, apa ada di sini yang mau mencari Lisya? Mungkin saja kita bisa langsung bertanya ke dia. Bagaimana dengan kabarnya dan juga apa dia mau dengan rencana kita semua?" tanya Bude Wuni saat itu ingin memanggil Lisya untuk ke pendopo utama saat ini.

"Sepertinya, tadi saya lihat banyak sepupu tua dan muda keluar dari vila ini. Sepertinya mereka sekarang sedang jalan-jalan seputaran vila ini. Atau kalau bisa kita kirim pesan saja ke Lisya. Kita bisa bertanya ke dia dimana dan sedang bersama siapa sekarang. Jika dia sedang Lelah sehabis bermain di sekitaran Vila. Rina bisa langsung saja mengontak Lisya untuk bertemu di pendopo utama malamnya. Bagaimana? Untuk Vanka, agar dia tidak tau sebaiknya kita tidak ajak Syika yang bisa mencegah Vanka mencari keberadaan kakaknya." Saat ini Papa Haikal sedang mengatur bagaimana agar mereka semua bisa berbicara dengan Lisya.

"Iya, Rina akan ingat itu. Sebentar, karena hari sudah siang. Bagaimana kalau kita suruh semua pulang? Lebih baik kita mencari makan siang, di sekitar sini. Dan sekalian berbelanja untuk nanti makan malamnya? Mungkin dengan mengontak Lisya untuk pulang sekarang adalah hal yang bisa kita lakukan selanjutnya," kata Mama Rina berkata mengenai rencana untuk makan siang di luar.

Seketika Mama Rina pun mengontak Lisya dalam telefonnya saat itu juga. Sekarang sudah menunjukkan pukul hampir jam dua belas siang. Dan mereka sudah pergi sedari jam sembilan tadi siang. Ketika itu pun Mama Rina langsung mendengar suara anak perempuan sulungnya.

"Lisya, kamu dimana? Kata tante Sita kamu sedang ada di luar vila? Apa kamu sedang berjalan-jalan disekitar vila? Kamu dan yang lainnya harus pulang cepat, kita semua mau mencari makan siang di luar. Nanti kita semua tunggu kamu ya," ucap Mama Rina saat itu untuk memberi kabar Lisya lewat telefon itu.

Sekiranya dalam waktu tiga menit, Lisya menjawab mama nya yang menelefon menanyakan dimana dia sedang berada itu pun menyelesaikan telefonnya.

Karena mereka sudah mendapat kabar dari Lisya, akhirnya pertemuan diskusi di pendopo utama vila di puncak ini pun sudah selesai.

Semuanya pun mengatakan jika mereka akan kembali lagi ke pendopo dimana adalah tempat mereka akan beristirahat. Ketika semua bubar, tinggalah Mama Rina saja dan Papa Haikal yang sedang ada di pendopo utama itu.

Mereka saling berkata saat itu juga, jika mereka tidak ingin semuanya berjalan dengan cepat. Tapi mereka juga mengkhawatirkan Lisya yang nantinya akan menjadi terganggu.

Mereka tau bagaimana dengan keadaan Lisya sekarang. Dan Mama yang terakhir sedang berbicara dengan Lisya. Dia terlihat kesal karena Vanka masih harus ikut dengan liburan keluarga kali ini.

"Pah, Mama itu nggak mau terlalu cepat-cepat. Tapi Mama nggak mau Lisya jadi rewel, atau keganggu sama Vanka. Nyatanya Mama nggak mau kalau Lisya dianggap jadi anak yang antagonis, pah. Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Mama saat itu, dan Papa pun juga akhirnya memberi arahan jika benar kalau Lisya dianggap terlalu antagonis mungkin saja mereka akan langsung memberi kabar yang sebenarnya ke Vanka.

"Lebih baik, kita utamakan masalah selesai. Lisya pasti bisa menunggu beberapa waktu lainnya, dia pasti bisa mengiyakan jika nanti kita ajak malam nanti untuk berbicara tentang rencana kita. Dan kita bisa berkata ke Lisya jika dia harus bersabar beberapa waktu jika semua ingin menyelesaikan masalah dengan Vanka. Kita bisa dengan pelan-pelan. Dan kamu sebagai mamanya, pasti bisa membuat dia mengerti," ucap Papa saat itu, dengan begitu mereka pun sudah saling mendapatkan keputusan.

Mama Rina dan Papa Haikal pun langsung saja keluar dari pendopo saat itu juga. Mereka berdua mulai merelakan apa yang akan terjadi kedepannya.

Nyatanya semua rencana pasti akan mendapat persetujuan oleh yang di Atas. Ada Tuhan yang bisa melancarkan semuanya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C11
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT