Diva masih tetap merajuk, bahkan sampai sekarang dia mengacuhkan Kenzo. Hal itu membuat Kenzo kesal. "Mau sampai kapan marahnya?"
Diva hanya diam, dia sibuk memakan makannya dengan kasar. Kenzo menghela nafas panjang melihatnya, dia meletakkan sendoknya menyudahi acara makannya dan pergi begitu saja.
Hal itu membuat Diva menatap kepergiannya dengan tau wajah kesal. "Nyebelin! istri marah bukannya dibujukin malah di tinggal."
Diva tersenyum getir kenapa dia melupakan satu fakta ini, jika Kenzo tidak mencintainya dan tentu saja dia tidak perduli dengan apa yang dia lakukan.
Diva mengambil ponselnya saat melihat notifikasi pesan dari adik lelakinya.
Megan:
Kak Diva, ucapkan makasih pada Kak Kenzo karena dia sudah mendaftarkanku ke universitas terbaik di kota ini!
Diva mengerjab pelan mendengarnya, benarkah? bahkan dia tidak tahu tentang semua ini. Kenzo perduli kepada keluarganya.
Diva memutuskan untuk menelpon adiknya dia ingin mengetahui kabar keluarganya.
"Megan, bagaimana kabarmu?" tanya Diva setelah sambungan telpon terhubung.
"Hai kak, aku baik. Bagaimana denganmu? oh ya apa kau sudah mengatakan ucapan terimakasihku pada Kak Kenzo?"
"Belum, nanti akan aku katakan kepadanya. Bagaimana keadaan Mama, Papa, dan adik?"
"Mereka baik, kak. Perusahaan papa sudah kembali normal bahkan semakin maju. Itu semua berkatmu kak, apakah kau bahagia?" suara Megan terdengar sendu di sana.
Diva tersenyum mendengarnya, matanya terasa panas. Pertanyaan sederhana namun kenapa dia tidak bisa menjawabnya. Apakah dia bahagia sekarang?
"Ya, kakak bahagia di sini. Jaga kesehatanmu, jika ada apa-apa segera hubungi kakak!" Diva mengusap pelan air matanya yang turun.
"Kak, kau tidak berbohong kan? kakak benar-benar bahagia hidup dengan Kak Kenzo?" tanya Megan sekali lagi.
"Iya. Kakak bahagia, Kenzo sangat baik dengan kakak dan mertua kakak juga sangat baik. Kau tahu mereka memberikan rumah sakit besar untuk kakak kelola!" ucap Diva senang.
"Wah benarkah kak, syukurlah jika kakak benar-benar bahagia. Jika ada apa-apa jangan sungkan untuk menghubungiku kak!"
"Iya, kau belajar lah yang rajin agar bisa menjadi penerus papa nantinya!"
"Iya kak, em kapan kau akan berkunjung kemari kak? adik sangat merindukanmu berulang kali dia bertanya tentangmu."
"Ah, benarkan? aku juga sangat merindukannya. Katakan padanya aku akan bermain ke sana dalam waktu dekat ini. Tanyakan dia ingin apa?"
"Baiklah kak, nanti akan aku tanyakan kepadanya dia pasti akan sangat bahagia. Aku sudahi ya kak, sebentar lagi dosen masuk!"
"Baiklah, sampai jumpa!"
Diva tersenyum, dia bahagia mendengar kabar keluarganya sesungguhnya Diva sangat merindukan mereka semua.
Diva berjalan ke arah kamar mencari Kenzo dia ingin mengucapkan terimakasih kepadanya.
"Tuan!" Kenzo menoleh setelah mendapati Diva di sampingnya. "Ada apa?"
"Makasih, sudah membantu keluargaku, dan makasih sudah mendaftarkan adikku ke universitas yang bagus!" Diva tersenyum tipis.
"Hm." Kenzo berdehem singkat, dia lantas pergi dari hadapan Diva membuat gadis itu terdiam.
Diva merasa aneh dengan sikapnya, apakah dia sudah membuat kesalahan yang membuatnya marah. Apa karena sikapnya yang marah-marah tadi? Kenzo jadi menjauh darinya.
"Memang seharusnya begini! lebih baik aku tidak terlalu dekat dengannya!" gumam Diva, dia menghela nafas panjang sebelum memejamkan matanya mengistirahatkan tubuhnya yang tengah bersandar di sofa.
****
Kenzo memejamkan matanya mengusap rambutnya kasar, ada yang menganggu hatinya. Dia tidak tahu ada apa dengan hatinya.
Jantungnya selalu berdegub kencang setiap kali dia dekat Diva, tidak mungkin bukan jika Kenzo mencintainya.
Ayolah dia baru satu Minggu ini mengenal Diva, tidak mungkin perasaan itu tumbuh secepat itu. Atau ini semua karena efek kelamaan dia single.
Sehingga sekalinya dia dekat dengan wanita membuatnya merasakan perasaan aneh. Sungguh konyol!
Kenzo memilih menghubungi temannya, mungkin dia akan keluar sebentar mencari hiburan untuk hatinya yang kacau.
"Mor, ikut gue ke club!" ajak Kenzo.
Dia melirik ke arah jam yang masih menunjukkan pukul dua siang. "Lo gila! siang-siang gini ke club. Gue sibuk, masih banyak kerjaan!" sahut Moreo dari sambungan telpon.
Kenzo berdecak kesal setelah lelaki itu memutuskan sambungan begitu saja. Senyum itu mengembang kala dia melihat foto pernikahannya yang terpajang besar di ruang tamu.
Senyum itu terlihat sangat manis, wajah itu terlihat bahagia, dan wajahnya yang sangat cantik membuat jantung Kenzo kembali berdetak kencang. "Aku gak mungkin suka sama dia!"
Kenzo mengelak tidak mungkin dia jatuh pada pesona Diva secepat ini, hal yang mustahil. Kenzo memilih kembali ke kamar, tumben sekali dia tidak mendapati kerusuhan Diva hari ini.
"Kemana dia?" tanyanya setelah kamar terbuka, ranjang kosong. Kenzo pikir Diva tidur siang, dia mengernyit kala melihat kaki di sofa.
"Lagi? dia tertidur di sofa. CK, kebiasaan!" kesalnya, lagi-lagi dia mendapati Diva tidur di sofa.
Kenzo menghampirinya, dia melihat wajah itu yang nampak sembab. "Dia menangis?" gumamnya, tangan Kenzo terulur mengusap pelan air mata Diva yang membasahi pipinya.
"Apa yang membuatmu menangis, Diva?" gumamnya, Kenzo sempat mengecup dahi gadis itu sebelum memindahkannya ke ranjang.
Kenzo tersenyum melihat wajah cantik itu tertidur, dengan iseng dia mengambil ponselnya dan memotret wajah gadis itu.
Cekrek
"Cantik!" kekehnya, Kenzo meletakkan ponselnya ke atas nakas, dia ikut berbaring tidur dengan memeluk tubuh Diva.
Kenzo menghirup dalam-dalam wangi stroberi dari tubuh Diva. "Mungkin aku akui, kau berhasil membuatku jatuh pada pesonamu Diva, dalam waktu sesingkat ini!"
*****
Tring!
Notifikasi ponsel membuat Kenzo terbangun, dia melihat pesan itu dari ponsel Diva. menatap ke arahnya yang masih pulas dalam tidurnya.
Rey:
Hai sayang, sudah lama kita tidak bertemu? setelah kau pergi ke luar negeri. Aku dengar dari temanmu kau sudah kembali ke Indonesia, kita bisa bertemu, baby?
Tangan Kenzo mengepal setelah membacanya, dia menghapus pesan itu dengan perasaan marah.
"Tidak akan ku biarkan kau menemuinya, Diva. Mulai saat ini kau hanya milikku!" ucap Kenzo, dia mengambil ponsel Diva dan memasukkannya ke dalam sakunya.
Mor, belikan ponsel baru untuk Diva dan kirim ke rumahku secepatnya!
Pesan yang Kenzo kirim kepada Moreo, dia akan menjauhkan Diva dari pria-pria masa lalunya. Kenzo akan membuat Diva jatuh hati kepadanya, dia tidak akan mengatakan cintanya sebelum Diva mencintainya.
Kenzo tersenyum, mengecup singkat pipi Diva sebelum dia kembali hanyut dalam alam mimpinya, tidur dengan memeluk Diva selalu membuatnya nyenyak.
*****
Moreo terkekeh setelah mendapat pesan dari temannya, dia berpikir mungkin Kenzo sudah jatuh hati pada gadis ajaib itu.
"Gadis yang banyak bicara dengan Kenzo yang batu memang sangat cocok. couple goals!" kekeh Moreo.
Tidak ada yang salah dengan Diva, dia sudah menyelidiki semua tentang gadis itu. Gadis yang cantik, baik, berprestasi, tidak dia temukan sama sekali kekurangan darinya.