Diva tersenyum senang, dia menghirup aroma wangi dari bolu cokelat yang baru saja dia buat. "Em, baunya sangat harum! aku yakin rasanya pasti sangat lezat. Buatan Diva, jangan diragukan lagi!" kekehnya.
Diva mulai menata bolu cokelat itu di piring, dia memberi hiasan toping lelehan cokelat dan misis.
"Tuan muda mana ya? mungkin dia suka." Diva membawa piring berisi bolu cokelat itu ke atas, wajahnya penuh binar menatap lapar pada bolu cokelat itu.
"Tuan muda." Diva membuka pintu kamarnya dan menemukan Kenzo yang tengah sibuk dengan laptopnya.
Kenzo tetap fokus dengan pekerjaannya tak memperdulikan Diva yang terus memanggil namanya. "Tuan muda!" teriak Diva kembali.
Kenzo berdecak kesal, dia menutup laptopnya dengan kasar menatap nyalang ke arah Diva yang tengah berdiri di hadapannya.
"Kamu nggak lihat saya lagi apa!" sentaknya, Diva bukannya kesal malah tersenyum kecil, dia menghampiri Kenzo dan tanpa aba-aba dia menyuapi Kenzo bolu cokelat yang tadi dia buat.
"Ap---hmmmp." Kenzo melotot namun tak ayal dia memakan bolu itu, wajahnya kesal namun terlihat sekali jika dia menikmatinya.
"Enak kan?" kekeh Diva, yang kembali menyumpal mulut Kenzo dengan bolu itu, benar-benar kurang ajar.
"Stop!" ucap Kenzo dia menutup mulutnya menatap tajam ke arah Diva, dengan kasar dia menelan bolu yang penuh di mulutnya itu.
"Kamu bener-bener kurang ajar ya! saya ini suami kamu loh. Kamu nggak punya sopan-santun sama sekali ya!" omelnya.
"Kenapa sih, tuan? saya cuma nyuapin tuan muda aja!" ucap Diva, dia berusaha menahan tawanya agar tak meledak.
"Ck, kamu pikir saya bodoh! saya tahu kalau kamu memang punya maksud buruk sama saya. Sudahlah, saya malas berdebat!" Kenzo melirik piring berisi bolu itu dan tanpa aba-aba dia mengambilnya.
"Eh?" Diva mengerjab pelan, Kenzo mengambilnya dan kembali duduk di sofa kamar membuka kembali laptopnya dan menikmati bolu cokelat itu.
"Tuan muda saya belum makan loh, bagi dong!" ucap Diva, dia duduk di sebelah Kenzo yang dengan santai memakan kue itu tanpa perduli dengan ocehan Diva.
"Tuan muda!" rengek Diva dia menarik lengan Kenzo dengan wajah sedih. Bibirnya melengkung ke bawah matanya sudah berkaca-kaca.
"Tu---hmmph!" Kenzo ganti menyumpal mulut Diva dengan bolu, belum habis dia kembali menyumpalnya. Dia balas dendam!
Uhuk!
Diva tersedak, hal itu membuat Kenzo menghentikan sumpalannya dan memberikan minum pada Diva.
Lelaki itu terkekeh pelan merasa lucu melihat pipi Diva yang menggembung karena bolu yang dia suapkan.
"Tuan muda jahat, ih!" Matanya berkaca-kaca, dia kembali minum menghilangkan ganjalan pada tenggorokannya.
"Sukurin! siapa suruh ganggu saya duluan. Udah sana pergi, ganggu aja!" ketus Kenzo.
Diva menatapnya sebal dia segera mengambil balik piring itu namun Kenzo dengan cepat menjauhkannya.
"Ini buat saya! kamu bikin ini buat saya kan. Yasudah meskipun rasanya aneh tetap saya makan, kurang baik apa saya menghormati kerja kerasmu!" ucap Kenzo.
Diva melotot tajam, enak saja dia bilang rasa bolunya aneh. Diva makan tadi rasanya enak, kenapa dia bilang aneh, menyebalkan!
"Saya gak minta tuan muda buat hormatin kerja keras saya! kalau tuan muda nggak mau yaudah sini balikin. Biar saya makan sendiri!" ketus Diva.
Kenzo tersenyum miring, menyembunyikan piring berisi bolu itu ke ketiaknya. Dia tersenyum mengejek ke arah Diva.
"Masih mau?" tanyanya.
"Ih, jorok banget sih! jauhin nggak." Diva berkacak pinggang sembari menatap Kenzo tajam.
Lelaki itu bukannya menurut malah tertawa mengejek menjulurkan lidahnya pada Diva, sembari menikmati bolu cokelat dalam mulutnya. "Bolu rasa ketiak saya pun enak, lebih lezat, lebih mantab, dan lebih nikmat!"
Diva bergidik ngeri menatap horor ke arah Kenzo. "Jorok! dasar tuan muda jorok. Sok bersih padahal orangnya jorok, huuu. Makan aja tuh ketiak!" ejek Diva kesal.
Dia pergi begitu saja menghentakkan kakinya kesal. "Dikasih hati malah minta jantung, dasar gak tau diri banget jadi orang!" gerutunya.
"Saya dengar Diva!" teriak Kenzo. Gadis itu berdecak kesal, punya Indra keenam kah, orang atau cenayang.
"Saya masih dengar, Diva!" teriak Kenzo kembali.
"BODOAMAT!" teriak Diva kesal, gadis itu mencak-mencak sendiri sangking kesalnya dengan sifat menyebalkan Kenzo.
****
Kenzo turun dengan piring kosong di tangannya, piring bekas bolu tadi. Dia meletakkannya di cucian piring, dan samar-samar dia mendengar suara TV menyala membuatnya berjalan menuju ruang tengah. Dan ....
Terlihat seorang gadis cantik yang tengah pulas dengan tidurnya, bahkan dia dapat mendengar dengkuran halus dari gadis itu.
Kenzo tersenyum tipis melihatnya, dia mendekat menatap lekat wajah cantik Diva, jika dilihat-lihat gadis itu memang cantik.
"Kalau kamu diem kamu cantik, kalau kamu bangun kamu jelek! monyet pun masih mending dari pada kamu!" kekeh Kenzo.
Tanpa sadar tangannya bergerak menyingkirkan helaian rambut Diva yang menutupi wajah cantiknya.
Kulit putih bersih, wajahnya yang natural sangat memperlihatkan kecantikan alaminya, cantik bak seorang dewi.
"Mama." Kenzo dengan jelas mendengar suara itu, Diva mengigau wajah gadis itu berkeringat dingin di susul dengan air mata yang perlahan mengalir.
"Diva kangen mama," ucapnya lagi, namun mata itu masih terpejam. Tangan Kenzo terangkat untuk menyentuh dahi Diva dia terkejut kala merasakan suhu tubuh Diva yang panas.
"Dia demam?" tanyanya, Kenzo menatap jam yang menunjukkan pukul tujuh malam. Itu artinya sudah lama dia mendekam di kamar.
"Saya harus apa?" tanyanya bingung, namun tetap saja Kenzo menggendong Diva menunju kamarnya.
Dengan hati-hati dia merebahkan tubuh Diva pada ranjang, tangannya mengusap pelan kepala Diva, saat dia akan pergi Diva menahan tangannya.
"Jangan pergi, ma! jangan tinggalin Diva!" ucapnya lirih, Kenzo melihat mata itu sedikit terbuka, namun dia sangat yakin jika Diva belum sepenuhnya sadar bahkan dia mengira dirinya adalah mamanya.
"Sebentar aja, ambil kompres buat kamu!" ucap Kenzo perhatian, perasaan tadi siang Diva tidak apa-apa tapi sekarang kenapa dia demam seperti ini?
Apa gara-gara bolunya dia makan? tapi mana mungkin! atau karena dia kedinginan karena terlalu lama tidur di sofa?
"Bukan salah saya, salah dia sendiri yang bebal! saya sudah berulang kali mengatakan jika saya tidak memperbolehkan dirinya tidur di sofa."
Jika dirinya tidak ingin sekamar dengannya, masih ada banyak kamar yang bisa dia gunakan. "Apa, dia marah?" ucapnya pelan.
"Mama!" gumam Diva kembali, tangan Kenzo mengusap pelan kepala Diva dengan sayang. Entahlah hatinya terasa tergelitik melihat kondisi Diva saat ini.
"Mama." Diva terus bergumam lirih, melihat itu membuat Kenzo ikut berbaring di sebelah Diva, tanpa sadar tangannya memeluk pinggang ramping Diva.
"Sttt, udah tidur! jangan takut, saya ada di sini buat kamu." Suara berat itu berbisik tepat di telinga Diva membuat gadis itu seketika terdiam.
"Good night!"