"Selama delapan tahun ini aku bukannya tidak berusaha menghilangkanmu dari hatiku, Cheery. Bahkan jika aku sedang sendiri, rindu ini membuatku tanpa sadar mencarimu ke tempat-tempat yang biasa kita kunjungi dulu,"
"Berharap aku bisa menemukanmu dan mengakhiri amarahku karena menganggapmu menghianatiku. Dan sayangnya kau tidak pernah kembali ke tempat-tempat penuh kenangan itu,"
Kini Vano duduk di lantai, berlutut di depan Cheery dan menitikan air matanya saat kembali menceritakan hari-hari sepinya tanpa sang kekasih.
"Ternyata hanya Tuhan dan dirimu yang tahu, kalau kau tidak menghianatiku dengan sengaja. Tapi kenapa hal itu sampai berkepanjangan? Kenapa kau tidak jujur saja padaku waktu aku pulang? Kita bisa menyelesaikan permasalahan itu karena cinta kita kuat, kan?"