"Rion, kamu bertanya hal semacam ini pada ayah? tanpa kamu melihat isinya?" Kata Arsa, memperhatikan sikap sang putra yang kini meragukan dirinya, terlihat jelas ketidakpercayaan.
"Ayah, apapun yang ada dalam amplop ini, aku pastikan jika aku, akan tetap bersama dengan Harini, ayah tidak perlu menanyakan kenapa? Karena aku cinta Harini, dia wanita yang layak untuk menyandang nama besar Prasaja."
"Kamu yakin nak?"
"Sangat yakin ayah, maafkan aku."
Arion berdiri meninggalkan ruang kerja Arsa, dengan langkah panjang, tanpa memperdulikan suara Arsa yang memanggilnya.
"Rion! kamu salah menilai ayah, nak." Arion membanting pintu mobilnya, Arsa menghela nafasnya melihat sikap putranya. untuk pertama kalinya melihat sikap sang anak bersikap kasar padanya.
'Rion, kamu akan tahu apa yang ayah lakukan ini, hanya untukmu, Maafkan ayah jika cara seperti ini membuatmu membenci ayah.' Arsa meninggalkan kantornya sesaat setelah Arion meninggalkan kantornya.