Usai selesai dengan jam mata kuliahnya, Galaksi langsung pulang ke rumah. Matanya menelisik kesegala arah, takut-takut ada makhluk yang ia benci tiba-tiba muncul. Herannya sampai ia di kamar pun tak ada tanda-tanda kucing yang bernama Kimnar, bahkan majikannya pun tak menampakkan batang hidungnya.
Enggan ambil pusing, dirinya malah dikagetkan dengan kehadiran salah satu asisten rumah yang mengetuk pintu walau pintu kamarnya terbuka. Ia memberi tahu bahwa Galaksi harus mengemaskan barang-barang penting untuk dipindahkan ke rumah yang baru, dan juga mengenai May yang sudah membawa barangnya sejak tadi pagi.
Sembari memutar lagu, Galaksi membuka koper untuk diisi dengan baju-baju yang akan ia bawa, ia juga sudah menyiapkan beberapa buah kardus untuk membawa barang-barang penting. Sepanjang kegiatannya, ia masih tak percaya jika ia sudah memiliki istri, terlebih istrinya malah seorang pencinta kucing. Rasanya semesta begitu kejam dalam memberikan nasib pada kehidupannya.
Sesi packing memakan waktu sekitar 1 jam. Membiarkan beberapa kardus yang berjejer di kamarnya, ia hanya menarik sebuah koper besar yang berisi bajunya saja. Sementara kardus-kardus yang berisi barang-barang dan buku akan diambil oleh tukang pengantar barang.
Rumah baru yang akan ia tempati tidak terlalu jauh dengan lokasi apartemen milik sang kakak, sehingga mudah baginya untuk kabur dari rumah jika ia sedang senggang.
Baru saja tiba di halaman, ia melihat mobil abangnya yang terparkir rapi di garasi rumah. Ia tahu jika Arche pasti sedang membantu May untuk memberesi rumah, atau mungkin malah tengah bermain dengan Kimnar, mengingat Arche juga seorang ailurophile.
Sungguh tak terduga ketika Galaksi tiba di pintu yang terbuka ia melihat May yang baru saja melompat tiba-tiba kehilangan keseimbangan, akibat kucing yang perempuan itu gendong juga melompat tiba-tiba.
Bersyukur karena abangnya dengan sigap membantu May, tapi kenapa pose jatuhnya membuatnya tak suka. Terlalu klise seperti drama bergenre romantis.
"Wah, wah! Drama macam apa ini? Seorang istri tengah bermesraan dengan kakak iparnya, ya?" ledeknya.
May langsung bangkit. "Enak aja bermesraan!" protes perempuan itu. "Aku jatuh dan Kak Arche menimpa aku itu bukan bermesraan tapi musibah. Inget, ya! MUSIBAH!" ucap May dengan penuh penekanan di kata terakhir.
"Cih! Ngga mau ngaku!"
"Gal, gue sama---"
"Udah, Kak." May menarik tangan Arche. "Mending aku ke apartemen Kakak biar bisa lihat kucing yang lucu. Daripada di rumah cuman lihat manusia model yang galak kaya gitu!" ucap May. "Kimnar, ayo ikut. Kalau kamu dirumah nanti kamu diomelin sama manusia Galak itu lagi!" May menarik May dengan satu tangannya yang bebas.
Galaksi terbengong melihat May pergi begitu saja. Setelah bunyi mobil Arche keluar dari garasi, lelaki itu langsung membanting tubuhnya ke sofa. Ia tak menyangka harus memiliki istri yang menyebalkan seperti itu. Bukannya meminta maaf, tapi malah kabur dengan kakak iparnya. Istri macam apa itu?
Sedang enak-enaknya duduk, ia malah dikagetkan dengan bunyi klakson. Saat lelaki itu keluar, ternyata orang-orang yang mengatarkan barang sudah sampai. Beberapa kardus yang yang berisi barangnya sudah berjajar rapi di depan teras.
Malas mengangkut, Galaksi meminta salah satu kurir yang mengangakt barang untuk memindahkan barangnya pada ruangan yang pintunya ia buka. Sementara dirinya mengeluarkan uang dari saku celananya untuk membayar jasa pengiriman barang tersebut.
Semua barang yang ada di ruangan itu ia bongkar untuk ia susun ulang di rak-rak yang memang sudah disediakan. Lelaki itu tersenyum senang karena papanya tahu apa yang ia mau. Namun setelah setengah barang sudah tersusun rapi di tempatnya, Galaksi menyadari jika dirinya belum melihat barang May barang sebiji.
Penasaran dengan barang May yang tak nampak, lelaki berkulit sawo matang itu mencari keberadaan barang-barang perempuan yang kini akan tinggal satu atap dengannya. Rupanya sudah di susun di salah satu kamar yang berukuran sedang.
"Biasanya barang cewek tuh banyak, tapi kenapa nih anak kok simple-simple aja, ya!" gumam Galaksi melihat hanya ada beberapa peralatan make up diatas meja.
Dikarenakan May menyusun di kamar yang ukurannya sedang, terpaksa Galaksi harus menyusun ulang di kamar yang paling luas bersama barangnya. Bukannya apa, tapi jika sampai ketahuan Jedi ia dan May berbeda kamar, mungkin akan terjadi perang dunia. Apalagi papanya sempat berkata bahwa akan dipasang CCTV khusus yang mengarah kamarnya. Jika sampai May dan dirinya tidur terpisah, tamatlah riwayatnya.
"Kok, nggak bilang kalau barangku mau dipindahin?"
Galaksi refleks menoleh ketika sedang menyusun beberapa alat make up milik May di atas meja rias. Ada May yang tengah menggendong Kimnar. Kimnar ia lepaskan lalu berjalan mendekat ke arah Galaksi.
"Lo udah balik?"
"Iya. Aku baru inget kalau barang kamu kan nyusul, jadi aku mau bantu. Lagian kenapa nggak nelpon? Urusan nyusun barang gituan itu bukan tanggung jawab suami tauk!" ucap May lalu mengambil alih posisi Galaksi.
"Mending lo ambil baju lo yang di kamar lama, gih. Jangan cari perkara dengan meletakan barang yang beda sama punya gue."
"Kan Papa nggak---"
"Lo nggak tahu gimana Papa gue. Mending lo nurut kalau lo emang nggak mau cari ribut."
Malas meladeni suaminya, May nemilih mengalah. Beruntung baju-bajunya masih ia masukkan dalam koper, jika sudah ia susun di dalam lemari, pastilah lebih ribet lagi.
Usai menyusun baju-bajunya di lemari, Galaksi memintanya untuk melanjutkan kegiatan menyusun make up-nya yang ada di meja rias, sementara orang yang menyuruhnya sejak tadi berkutat dengan buku-buku tebal. May yang melihatnya saja sudah dibuat pusing dulu, apalagi jika disuruh membaca.
Iseng, sesekali ia membaca beragam parfum dan krim-krim yang digunakan oleh Galaksi.
"Kenapa aku jadi merasa tersindir, ya!" gumamnya searaya membandingkan jumlah produk perawatannya yang hanya beberapa buah, sedangkan milik Galaksi sampai beranekaragam. "Cowok jaman sekarang memang nggak mau kalah saing sama cewek, ya!" imbuhnya.
"Ah, iya, nanti malam pokoknya aku yang tidur di sofa, jadi jangan coba-coba ambil posisi itu!" ucap May setelah selesai menyusun.
"Eh, kenapa?" Galaksi bingung. "Kenapa nggak lo aja yang tidur di kasur dan gue yang tidur di sofa," ungkapnya. "Lagian kucing lo bisa tidur di kamar sebelah, kan?"
"Kamu kan kuliah, tubuhmu juga panjang. Kalau kamu tidur di sofa, nanti badan sama kakimu bisa sakit karena nggantung. Yang repot siapa? Aku kan?" jeda. "Tapi kalau aku yang tidur di sofa, badanku lebih pas karena aku pendek. Dan kalau pegel, aku kan cuma dirumah, nggak kaya kamu yang harus pergi. Kan lucu kalau kamu di kampus jadi bungkuk dan pincang-pincang. Bisa-bisa Papa kira aku habis nyiksa suami lagi," ucap May panjang kali lebar.
"Tapi kan nggak etis. Masa suami tidur di kasur, istrinya di sofa. Lo istri, bukan budak gue!" bantah si lelaki jakung.
"Lah emang kenapa kalau aku istri?" May bersedekap. "Jangan mentang-mentang kamu suami aku trus bisa ngatur-ngatur aku, ya!" Perempuan itu melangkah menuju kamar mandi, namun sebelum masuk, ia berbalik. "Nurut, atau aku kasih Kimnar!"
Blam!
Suara hantaman pintu yang cukup menggema membuat Galaksi pasrah. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Entah kenapa, perhatian seorang May mampu mengusik sudut hatinya yang kini sedikit menghangat.
Walau alasan May masuk akal, tapi ia tak kuasa menahan lengkung di bibirnya. Entah kenapa ia begitu bahagia karena May peduli dengannya. Rasanya ia sangat kejam jika harus terus-terusan bersikap dingin pada May, tapi ia juga tak pandai jika harus bermanis-manis dengan perempuan.
"Duhh! Gue gak suka sama tu anak, kan?!"
***
Dengan sedikit tergopoh-gopoh, May berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Baru setelahnya ia pergi ke dapur untuk memasak.
Perempuan berbaju piama motif polkadot dengan gambar Melody di bagian depannya itu membongkar isi kulkas untuk mencari sesuatu yang pas untuk ia jadikan sarapan. Namun segera kembali ia masukkan karena ia ingin memasak nasi goreng kesukaan Galaksi dan kesukaannya.
Usai memasak, May langsung menbersihkan dapur agar kembali rapi. Sampai satu jeritan keras Galaksi membuatnya berlari menuju kamar.
"Ada apa?" tanya May panik bukan main.
"Ini ... kucing lo!" Galaksi menujuk ke arah Kimnar yang tengah tertidur di sampingnya.
May mendesah pelan. "Kirain ada apa, nggak tahunya cuma soal Kimnar."
May berjalan mendekat ke arah Galaksi, agak setengah membungkuk untuk meraih Kimnar.
Hap!
Kimnar yang sudah terbangun malah bergeser, telapak tangan May terpleset dan menyebabkan tubuhnya malah menghantam Galaksi yang diam bagai patung akibat takut dengan Kimnar.
"Ah, maaf!" May langsung berdiri. Ia langsung membuang muka juga ketika Galaksi sudah lebih dahulu membuang muka.
Kaki May melangkah menuju samping meja rias dan mengambil satu kotak makanan Kimnar. Cukup sekali mengguncang, Kimnar langsung berlari ke arah May.
"Langsung bangun, mandi dan sarapan, ya! Aku mau ngasih makan Kimnar dulu!" ucap May lalu membawa kotak makanan Kimnar keluar kamar. "Kalau sampai nggak mandi, aku suruh Kimnar buat gangguin kamu lagi," ucap May yang melongokkan kepalanya ke dalam kamar, lalu kembali menghilang.
"Duh, gini amat ya punya istri seorang ailurophile. Tapi ... kenapa gue kek kena serangan jantung tadi," lirihnya seraya memegangi area dadanya yang sempat terhantam tubuh May.