Kehadiran pemuda ini mengherankan semua yang bertarung. Kepala Pengawal dan Wakil Pengawal saling memandang. Bagaimana mungkin pemuda itu bisa menyelinap begitu saja di bawah kereta tanpa dapat di ketahui. Mungkin seperti itulah yang tersirat di pikiran mereka.
Tapi bagi Gu Rong adalah hal yang paling beruntung karena kalung nya yang bermata itu di curi oleh Chen.
"Kembalikan kalungku atau kubunuh kau"
"He he kakak Gu Rong... Aku tidak mengerti maksudmu."
"Bajingan. Orang yang berani macam macam dengan ku harus mati." Gu Rong mendekat.
"Tunggu dulu Kakak Gu Rong. Kalau kau menindasku, apakah kau memiliki barang berharga lainnya."
"Apakah maksudmu?"
"Karena ku dengar mereka yang tidak bisa membunuhku pasti akan kehilangan sesuatu miliknya."
Mendengar hal itu justru membuat Gu Rong naik pitam. Dengan cepat tubuh besar itu menyerang Chen. Namun setelah berada di dekat pemuda itu, Gu Tong terdiam bagai sebuah patung.
Bae Jing melihat semuanya dari belakang punggungnya Gu Rong jadi tidak tahu apa yang sedang terjadi karena lawannya berada di depan Gu Rong tertutup oleh badannya.
"Gu Rong. Apa yang kau lakukan. Cepat habisi anak muda itu."
"He he ... Sepertinya Gu Rong enggan menindasku." Ucap Chen dari balik tubuh Gu Rong. "Ku harap Kakak Bae Jing juga tidak menindasku juga."
Terlihat Chen sedang menggerakkan tangannya melakukan sesuatu di wajah Gu Rong.
"Gu Rong. Jawab aku." Sepertinya Bae Jing mulai emosi.
"Jangan khawatir Kakak. Gu Rong baik baik saja."
"Kakak Bae Jing. Gu Rong telah di totok oleh pemuda ini. " Salah seorang perampok melaporkan.
"Apa?" Bae Jing Seakan tidak percaya, Gu Rong yang yang berada di tingkat Tiga Peringkat Alam dibuat tidak berdaya dalam satu gerakan. Mungkin karena Gu Rong belum sembuh benar. "Apa yang kalian tunggu. Serang dia." Bentaknya.
Secara serentak delapan perampok yang tersisa dan masih kuat mulai menyerang sambil berteriak. Berbagai jenis senjata tajam mulai mendekat.
Syuuttt..
Gerakan cepat Chen mulai menotok satu persatu membuat ke delapan perampok terdiam tidak bergerak. Gerakan kedua Chen menampar semua para perampok yang tidak bergerak.
"Kalian berani menyerang ku tanpa memiliki sesuatu yang berharga. Terpaksa yang ada pada kalian harus ku ambil." Ucap Chen dengan memegang delapan celana di tangannya. Sebentar saja celana celana itu terobek robek kecil seperti sedang merobek kertas.
Kini semua ke delapan perampok itu tidak menggunakan celana. mereka hanya mengenakan pakaian dalam. Tapi mereka dalam kondisi tertotok, tidak dapat menutupi bagian bawahnya. Para perampok ini benar benar di permalukan.
Kepala Pengawal, Wakil Kepala Pengawal, Bae Jing dan sisa pengawal yang masih sadar melihat kejadian itu. Mereka semua terbelalak melihat kecepatan Chen dalam bertindak.
"Si... Siapa... Kau..." Bae Jing terpana melihat anak buahnya dalam sekejap sudah tidak berdaya. Tidak mungkin hanya peringkat bumi dapat melakukan seperti itu.
"Aku bukan siapa siapa. Aku hanya seseorang dengan tingkat tujuh peringkat bumi. Kau tidak mengenalku tapi aku sangat mengenalmu." Chen melangkah maju.
"Aku tidak mengenalmu." Bae Jing memasang kuda kuda. Kulit tubuhnya mulai mengeras seperti batu. "Kau tidak akan bisa menotokku karena aku memiliki atribut batu."
"Sudahlah kakak. Mari kita lupakan semua dan tidak usah bertarung lagi. Bebaskan semua pengawal dan kalian kembali ke tempat kalian."
"Bukan kah kau tadi bilang tidak akan ikut campur. Lantas sekarang kenapa kau ikut campur."
"Aku tadi tidak mau ikut campur tapi kalian melibatkan aku jadi sekarang aku sudah terlibat. Lagi pula aku ingin menumpang kepada mereka. Jika para pengawal itu mati maka perjalananku akan sangat melelahkan. Bagaimana Jingi?"
"Jingi? Bagaimana kau tahu nama panggilanku. Siapa kau?. Tidak ada yang memanggil ku seperti itu selain teman dekatku."
"Sudah kukatakan aku tahu semua tentangmu Jingi. Orang dari anti pemerintah. Dari Kelompok Bambu Merah. Aku juga tahu isterimu.... mmhh... Siapa lagi namanya... Long Chu? Benar? Keluargamu tinggal di desa Phurin dan memiliki dua orang anak. Yang pertama seorang perempuan bernama Bae Neng dan yang kedua seorang Putera bernama..."
"Tidak. Aku hanya memiliki satu satu anak perempuan. Tapi bagaimana kau bisa mengenal isteriku dan nama nama keluargaku? Apakah kau selingkuhan nya."
"Oh iya. Puteramu belum melahirkan. Dua tahun akan datang isterimu akan melahirkan seorang putera."
Bae Jing yang menantikan seorang anak laki laki dan selama tujuh tahun ini belum memiliki keturunan laki laki, tentu saja merasa di permainkan.
"Bajingan. Kau selingkuhannya isteriku. Ku bunuh kau.."
"Tunggu. Apakah isterimu tahu tentang selingkuhanmu sesama Kelompok Bambu Merah. Seorang penari yang lemah gemulai. Siapa lagi namanya... Kalo tidak salah... "
"Cukup. Siapa kau sebelum aku membunuhmu."
"Hehe... Sebaiknya kau urungkan niatmu itu. Jika tidak aku akan mengambil artefak yang menjadi ikat pinggangmu. Artefak itu dapat memberikan daya tahan di tubuhmu sehingga memiliki kekebalan."
"Sial. Bagaimana kau bisa tahu. Bahkan isteriku sendiri tidak tahu akan hal itu. Katakan siapa dirimu atau aku bertindak nekad."
"Baik... Baik... Namaku adalah Ye Shang yang memiliki sedikit keahlian meramal. Aku juga memberitahukan mu kalau kau akan tewas di tangan isterimu pada tahun 840 ketika dia tahu kalau kau berselingkuh dari nya."
"Hua ha ha ha... Dasar seorang penipu. Isteriku tidak memiliki kepandaian bela diri bagaimana dia bisa membunuhku. Kalau kau benar benar mengetahui diriku berarti kau tahu siapa ayahku."
"Jingi... Kau itu bodoh. Kau itu hanya perkasa di luar tapi sebenarnya kau takut dengan isterimu. Mengenai Ayahmu. Kau belum pernah bertemu ayahmu karena semenjak kecil ayahmu meninggalkanmu. Isterimu nanti akan membunuhmu pada saat tidur dengan pisau tingkat unique yang pernah kau berikan di saat pernikahanmu. Jadi sebelum terlambat sebaiknya kau hentikan selingkuhmu dan mulai berbaiklah dengan isteri dan anakmu. Aku tahu kau adalah pria kasar namun berhati lembut."
"Ba.. bagaimana kau bisa tahu.." Bae Jing terduduk di tanah. "Apakah benar kau seorang peramal? Apakah benar aku akan memiliki seorang putera...."
Bae Jing merasa tidak lagi memiliki semangat merampok. Apa yang dikatakan lawannya ini membuat dia ragu akan kehidupan yang dia jalani.
Mental Bae Jing kini sedang jatuh. Sengaja Chen melakukan semua itu karena khawatir dia mungkin tidak dapat menghadapi Bae Jing dengan kemampuannya saat ini. Apa lagi energi kekuatan Ye Shang yang di keluarkan sudah terkuras banyak.
Dalam kehidupan sebelumnya Bae Jing adalah salah satu anak buahnya di Kelompok Bambu Merah. jadi dia tahu banyak tentang bekas anak buahnya ini. Kini dia membiarkan Bae Jing terduduk memikirkan jalan hidupnya.
"Hai Para Pengawal yang masih bernafas bersiap berangkat kembali." Perintah Chen sambil mendatangi Kepala Pengawal