Diluar kota Mulang terlihat Chen sedang ceria. Tangan kiri nya melempar lempar kantong berisi koin milik Bho Pheng dan di tangan kanan nya sedang menimang nimang kalung batu berharga berwarna hitam kemerahan yang dapat memantulkan cahaya.
"Barang bagus.... Barang bagus... " Pujinya.
Chen tentu saja tahu fungsi Batu berharga di kalung itu. Batu ini berumur diatas 500 tahun dan di sebut [Batu Perlindungan Satu Kali]. Sebuah batu yang di ukir dengan Array Kuno digunakan sebagai pertahanan yang dapat meloloskan pemiliknya dari kehilangan nyawa. Tapi hanya dapat di gunakan satu kali saja dan setelah itu batu itu akan pecah tidak berfungsi lagi.
Batu seperti ini bukanlah batu langka tapi juga bukan murahan. Batu ini di jual di toko batu berharga dengan harga yang sangat tinggi. Pasti Gu Rong mendapatkannya dari hasil rampokan.
Hari ini Chen tidak merampok dan tidak membunuh. Tapi hari ini dia hanya mencuri barang mereka yang mencoba mengintimidasi dirinya. Yang penting dirinya berubah agar dapat merubah masa depan. Dia bukan perampok dan pembunuh lagi.
Tentu saja seorang perampok dengan pencuri itu tidak sama. Kalau seorang perampok mengambil barang orang lain secara paksa dan kalau pencuri, pemilik barang tidak menyadari kalau barang miliknya telah hilang. Bagi Chen itu adalah dua hal yang berbeda. Dan yang di rugikan hanya mereka yang bermaksud jahat terhadap dirinya saja.
Dia tidak mencuri secara sembarangan melainkan hanya Orang yang menekan dirinya. Biasanya yang mengganggunya pasti tewas dibunuh. Tapi sekarang tidak lagi hanya kopensasi nya barang miliknya di ambil sebagai ganjaran atas perbuatannya. Itu peraturan yang di tetapkan nya sendiri.
Pemuda berperawakan sederhana ini melintasi jalan setapak dengan santai dan tidak terburu buru. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu atau menyadari akan sesuatu. Tidak terasa dia sudah berjalan selama dua jam.
Tidak lama kemudian terdengar suara tapak kuda. Tampaknya serombongan orang akan melewati tempat ini.
"Empat, Lima, Enam, Tujuh..." Chen seperti sedang menghitung sesuatu. "Hmmm.... Rupanya ada enam Belas kuda."
Seperti dugaannya sebuah rombongan akan melintas melewati dirinya. Rupanya inilah yang sedang dinantikan pemuda ini. Ternyata benar juga kalau ada enam belas kuda dan dua gerobak tertutup. Masing masing gerobak ditarik oleh empat kuda. Penunggang kudanya ada delapan orang. Sebagian yang lain ada di gerobak.
"Selamat bertemu kembali anak muda." Ucap Kepala Pengawal yang berada paling depan sedang menunggang kuda.
"hah.... Kiranya Kepala Pengawal. Selamat ... Selamat... Semoga cepat sampai tujuan." Chen membalas.
"Maafkan kami sedang terburu buru."
"Silahkan... Silahkan... Jangan perdulikan aku."
Rombongan itupun meninggalkan Chen sendirian.
Wakil Kepala mendekati Kepala Pengawal.
"Kawan. Kuda kita melaju cepat namun baru dapat menyusulnya setelah dua jam."
"Aku tahu. Kita berurusan dengan Gu Rong tadi paling sekitar 20 menit. Itu berarti peringan tubuh Pemuda itu cukup bagus meskipun tidak secepat kuda."
"Hei... Kenapa pemuda itu sudah tidak ada di belakang. Apakah dia bersembunyi di dalam semak." Wakil Kepala sedang melihat kebelakang.
Sang Komandan pun langsung berbalik memutar arah kudanya ke arah belakang. Memang benar Chen sudah tidak terlihat di belakang. kemana dia?
"Hei kalian yang di didalam kereta satu dan kereta dua. Apakah kalian baik baik."
"Aku di kereta satu dalam keadaan baik." Suara seorang pengawal.
"Aku di kereta dua juga dalam keadaan baik."
Kepala Pengawal itu mulai berkeliling di dalam pasukannya. Dia khawatir pemuda itu menyelinap di keretanya dan mencuri barang. Pemuda itu di curigai sebagai seorang pencuri.
Setelah yakin semua dalam keadaan aman, Si Kepala Pasukan kembali jalan ke depan.
Tiba tiba si wakil kepala mengangkat tangannya tinggi tinggi sebagai tanda untuk berhenti. Rombongan ini pun berhenti sesuai komando.
"Ada Apa?" Kepala Pengawal bertanya.
"Lihat di depan."
Jauh di depan rombongan itu terdapat rombongan orang berkuda lebih dari dua puluh orang. Mereka semua bergerak dari arah berlawanan. Terdengar teriakan teriakan bersorak dengan semangat Ternyata mereka semua adalah para perampok yang telah menemukan sasarannya.
"Kita diserang." Ucap si Wakil Kepala.
"Itu Kelompok Gu Rong."
Pasukan Gu Rong pun semakin mendekat.
"Ternyata mereka menggunakan jalan potong." Ucap Kepala Pengawal. "Lihat kaki kuda mereka yang penuh tanah dan rumput."
Dapat di maklumi jika kelompok ini mempunyai jalan potong karena mereka merupakan orang penduduk sekitar.
Tapi sudah terlambat menyadarinya sekarang karena rombongan Gu Rong sudah datang dan mengelilingi pasukan Pengawal Barang.
"Tinggalkan kereta itu maka nyawa kalian selamat." Seseorang berbadan besar hanya mengenakan rompi merah di badannya. Rambut nya jabrik ke atas tak terurus. Memiliki rahang lebar menandakan kekuatan fisik nya diatas rata rata. Seperti nya orang ini adalah pemimpin para perampok. Bukan si Gu Rong.
"Kakak. Kita bantai saja mereka." Seru Gu Rong yang masih mempunyai dendam.
"Aku pernah mendengar seorang perampok kerajaan bernama Bae Jing yang selalu mengenakan rompi merah dan salah satu dari kelompok Bambu Merah. Kepala nya juga cukup berharga jika di tukar di kerajaan."
Mendengar hal itu si pemimpin perampok itu malah senang. Dia memang jarang tampil di muka umum karena masih buronan. Tapi dalam hal merampok, dia selalu di depan.
"Hahahah.., Ternyata namaku sudah cukup terkenal yah. Kalau sudah tahu sebaiknya kalian pergilah secara baik baik dan tinggalkan kereta itu disini. Aku bukan orang yang ganas, hanya mencari nafkah saja... hahahah."
"Kalian boleh saja mengambil kereta kami setelah kami menjadi mayat." Kepala Pengawal mengeluarkan goloknya yang besar. Ini adalah komitmen bagi pengantar barang, lebih baik mati dari pada menghilangkan barang bawaan.
"Hahahah... Sudah kuduga."
Tanpa di komando lagi kedua pasukan saling angkat senjata. Suara berteriak dari masing masing kelompok. Juga terdengar Suara dentingan beradunya senjata.
Gu Rong bertanding melawan Wakil Kepala Pengawal dan Bae Jing melawan Kepala Pengawal.
Tiga puluh menit berlalu dan pasukan Pengawal Barang mulai kewalahan menghadapi para perampok. Dalam hal jumlah mereka memang kalah banyak. Apa lagi yang di hadapi adalah buronan kerajaan.
Sementara Wakil Kepala Pengawal sudah terluka parah.
"Aku akan membuatmu mati tanpa dikubur." Bentak Gu Rong.
"Bukankah kau tadi terluka dalam. Bagaimana kau masih sekuat ini."
"Sampai sekarang pun aku masih terluka. Sedikit bantuan Pil dari kakak Bae Jing membuatku bertambah baikan meskipun hanya sebentar. Hanya kau saja sangat lemah. Ternyata kau masih di peringkat Bumi tingkat sembilan."
"Bagaimana orang seperti kalian bisa memiliki pil bagus." Heran si Wakil Kepala. Membeli pil bagus tingkat 2 saja bukan harga yang murah.
"Aaagghhhh..." Terdengar teriakan dari Kepala Pasukan.
Rupanya dia juga di kalahkan oleh Bae Jing yang berada di tingkat empat Peringkat Alam. Kepala Pengawal masih ditingkat tiga. Perbedaannya hanya satu tingkat saja
Kepala Pengawal tidak sanggup berdiri karena paha nya telah robek oleh senjata clurit milik Bae Jing. Darah mulai mengucur.
"Saatnya aku memenggal kepalamu." Bae Jing memutar cluritnya di udara.
"Lakukanlah. Aku sudah siap." Kepala Pengawal menunduk pasrah. Lebih baik mati dari pada Menyandang rasa malu.
"Kawan. Aku akan menemanimu ke akherat. " Wakil kepala tersenyum kepada pimpinannya.
"Kakak Gu Rong. Saya menemukan seseorang bersembunyi di bawah kereta." Seorang bawahan melaporkan. "Orang ini yang telah membuat kakak sengsara."
Ternyata yang dimaksud adalah Yuan Chen yang bersembunyi di bawah kereta. Ketika kereta terbalik oleh perbuatan para perampok maka terlihat Chen sedang menggantung di bawah roda.
Kini dia di dorong oleh salah seorang pengawal yang menggunakan senjata pedang.
"Hehe... Abaikan saja aku. Teruskan saja pertarungan kalian." Chen mengangkat ke dua tangannya. "Aku tidak ada hubungannya dengan para Pengawal ini."
"Satu orang pengecut lagi ada disini." Ucap Bae Jing.