Kembali Yuan Chen membuka matanya. Dia berada di sebidang tanah di depan goa.
"Aku hidup lagi di titik awal " Dia merasakan tubuh yang remuk bukan karena terjatuh dari jurang tapi karena di intimidasi oleh Yuan Jian dan pengikutnya.
Selalu kembali dalam kondisi seperti ini. Meridian yang rusak serta kekuatan tubuh bela diri yang tidak berfungsi.
Kembali dia melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Proses proses yang harus dilewatinya selama sebulan penuh. Memasuki goa, berlutut, berjalan ke dalam goa ke dua, mengambil cincin ruangan. Memasukan semua benda ke dalam cincinnya. Kemudian keluar lagi.
Tapi kali ini langkah nya terhenti. dia tidak jadi keluar dari gua. Dia membalikkan badannya. Ada satu hal yang berbeda. Yakni lampu batu cahaya cuman satu yang bersinar. Dua batu padam.
Awal datang tiga lampu bernyala. Datang ke dua kaliz hanya tersisa dua lampu. Sekarang sisa satu lampu. Apa maksudnya ini?
"Apa artinya semua ini?"
Yuan Chen mencoba kemampuan magis di keningnya.
[Melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain. ]
Di bawah batu cahaya itu ada retakan retakan yang tidak pernah diperhatikan sebelumnya. Ketika menggunakan kemampuan mata ke tiga maka terlihat cahaya putih yang tersembunyi di balik retakan itu. Tepat berada di bawah lampu cahaya.
Tidak sulit baginya untuk mencongkel setiap retakan. Semakin banyak kulit dinding di kupas maka terlihat beberapa tulisan tulisan.
Chen semakin bersemangat mencongkel retakan itu. Sampai semua tulisan dapat di baca.
Jelas tulisan tulisan itu bukanlah bahasa yang sering di gunakan untuk berkomunikasi di dalam kehidupannya sehari hari. Semua itu tulisan Kuno. Tapi anehnya Chen dapat mengerti semua tulisan itu seolah dia pernah mempelajarinya.
Tentu saja Dia mengerti bahasa kuno itu karena bahasa itu adalah bahasanya Ye Shang. Dan Ye Shang telah mewariskan ingatannya termasuk bahasa Kuno ini.
Demikian tulisan yang terbaca di dinding...
{Apakah kamu ada waktu?
Tentu saja kamu hanya memiliki Tiga waktu. Setelah itu kau kembali kepada ketiadaan. Dan inilah waktu mu.
1. Api amarah hanyalah seperti roda berputar yang tak ada ujung ,, itu hanya membuang waktu.
2. Jangan menilai tingginya gunung sebelum melihat dalamnya lautan, Itu akan menahan waktu.
3. Percuma memiliki jubah raja tapi kesempitan, tidak ada gunanya selain di gunakan oleh adikmu. Itu akan memperpanjang waktu.}
"Bhu Beng. Bisa kah kau jelaskan akan semua ini?"
"Maaf. Ini tidak ada dalam memory jadi sebaiknya kau pecahkan sendiri."
Chen menggaruk dagunya yang tidak tumbuh rambut. Sebenarnya dia itu sedang memikirkan semua kalimat petuah itu.
"Aku tida mengerti akan 3 waktu itu tapi yang aku tahu hanyalah di kalimat pertama. Aku hanya lah memiliki tiga kesempatan waktu dan sekarang adalah kesempatan hidupku yang ketiga. Setelah aku mati saat ini maka aku kembali kepada ketiadaan."
Artinya Chen tidak akan kembali hidup lagi jika dia mengalami kematian.
Chen kembali mengikuti langkahnya menuju keluar dari gua itu. Bukan berarti karena dia mengerti arti dari semua petuah itu tetapi karena dia tidak mengerti maka dia tidak mau berlama lama di sini.
"Tiga kesempatan hidup?" Pria muda ini mengulang kalimat yang dibaca nya di dinding.
Batu yang menyala sisa satu berarti kesempatan hidupnya tinggal satu kali lagi. Begitu yang ada dalam benak hatinya.
Kemudian Chen setelah keluar goa langsung memanjat tebing dengan santai dan ringan. Sesampai nya di dekat ular emas, dia sudah mempersiapkan diri untuk menangkap.
Ular itu memang melesat cepat tapi lebih cepat tangan Chen dalam mencengkram. Jurus cengkraman rajawali.
Dalam kehidupan sebelumnya , Chen pernah mempelajari obat obatan dan salah satu obat untuk menaikan tingkatan Bumi adalah dengan memakan jantung ular dan meminum darahnya. Ular emas itu termasuk binatang yang jarang di temukan. Karena kehidupannya hanya dari tebing ke tebing.
Di dalam lobang juga terdapat tiga telur ular emas. Telur itu juga dapat di gunakan untuk anti racun ataupun pengobatan.
Chen menyimpan semuanya di dalam cincin nya. Sesampainya di atas tebing, Chen berlari ke rumah bekas tempat tinggal Ayahnya.
Ada satu peninggalan ayahnya yang sangat berharga di sembunyikan di lantai di bawah tempat tidur ayahnya. Yakni Peta Harta Karun
Gara gara terburu buru untuk mengambil peta itu maka dirinya mengalami kematian ke dua di tebing oleh ular emas.
Saat ini tepat hari sudah gelap. Yang tinggal dirumah itu sekarang Adalah Adik dari Ayahnya Panglima Yuan Huan. Atau disebut Pamannya yang bernama Yuan Bun.
Yuan Bun memiliki dua putera. Yang tertua bernama Yuan Lao, salah satu pemuda berbakat yang bekerja di pemerintahan sebagai penjaga kota raja dan yang kecil bernama Yuan Xin berada di sekte awan untuk menggali ilmu bela diri.
Jadi kini Paman dan bibinya berada di dalam rumah bekas tempat tinggal Ayahnya.
Yuan Chen juga sangat membenci pamannya ini karena dirinya dipaksa untuk menanda tangani penjualan rumah ini dengan paksa.
Kalau dalam kehidupan sebelumnya itu terjadi di Bulan Ke Sembilan. Yuan Chen datang ke bekas rumah ayahnya untuk membalas dendam. Dia membunuh Yuan Bun saat masih tertidur di kamar ayahnya. Kepala Yuan Bun di benturkan ke lantai hingga akhirnya tanpa sengaja menghancurkan lantai kamar ayahnya yang dimana saat itu terdapat peta harta Karun.
Ini merupakan cara pengecut yang dilakukan Chen dalam membalaskan dendam nya. Karena pada waktu itu merupakan kali pertama Chen membunuh orang. Hatinya masih penuh rasa khawatir. Dia belum percaya diri dengan kekuatannya.
Peta yang ditemukan dari dalam ubin itu mengarah ke kota Ban Cheng. Awalnya kota itu milik Kerajaan Shui yang berada di perbatasan. Tapi kota itu telah di rebut oleh Panglima Perang Yuan Huan. Jadi kota itu menjadi. Milik Kerajaan Zhu
Tidak tahu bagaimana caranya sampai panglima perang itu yang juga ayahnya Yuan Chen bisa mendapatkan peta itu. Sekarang peta itu di simpan di bawah lantai tempat tidur di kamarnya. Yang sekarang menjadi tempat tidur Yuan Bun.
Semua itu hanyalah kenangan lama. Sekarang Dia menjadi orang yang berbeda. Dia memiliki pengalaman membunuh yang tidak terhitung jumlahnya
Sekarang Chen sudah berada di depan pintu gerbang bekas rumahnya. Dia akan mengulangi lagi sejarah yang pernah di laluinya. Perbedaannya hanya terletak di bulan saat kedatangannya. Dalam hidup sebelumnya dia datang di bulan kesembilan tapi sekarang dia datang di bulan ke tujuh. Lebih cepat dua bulan.
Seperti biasa Dua penjaga menjaga di depan pintu gerbang. Jika dulu dia datang secara sembunyi sembunyi maka kali ini tidak lagi. Dia datang secara terang terangan.
"Siapa kau? Apa yang kau kehendaki datang ke kediaman Yuan Bun saat malam.?" Salah seorang menegur Chen.
Chen hanya menyeringai sinis.
"Bukankah dia itu anak Panglima penghianat itu? Yuan Chen?" Pengawal yang satunya memberikan komentar.
"Tidak mungkin. Dia sudah di bunuh oleh Tuan Muda Yuan Jian."
"Kalau begitu dia datang untuk mencari mati." Pengawal itu tertawa.
Belum selesai tertawanya, Pengawal itu seperti tersedak sesuatu. Lehernya tiba tiba berlubang
Salah satu jari dari Chen menusuk leher Pengawal itu.
"Yang berani menghina ayahku maka akan mati secara menggenaskan." Chen melangkah menuju gerbang
Sementara kedua pengawal itu sudah terkapar tidak bernyawa Dengan leher yang berlubang. Dengan mudah pemuda itu memasuki ke tempat yang sekarang di tempati kediaman Yuan Bun.