Waktu yang berjalan dan terus bergulir tanpa terasa berhasil menelan sinar cahaya mentari pertanda siang telah berganti malam. Kondisi di Istana Windsor saat ini telah dihiasi sebegitu indahnya dan di tata sesuai permintaan yang ratu telah ajukan secara pribadi.
Sekitar tiga puluh menit dari sekarang, gerbang istana yang satu itu akan segera di buka untuk semua tamu undangan, pada pesta perayaan yang bertujuan untuk mendamaikan kedua kubu yang sudah saling berselisih selama waktu belakangan ini. Sayangnya, sang ratu dengan keluarganya masih berada di Istana Buckingham. Mereka semua tampak masih bersiap-siap untuk menghadiri pesta yang mereka adakan sendiri.
Di tengah aksi ratu yang masih tengah bersiap-siap, Pangeran Morgan masuk ke dalam kamarnya. Pria bangsawan itu sempat menyinggung sang ratu yang tampaknya belum kelar dalam bersiap diri. Dirinya juga berkata, "Jadi bagaimana hasil pertemuanmu dengan Albert?"
Dengan santai ratu menjawab setelah menatap saudara iparnya untuk sementara waktu, "Perdana menteri yang satu itu lumayan cerdas untuk usianya. Semoga saja aku dapat menangani dirinya dengan baik."
Karena tak mendapatkan hal yang diinginkan, maka sang pangeran akhirnya memutuskan untuk meninggalkan sang ratu dan segera bergegas menuju Istana Windsor. Namun sebelumnya dia berucap, "Good luck with that. Keadaan bisa akan semakin sulit di kemudian hari."
***
Akan tetapi lagi-lagi aksi sang ratu itu harus terinterupsi. Kali ini sang calon Putra Mahkota itu yang datang ke dalam kamarnya. Pangeran Adam memberitahukan kepada sang ibunda mengenai kegelisahan hatinya dalam menghadapi kelompok-kelompok anti monarki tersebut.
Sang ratu yang juga merupakan seorang ibu berusaha menenangkan putranya itu. Musuh yang mereka semua hadapi saat ini, cukup teramat sulit.
Beliau membalas, "Nak kita tak harus bersikap lebih dalam menanggapi mereka secara khusus. Cukup jadi jati dirimu dan tunjukan sebagaimana hebatnya orang-orang yang berdarah biru seperti kita. Betapa seriusnya kita dalam mempertahankan anugrah mahkota yang kita miliki. Tapi jangan lupa untuk tetap berlaku santun dan tak memberikan mereka sesuatu yang bisa menjadi headline pada hari esok."
Sebelum keluar sang pangeran bertanya kepada ibundanya itu mengenai kehadiran mereka. Pasalnya sekitar lima menit lagi acara akan segera di buka dan tentu saja mereka takkan bisa sampai tepat waktu. Dan tentu saja hal itu akan memberikan image buruk bagi kerajaan jika mereka datang terlambat sembari melewati kerumunan yang ada.
Dengan santai Camila bertutur, "Kita tak harus melewati kerumunan yang ada, sayang. Ada banyak jalan rahasia khusus untuk sampai ke Istana Windsor tanpa harus diketahui oleh orang-orang yang menjadi tamu undangan. Kita hanya harus memainkan langkah cantik di hadapan mereka semua."
Kilauaan dari kelap-kelip lampu itu terlihat begitu bersinar di Istana Windsor. Para tamu undangan juga sudah mulai memenuhi kastil tersebut. Mereka semua di sambut oleh para keluarga bangsawan yang lain yang menjadi kolega terdekat serta pembesar kerajaan.
Namun, sayangnya tak ada satu pun anggota keluarga bangsawan dari istana utama yang terlihat. Padahal mereka adalah alasan mengapa acara malam ini bisa berlangsung. Selang beberapa waktu kemudian terlihat seorang pangeran keluar dari dalam Istana Windsor tersebut, lalu mulai menyambut para tamu yang sudah meramaikan lokasi terluar bagian kastil itu.
"Yang Mulia Morgan Veliz," sahut mereka.
Pria yang baru berumur lima puluh satu tahun itu di sambut baik oleh para tamu yang ada. Sejauh ini hanya dirinya lah yang terlihat dari perwakilan keluarga bangsawan utama yang menghuni Istana Buckingham tersebut.
Dengan senyuman dan tatapan ramah yang tentu saja dipalsukan, sang pangeran berjalan menuju pada kelompok pembesar anti monarki tersebut. Di dalam kepalanya ia menyoraki, "Sialan kau! Camila dan keluarga kecilmu. Pesta ini merupakan idenya sendiri, seharusnya dia yang sudah berada di sini, di tengah-tengah keremunan dan menyambut mereka semua, bukannya diriku."
***
Sesampainya Morgan pada tempat para pembesar itu duduk, dirinya menyapa, "Bagaimana malam kalian? Aku harap semua yang kami sajikan di sini dapat terbilang cukup."
Mereka yang duduk itu tentu saja sama sekali tak bersimpati pada Morgan ataupun acara ini. Kedatangan mereka tentu saja hanya karena ingin dianggap professional. Tak etis menunjukan rasa kebencian mereka secara langsung tanpa dalih alasan kuat yang mendukung. Walau sebenarnya semua tampak begitu jelas tercetak pada raut wajah mereka.
Orang-orang itu jelas tak bodoh. Mereka sadar pada hal-hal yang menjadi motif dari perayaan yang malam ini sedang berlangsung. Mungkin tak sepenuhnya tepat tebakan mereka, tapi tak berarti bahwa hal itu juga salah.
Dari belakang seorang pria muda yang merupakan sosok yang sering dibicarakan oleh media dan masyarakat itu membalas omongan dari Pangeran Morgan. Dia berkata, "Tentu saja luar biasa. Kami senang bisa di undang dan masih di anggap oleh kerajaan seperti ini."
Sang pangeran otomatis membalik diri. Dia membalas, "Pastinya, jangan khawatirkan hal itu. Nikmati saja pesta yang indah ini. Lagi pula kita semua adalah representasi dari masyarakat itu sendiri."
Pria sepertinya tentu saja tak bodoh, mereka saling memahami kalimat yang dilontarkan satu sama lain. Pembicaraan keduanya tampak terus berlangsung. Tentu saja yah dengan sedikit saling melontarkan beberapa sindiran halus tanpa ada yang terlihat mau menyerah. Baik sang pangeran dari kubu istana, atau Albert, yang notabenanya adalah seorang perdana menteri baru.
***
Tak lama kemudian sosok ratu bersama kedua anak bangsawannya itu, Pangeran Adam dan Putri Isabelle terlihat keluar secara bersamaan dari dalam Istana Windsor. Kehadiran mereka yang melangkah secara bersama-sama dan saling berdampingan tentunya berhasil mencuri semua perhatian dan juga sukses mendapatkan semua tatapan mata orang-orang.
Isabelle memecah semuanya dengan uluran tangan yang di angkat ke atas sembari digoyang-goyangkan. Ketiganya berpisah menuju tiga arah yang berbeda. Adam Veliz yang berada di sebelah kanan sang ratu menuju ke bagian kiri acara sedangkan Isabelle Veliz yang berada di sebelah kiri sang ratu berjalan menuju ke bagian kanan pesta dan Camila sebagai sang ratu seorang diri memilih untuk melangkahkan kakinya itu maju ke depan.
Setelah berbasa-basi sekitar sepuluh menit, sang ratu akhirnya mulai mengambil alih acara dengan membuka pesta ini secara resmi. Tentu saja beliau tak lupa melemparkan beberapa sambutan kata dengan bijak, berusaha untuk memikat semua tamu undangan.
Pesta tersebut berjalan lancar sesuai dengan keinginan sang ratu. Para bangsawan dan pembesar kerajaan bisa menghadapi dan bertatap muka dengan para kelompok anti monarki tersebut secara langsung tanpa ada pertikaiaan sama sekali di antara keduanya, walau tentu tetap saling sindir-menyindir. Tapi, sebenarnya daripada memilih jalur bertempur, Camila sebagai seorang ratu, lebih berharap agar kedua kubu ini bisa menjalin koneksi hubungan kerja sama yang baik.
**To Be Continued**
Bagaimana menurut kalian chapter yang satu ini? Tinggalkan gift, vote, like dan juga opini kalian di kolom komentar. Trims!