Download App
0.66% Menjadi Kaya di Zaman Kuno / Chapter 3: Chapter 3 : Ini Buah Paprika

Chapter 3: Chapter 3 : Ini Buah Paprika

Yan Mao merasa bingung, apa yang dikatakan anak ini. Kapan dia mengatakan untuk meninggalkan mereka. Lalu Dabao langsung berbicara dengan suara tangis. "Daddy, Dabao janji akan mendengarkan apapun yang Daddy katakan. Daddy jangan meninggalkan Dabao dan Erbao."

Erbao juga menangis dan berjanji. "Daddy, Erbao berjanji akan mematuh apapun Daddy katakan."

Yan Mao terharu, ini pertama kalinya dia melihat anak yang begitu baik dan patuh. Jika ini adalah anak dari masa depan. Mereka mungkin tidak akan seperti ini. Yan Mao menggosok kepalanya.

"Oh, Apakah kalian benar-benar berjanji?"

Kedua anak yang memiliki wajah sama itu menganggukkan kepalanya. Mereka berkata bersama. "Ya, Daddy."

Yan Mao menggosok kepalanya. "Bagus. Anak Daddy seharusnya seperti itu. Jika kalian berani nakal, lihat bagaimana Daddy akan menghukum kalian."

Ermao dan Dabao menganggukkan kepalanya. Lalu mereka memegang ujung pakaian Daddy-nya. "Daddy, kami lapar."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. Ya dia juga lapar. Tapi dia tidak tahu apa yang bisa dia makan? Lalu dia ingat bahwa Ger Tong membawakan daging babi yang sudah dimasak. Yan Mao menggosok kepala mereka.

"Tunggu, Daddy akan memasak nasi untuk kalian berdua."

Kedua anak itu segera menganggukkan kepalanya. Yan Mao mencari beras, dan itu tidak cukup untuk mereka makan selama dua hari. Jadi setelah hari ini, besok mungkin mereka akan makan bubur itu lagi.

Yan Mao menghela napasnya dengan lembut, setelah makan dia ingin mencari sesuatu di gunung. Kebetulan Yan Mao melirik kearah gunung yang berada dibelakang rumahnya. Mungkin jaraknya sekitar 200-300 meter dari rumahnya.

Yan Mao memasak nasi, dia tidak memiliki apapun di rumahnya. Bahkan garam juga tidak punya. Yan Mao hanya bisa menghela napasnya, dia mendapatkan ingatan bahwa garam di sini sangat mahal.

Garam kasar saja sudah mahal apa lagi garam halus. Di masa lalunya, garam sangat murah dan mudah didapat. Sekarang di dunia berbeda, garam benar-benar mahal, bahkan lebih mahal dari daging babi.

Yan Mao selesai memasak, dia menyajikan nasi dalam tiga mangkuk dan daging babi yang di berikan oleh Ger Tong.

Erbao dan Dabao berada didepan Yan Mao. Mereka berdua makan dengan tenang dan cepat seolah-olah makanan mereka akan di ambil oleh seseorang. Yan Mao hanya bisa menghela napas. Kelaparan mungkin menjadi salah satu kebiasaan mereka.

Yan Mao berkata dengan cemberut. "Kalian makanlah perlahan, tidak ada yang akan mencuri makanan kalian."

Ketika kedua anak itu mendengarkan ucapan Daddy-nya. Mereka merasa sedikit malu. Wajah mereka yang sedikit gelap memerah. Yan Mao menatap mereka yang patuh. Dia tersenyum.

"Baik. Jangan makan terlalu cepat, jika kamu tersedak itu akan bahaya. Makanlah perlahan, mulai besok, kita akan makan lebih baik."

Ketika Dabao dan Erbao mendengarkan ini, dia menatap kearah Daddy mereka. "Daddy, apakah kita akan makan lebih banyak besok."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Daddy berjanji padamu. Kamu akan makan dengan kenyang besok."

Dabao dan Erbao langsung tersenyum senang. Mereka makan makanan mereka. Ketiganya makan daging babi sampai habis. Yan Mao membersihkan meja, kedua anak kecil itu membersihkan mangkuk dan piring.

Yan Mao tersenyum. "Sungguh anak-anak yang baik. Sayang sekali aku terlalu miskin sekarang."

_____

Ketika kedua anak itu selesai membersihkan piring, mereka mendengarkan Daddy-nya mengatakan sesuatu. Namun keduanya tidak bisa mendengarkan dengan jelas. Dia menatap kearah Yan Mao.

"Daddy, apa yang baru saja kamu katakan?"

Yan Mao menatap keduanya yang sudah selesai mencuci piringnya. Dia segera tersenyum. "Aku hanya mengatakan bahwa bagaimana kalau Daddy pergi ke gunung untuk mencari sesuatu."

Dabao segera terkejut dan menggelengkan kepalanya. "Daddy, jangan pergi ke gunung. Di gunung sangat berbahaya. Ayah Chun bahkan tidak kembali dari gunung sejak tiga hari yang lalu."

Yan Mao menatap kearah mereka. Dia mengusap kepalanya. "Daddy tidak akan pergi masuk ke dalam gunung. Daddy hanya mencari sayuran liar disekitar gunung."

Lagipula aku tidak berani masuk ke dalam gunung, itu sama saja masuk ke mulut harimau. Bukankah itu tidak lucu sama sekali.

Dabao dan Erbao segera setuju. "Daddy kami akan ikut denganmu."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Ayo duduk sebentar setelah itu kita akan pergi ke gunung."

Mereka bertiga duduk dan mengobrol bersama. Setelah duduk selama setengah jam. Yan Mao mengambil keranjang bambu dan pergi keluar rumahnya. Karena pagarnya rendah, jadi rumahnya terlihat jelas.

Ini hanya rumah Jerami yang rusak, jadi tidak ada yang menarik untuk di lihat. Setelah Yan Mao menutup pintu pagar. Dia memegang kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Mereka bertiga terlihat lebih ceria.

Beberapa Ger yang melewati mereka. Mereka memandang Ger Yan Mao dengan bingung. Mereka tahu bahwa Yan Mao adalah Ger yang pemalu. Setiap kali dia berjalan-jalan didesa. Dia akan menundukkan kepalanya.

Tetapi kali ini, Yan Mao bahkan tersenyum kepada kedua anaknya. Lalu kenalan Yan Mao datang menyapa mereka. "Ger Mao, kemana kamu akan pergi?"

Yan Mao melihat kearah Ger paruh baya. Ketika dia mendapatkan ingatannya. Dia tersenyum. "Paman Ger Mo, aku berencana untuk pergi melihat gunung."

Dengan keranjang di punggungnya, semua tahu bahwa dia akan pergi ke suatu tempat. Paman Ger Mo segera mengerutkan alisnya. "Ger Mao, bukankah kamu sakit? Mengapa pergi ke gunung. Gunung sangat bahaya, jangan membahayakan dirimu lagi."

Paman Ger Mo adalah salah satu kenalan Daddy Yan. Mereka kenal satu sama lain. Usianya hampir seperti Daddy Yan. Yan Mao tahu bahwa Ger ini sangat baik. Dia menjawab dengan lembut.

"Paman Ger Mo, jika aku tidak pergi mencari sesuatu. Aku takut tidak ada yang bisa di makan oleh kedua putraku." Yan Mao tersenyum pahit dengan ekpresi menyedihkan. Baiklah, aku rasa aku bisa memenangkan The Best Award untuk seorang aktor.

Paman Ger Mo segera merasa kasihan. "Jika kamu butuh sesuatu. Di rumah Paman Ger ini ada sayuran, kamu bisa mengambilnya untuk di makan. Meskipun tidak banyak, setidaknya cukup untuk kalian bertiga."

Yan Mao tersenyum. "Paman Ger Mo, aku hanya berada di sekitar gunung. Aku tidak berani melangkah lebih jauh."

Paman Ger Mo menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Hati-hati."

"Aku akan." Lalu Yan Mao menatap kearah kedua putranya. "Ayo pergi."

Kedua putra itu menyapa Paman Ger Mo. "Kakek Ger Mo, kami akan menjaga Daddy kami."

Paman Ger Mo tertawa. "Oke, aku percaya pada kalian berdua."

Keduanya tersenyum penuh percaya diri. Lalu mereka pergi dengan suasana Bahagia. Mereka belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Biasanya Daddy mereka jarang mengajak mereka berjalan-jalan.

Mereka bertiga berada di kaki gunung. Ketika Yan Mao menatap kearah kaki gunung, yang dia lihat adalah dia tercengang. Ini mulberry. Benar-benar mulberry. Yan Mao berjalan mendekat, dia memetik mulberry.

Dia mengambil beberapa dan kedua anak itu menatapnya. "Daddy, mengapa mengambil buah itu?"

"Apakah kalian tahu buah ini?"

Keduanya menggelengkan kepalanya. Mereka belum pernah naik gunung dan mereka tidak tahu rasanya. Yan Mao memberikan beberapa pada mereka. Kedua anak itu bingung. Yan Mao tersenyum.

"Ayo makan."

Kedua anak itu segera berteriak. "Daddy jangan makan. Tidak semua tanaman hutan bisa dimakan."

Yan Mao tertawa. "Ya. Tapi ini bisa dimakan."

Ketika Dabao mendengarnya. Dia mengerutkan alisnya. Yan Mao mengambil satu mulberry dan memakannya. Dia mengigit yang kedua, rasanya memang asam manis. Dia menjilati jarinya.

Dia menatap kearah putranya. "Apa yang kalian takutkan? Buah ini tidak beracun sama sekali, sangat enak dimakan."

Dabao dan Erbao saling berpandangan, lalu keduanya makan buah mulberry. Rasanya sedikit asam bagi mereka. Mereka memejamkan matanya karena asam. Ketika Yan Mao melihat ini, dia tertawa.

Kedua anak itu segera menelan mulberry dimulut mereka. Dia menatap Daddy-nya. "Daddy ini tidak enak. Rasanya sangat asam."

Yan Mao tertawa. "Ya. Ayo petik ketika kita akan pulang. Aku akan membuatkan sesuatu dari ini. Kalian pasti akan menyukainya."

Kedua putra itu menatapnya. Dia menganggukkan kepalanya. Yan Mao memetik daun yang besar, dia langsung mengambil beberapa mulberry dan segera memasukkannya ke keranjang. Sebenarnya tujuannya hanya untuk melihat gunung. Jika ada sesuatu yang baik, dia akan membawanya.

Dia tidak terlalu mengharapkan bahwa ada mulberry di gunung ini. Lalu mereka bertiga mulai naik di sekitar gunung. Lalu Dabao menemukan buah merah yang besar. Dia mengambil buah itu dan memakannya.

Karena warnanya terlalu menggoda, dia segera mengigitnya. Lalu tidak lama dia segera berteriak. "Daddy.... panas..."

Segera Yan Mao bersama dengan Erbao pergi mendekati Dabao. Dia melihat buah yang jatuh tidak jauh dari Dabao. Dia segera tahu. "Kenapa kamu makan buah itu? Itu paprika merah. Paprika itu pedas."

Dabao tidak mendengarkan ucapan Yan Mao. Dia hanya merasa lidahnya panas. "Daddy, panas... Wuu..."

Segera Yan Mao mengeluarkan mulberry. Dia memberikannya pada Dabao. "Cepat makan mulberry ini. Rasa pedasnya akan segera berakhir."

Dabao segera menganggukkan kepalanya. Dia mengambil mulberry dan memakannya. Rasa asam dan manis menahan rasa pedas didalam mulutnya. Dabao masih memakan mulberry sampai rasa pedas di mulutnya hilang.

Tangannya penuh dengan warna hitam dan merah. Yan Mao mengeluarkan sapu tangan dan menggosok bibir Dabao dan tangannya. "Jangan makan dengan sembarangan. Kamu menasehati Daddy sebelumnya. Namun lihat kamu memakan buah sembarangan."

Dabao menyadari bahwa dia salah. Dia segera menundukkan kepalanya. "Daddy maaf."

Yan Mao menghela napasnya dengan lembut. Dia segera tersenyum. "Jangan ulangi lagi."

Erbao yang melihat kearah saudaranya. "Dabao, kamu baik-baik saja?"

Dabao menganggukkan kepalanya. Yan Mao melihat buah merah yang jatuh, dia mengambilnya. Dabao memegang pakaian Daddy-nya. "Daddy jangan makan itu, itu panas."

Yan Mao tertawa kecil. "Ini bukan panas, ini pedas. Ini adalah paprika merah. Benar-benar tidak mengharapkan paprika merah ada disini."

Erbao menatap kearah Daddy-nya. "Daddy apa itu paprika?"

Yan Mao menatapnya dan tersenyum. "Paprika itu adalah buah yang pedas, sangat cocok untuk masakan. Rasanya pedas dan enak pasti akan disukai banyak orang."

Erbao menatapnya. "Kenapa mereka suka makan makanan pedas, Dabao saja menangis ketika makan buah ini."

Dabao : "...."

_____

Yan Mao tertawa ketika dia mendengarkan suara Erbao. Dia tidak bisa menahan tawa. Wajah Dabao memerah, bukan keinginannya menangis. Hanya saja, rasanya terlalu pedas. Yan Mao mengosok kepala Dabao.

"Dabao melakukan pekerjaan baik. Jika kamu tidak berteriak, Daddy tidak akan menemukan ini." Yan Mao mengambil buah, dia menemukan bahwa tidak hanya satu pohon. Namun lebih banyak lagi.

Dabao memerah. "Selama Daddy menyukainya."

"Baiklah. Ayo bantu Daddy memanen semuanya. Besok kita akan menjualnya ke pasar." Yan Mao bersemangat. Erbao dan Dabao sangat patuh, mereka membantu Yan Mao memanen semua buah paprika ini. Mereka hanya mengambil yang merah.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login