Download App
3.79% AFFAIR WITH INFIDELITY / Chapter 11: THE BEGINNING OF THE AFFAIR

Chapter 11: THE BEGINNING OF THE AFFAIR

Ciuman yang di layangkan Steve kini menjalar ke are lain yaitu buah persik milik Sonia, yang kini sudah tanpa sehelai benang apapun. Tidak ada penolakan karena dia hanyut dalam gelombang yang terus di buat Steve.

Tatapan mata Steve fokus pada Sonia yang menggigit bibir bawahnya, dan ia menekankan sesuatu di bawah sana menerobos gawang pertahanan sang adik ipar. Hitungan detik keduanya hanyut dalam melodi. Sonia mengimbangi Steve dan begitu pun Steve.

Permainan itu berlanjut lama, Steve belum menunjukkan kelelahan atau permainan nya selesai, Sonia kini yang kewalahan dan melihat Steve menambah kecepatan nya suara Sonia menggema di kamar kedap suara itu dan akhirnya ia mendapat apa yang ia inginkan selama ini, lirihan panjang terdengar dari mulutnya.

Namun tak berhenti di situ, Steve membuat gadis itu duduk di pangkuan nya, ia memegang pinggang dan mencium area persik Sonia! Gadis itu menggelinjang untuk kesekian kali, dan keringat memenuhi tubuhnya.

"Kak, cukup aku lelah!" lirihnya.

Masih dalam keadaan menyatukan diri, Steve menidurkan Sonia dan melepaskan diri. Ia memeluk perempuan itu dari belakang walau Sonia masih bisa merasakan sesuatu milik Steve masih tegap menantang.

"Apakah sakit?" tanya Steve.

"Tidak, ini luar biasa!" dengan menjawab pertanyaan itu Sonia membalikan wajahnya dan membenamkan diri di dada Steve karena malu.

Dengan senang hati Steve membelai rambut perempuan itu dan mengecup nya.

Pagi mulai datang menyapa, Steve melihat jam alarm di meja samping ranjangnya. Ia melihat Sonia yang masih terlelap di lengannya.

Melihat area atasnya sedikit terbuka karena hanya di tutupi selimut putih membuat area bawah Steve bereaksi. Hal itu juga di rasakan Sonia yang tak sengaja menyentuh nya kemudian ia tersadar dan membuka mata.

"Hei!" lirihnya.

"Kamu membangunkan nya," jawab Steve.

Ia langsung mengecup Sonia dan mengibaskan selimut itu dan pergi ke toilet sembari menggendong Sonia. Mereka melakukannya lagi bahkan dengan berbagai gaya sampai Sonia terus meronta dan meminta cukup. Tak sampai disituh Steve mengecup mesra perut rata Sonia setelah menyemburkan dirinya di dalam perempuan itu.

"Aku takut hamil,"

"Tida mungkin, kamu dengan Edward saja tidak hamil"

"Tapi dia tidak seperti ini memperlakukan ku"

"Apa maksudmu?" Steve penasaran.

"Dia hanya mampu satu menit mungkin dua menit"

Steve kaget, ia terpikir sebuah obat yang ia lihat saat pertama datang menemui adiknya itu di rumah sakit. Namun ia mengibaskan pikiran jeleknya, lagi pula Edward mungkin masih ingin bekerja fokus pikirnya umurnya juga masih muda.

Sonia malu kini menatap Steve ia keluar dari kamar Steve dan langsung memasuki kamar di samping ruangan itu tanpa di lihat siapa pun. Dan berganti pakaian.

Ia kemudian keluar untuk sarapan, dan berjalan pelan sekali karena menahan ngilu di area kewanitaan nya.

Steve melihat itu. "Kenapa?"

"Sakit, terasa sekarang!" lirih Sonia malu-malu.

Sonia berdiri di ujung bartable miliknya, dan melirik berbagai arah juga menghindari cctv. Kemudian menarik Steve yang sedang duduk untuk menatapnya. "Aku sangat kaget begitu akan memakai bajuku tadi!"

"Kenapa?" tanya Steve.

Tiba-tiba Sonia membuka baju putih longgar yang ia kenakan dengan mengangkatnya ke atas. Puluhan tanda merah yaitu kiss mark ada di tubuhnya, dengan pola-pola berbeda

Kiss mark adalah tanda ruam kemerahan yang biasanya muncul di area leher akibat pasangan Anda mencium atau menghisap leher Anda sebagai salah satu cara menyalurkan naspu seksualnya. Bekas ciuman ini bisa muncul akibat adanya pembuluh darah kecil yang pecah.

"Kamu menghisap nya terlalu kuat, bagaimana aku akan menghilangkan ini sebelum Edward pulang?" wajah Sonia tambah panik sekarang.

"Tenang saja, itu akan hilang dalam dua minggu!"

Keduanya sarapan bersama dengan tatapan saling memanas, namun tak membuat kecurigaan ketika para pelayan menatap tau melayani mereka.

Malam hari mereka memutuskan menonton sebuah film menggunakan proyektor di ruang tamu. Dan karena film itu monoton Sonia membuka pembicaraan. "Kak, kenapa kamu tidak memiliki pacar?"

Pertanyaan itu sontak membuat Steve menoleh. "Tidak penting!" jawabnya singkat sembari lanjut melihat adegan film.

"Apakah menurutmu mencintai dan di cintai tidak penting?"

"Ya, membuang-buang waktu,"

"Bagaimana dengan seks? apakah itu juga membuang-buang waktu?"

"Ya itu hanyalah kebutuhan biologis manusia yang mencari kepuasan saja, lagi pula aku...." Steve menyadari pertanyaan Sonia dan menoleh pada gadis yang sedang menatapnya itu.

"Maksudku bukan seperti itu Son,"

Namun Sonia sudah bangkit dari duduknya dan bergegas menaiki lantai dua menuju kamar.

Steve bermaksud menjelaskan sesuatu namun Sonia sudah hilang kendali mendengar jawabannya.

Ia berusaha mengetuk kamar Sonia namun tidak ada jawaban, ia tidak membukanya sama sekali.

Hari berganti mereka bahkan tidak bertegur sapa, walau Steve berusaha memulai percakapan. Sonia bahkan pergi keluar rumah terus menerus dan pulang larut malam di antar Jimmy, dia hanya pergi ke restoran untuk mencurahkan kekesalannya dengan belajar memasak.

Kini bukan Edward yang berdiri di depan pintu tapi Steve. "Dari mana jam segini baru pulang?" tanya nya dengan menyilangkan tangan.

Sonia mendelik an matanya dan tidak menjawab ia memilih menaiki tangga dan pergi ke kamar.

Steve yang kesal karena diamnya gadis itu langsung berlari menarik tangan Sonia yang akan membuka handle pintunya.

"Kenapa begini, kenapa terus mendiamkan ku?"

"Lepaskan, apa urusanmu?"

"Kamu pergi keluar dengan lelaki pula di antaranya,"

"Aku pergi ke restoran Ayahku, memang kenapa itu sudah kebiasaan"

"Kamu tidak takut dengan lelaki itu, walau kamu sudah mengenalnya? Edward menitipkan mu padaku Sonia."

Akhirnya mendengar penuturan Steve membuat Sonia sedikit tertawa tertahan. "Apa kamu takut dia menyentuh ku atau meniduri ku? bukankah harusnya aku lebih takut tinggal di rumah?" Sonia menyindir Steve.

"Apa maksudmu? apakah aku melakukannya dengan paksaan? aku melakukan dengan dasar suka sama suka"

"Steve cukup!" teriak Sonia, membuat Steve langsung terdiam.

"Aku tidak mendapatkan kebutuhan seksual ku dari Edward, dan mendapatkan nya darimu membuatku merasa layak di hargai, jika kamu berpikir aku melakukannya dengan orang lain kamu salah besar karena sebelum bertemu denganmu aku benar-benar wanita baik-baik, saat ini jelas aku sangat merasa bersalah karena melakukan hal kotor dengan orang yang menganggap nya hanya sebatas kebutuhan seksualitas!"

"Sonia, apa maksudmu?"

"Kamu mengatakannya kemarin," Sonia membuka pintunya dan menutupnya dengan suara keras, sehingga membuat Steve kaget, Sonia langsung menguncinya dari dalam.

Sia-sia Steve bahkan ingin menjelaskan sesuatu pada Sonia, namun ia tak memberikan kesempatan sedikitpun. Sekarang, ucapan Sonia membuatnya berpikir bahwa ia telah melukai perasaan perempuan itu sekaligus menyadarkan nya tentang penghianatan pada saudaranya yang kini berada di Australia. Seharusnya ia menjaga Sonia, ia malah merampas kehormatannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C11
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login