"Tunggu, kau menangis?"
Aku lantas mengucek mataku sendiri, berupaya menghilangkan bukti semacam buliran air di pelupuk mata. "Tidak, aku sedang kelilipan tahu! Mana mungkin aku menangis."
Sial. Aku merasa kesal tapi juga kecewa dengan diriku sendiri. Bisa-bisanya aku menyerahkan ciuman pertama ku dengan bodohnya ke orang lain. Padahal aku bisa saja memanggil bantuan atau melakukan CPR terhadap Davis kala itu alih-alih memberikan napas buatan. Sungguh, apa yang ku pikirkan saat itu benar-benar tak termaafkan.
"Hey, jangan bohong, aku benar-benar minta maaf jika-"
"Sudah ku bilang ini bukan salah mu, ini salahku." Suaraku terdengar bergetar ketika mengucapkan sanggahan tersebut. Aku merasa malu kepada diriku sendiri yang tak bisa menyembunyikan kebohongan. Barangkali sebabnya adalah perasaan bercampur aduk di dalam ulu hati ini, memaksa untuk dikeluarkan lewat lelehan air mata.
"Katakan dulu apa yang terjadi, jangan seperti ini."
"Diam kau!"