"Bukan, Pak Qin, tanah ini adalah sumber penghidupan kita, mana boleh menjualnya begitu saja?" Ibu itu dengan tidak percaya melihat pada bapak tua itu.
"Kenapa tidak boleh menjualnya?" Bapak tua itu tetap tersenyum, "Kalian juga tahu sifat anak dan menantuku itu. Mereka sama sekali tidak berniat bercocok tanam, aku mau mengandalkan apa dari tanah ini? Daripada aku setiap tahun mengambil ratusan koin perak untuk hidup, lebih baik aku menjualnya saja."
Anak laki-laki dan menantu Pak Qin tidak suka bercocok tanam. Istri Pak Qin sudah lama meninggal dunia, Pak Qin sendiri juga memiliki cacat kaki, tidak berkemampuan untuk menanam, dia hanya bisa hidup mengandalkan dua hektar tanah itu saja.
Sedangkan tanah lainnya telah disewakan anak laki-laki dan menantunya kepada orang lain, setiap tahun hanya mendapatkan lima ratus koin perak. Kalau hasil panen sedang buruk, harganya bahkan bisa dikurangi setengah.