'Kita berada dalam kereta yang sama meski akhirnya turun di pemberhentian yang berbeda.'
"Apa yang kau.. lakukan?"
Posisi ini pantas membuat orang salah paham dengan Yoongi yang seolah terlihat menindih Jang Mi. Walaupun masih dikatakan dalam kategori sangat wajar mengingat status mereka sebagai suami istri. Tapi jangan lupakan alasan mereka menikah. Maka Yoongi yang tadinya berada di atas tubuh wanita itu pun segera menyingkir.
"Tidur disini," ucapnya sebelum pergi kekamar mandi.
Jang Mi menghela napas lega. "Ini masih hari pertama," ucapnya pelan kemudian melanjutkan tidurnya.
...
Malam berganti pagi dan memaksa seseorang membuka mata. Diliriknya sosok yang masih meringkuk dibawah selimut yang hanya menutupi sepertiga bagian kakinya. Jang Mi terbangun dan nampak terkejut melihat Yoongi yang terlelap membelakanginya. Ia tak ingat kapan lelaki ini merebahkan diri disebelahnya.
"Saat tidur ternyata ekspresinya seperti ini, sama sekali tidak menakutkan," gumamnya.
Gadis itu segera berdiri dan bersiap membuat sarapan membiarkan Yoongi yang masih terbang di alam mimpi.
...
'Pukul 11.40 tadi malam'
'Sial! Aku tidak bisa tidur. Kalau begini lebih baik pergi keluar lagi,' rutuknya dalam hati.
Sudah tak terhitung berapa kali pria itu mondar - mandir di kamar. Sementara Jang Mi kelihatan sangat nyenyak di atas ranjang. Ia pun berinisiatif membuka jendela untuk memastikan cuaca diluar.
'Wusshh'
Hembusan angin itu terlalu menusuk hingga ke tulang, ia pun menggagalkan niatnya pergi ke luar. Akhirnya Yoongi duduk di lantai sambil memainkan tablet miliknya.
"sssh,"lirih pria itu. "Bahkan lantai ini dingin sekali."
Mudah saja bagi pria lain jika berada dalam situasi ini. Tapi tidak dengan Yoongi. Lelaki itu tak bisa berbaring dengan nyaman disamping seorang wanita.
Maka ia berusaha keras menyibukkan diri dengan tablet yang dibawanya. Sampai alam bawah sadarnya memaksa raga untuk beristirahat. Sekitar pukul tiga, ia baru bisa berbaring ditepi ranjang. Mengambil sedikit sisa selimut serta menjaga jarak sejauh mungkin dari Jang Mi.
...
"Oh, Jang Mi tak perlu repot begini."
Jang Mi hampir selesai menata makanan diatas meja. Sementara sang kakek baru kembali dari pasar ditemani Taehyung.
"Oh, tidak apa kek. Aku tak kerepotan sama sekali kok. Ayo sini, kita sarapan dulu. Oh iya maaf aku memakai dapurmu dan bahan ini untuk membuat sarapan," balas gadis itu dengan senyum lebarnya.
Mereka pun duduk lesehan dan hendak memulai sarapan mereka hingga kakek Kim teringat sosok yang juga semestinya berada disini.
"Jang Mi, dimana suamimu?" tanya sang kakek.
'Astaga, aku lupa dengan Mr Min'
"Ada dikamar. Aku panggilkan sebentar ya, kek."
Setibanya di kamar, ia kebingungan. 'Bagaimana caranya aku membangunkan orang ini.'
"Mr Min, bangunlah!"
Jang Mi tak berani menyentuh pria itu sedikitpun. Siapapun yang melihat posisi ini juga tak akan tega. Tidurnya Yoongi sungguh menggambarkan betapa lelahnya dia hanya dalam sekali lihat.
"Mr Min, ayo sarapan!"
Jang Mi masih belum menyerah dan tetap memanggil lelaki itu beberapa kali.
"Aigoo!"
Pelan, ia menyingkap selimut yang menutupi kaki Yoongi. Apakah ini yang dinamakan membangunkan macan tidur? Tangannya baru saja terulur hampir menyentuh lengan itu, namun Yoongi lebih dulu membuka mata. Parahnya lagi, kini mereka malah menghabiskan waktu tiga detik saling bertatapan. Baru setelahnya Jang Mi mundur beberapa langkah sambil berujar, "kakek memintamu ikut sarapan."
"Hm." Lelaki itu membalasnya kelewat singkat sambil mengumpulkan kesadarannya.
...
Kami berpamitan tak lama setelah sarapan, lalu pergi berkeliling desa dengan menyewa mobil. Niatnya ia ingin mencari rumah di sekitar pulau ini. Sayangnya hingga senja datang kami masih belum menemukan yang sesuai.
"Tidak ada waktu lagi sampai kapal terakhir berangkat," ucapku.
"Kalau begitu akan kuminta anak buahku untuk mengurus pembangunan rumah saja."
Mr Min bilang kita hanya perlu menunggu sekitar sebulan lebih setelah semua rampung. Ngomong - ngomong, aku belum terbiasa memanggilnya Yoongi hingga sekarang. Itu terdengar terlalu akrab.
Terus terang, aku tidak mengerti kenapa ia bersikukuh ingin pindah kemari. Padahal nampaknya ia sanggup membeli satu unit rumah mewah di Gangnam, tetapi ia lebih memilih untuk membangun rumah di pulau terpencil ini.
...
Seoul, 22.50 KST
Aku telah sampai di rumah Mr Min. Termenung. Duduk di ruang tamu dan tak tahu harus mengistirahatkan tubuhku dimana. Aku butuh kasur sebenarnya. Tapi..
Lagi - lagi masalah kamar.
"Semua kamar yang ada disini sudah ditempati anak buahku. Aku tidak bisa memulangkan mereka semua sekarang," tahu - tahu ia menyahut entah datang darimana.
Bagaimana dia tahu isi kepalaku? Apa ia cenayang?
"Ah, ya. Aku akan tidur disofa ini kalau begitu," balasku. Ini hasil dari pergulatan singkat di kepalaku yang pada akhirnya memutuskan untuk membiarkan punggungku terasa kaku keesokan harinya. Mr Min pun mengiyakan lalu pergi ke lantai atas.
....
Jam dinding baru menunjukkan pukul 03.15, namun Jang Mi tak bisa memejamkan matanya. Banyak hal yang berkeliaran di kepalanya. Dia kini duduk bersila di sofa sambil menata pikirannya satu persatu.
"Astaga!!!"
Suara derap langkah kaki membuat Jang Mi terperanjat. Yoongi turun dari kamarnya menuju dapur. 'Bisakah ia setidaknya memberi tanda - tanda kalau ia datang. Membuatku takut saja,' keluh gadis itu. Kemudian kembali dengan dua kaleng bir dan sebuah pertanyaan, "kenapa masih terjaga?". Ia menyodorkan salah satu bir pada gadis disebelahnya.
"Tidak, cuma .. sedang memikirkan sesuatu. Bisa kah aku menanyakan sesuatu padamu?"
Yoongi membuka kaleng bir miliknya lalu meneguknya. "Ya," jawabnya singkat.
"Darimana kau tahu soal pulau Hong Do dan warisanku?"
Pria itu kembali meneguk minumannya, sedangkan Jang Mi masih memegangi kaleng bir belum berniat meminumnya.
"Daripada itu, akan kuperjelas disini. Aku punya tujuan sama halnya denganmu. Aku cuma ingin tinggal di pulau itu sambil membereskan beberapa hal. Tidak penting darimana aku mengetahuinya. Sekarang beritahu detail rencanamu untuk mengambil alih perusahaan itu."
Jang Mi tidak begitu puas dengan penuturan pria itu, namun ia masih ingat dengan peraturan kontrak mereka yakni untuk tidak mencampuri privasi masing - masing bila tidak berkenan.
"Oke. Pertama, aku ingin mengecek keadaan disana sekarang. Karena sempat kabur, aku tidak paham lagi bagaimana situasinya sekarang. Kedua, aku ingin tahu apa yang bisa kau lakukan agar bisnismu bisa menjalin kerjasama dengan perusahaanku."
"Kurasa kau harus ikut ke kamarku," balasnya.
Senyap. Mereka mematung sejenak merasakan kalimat Yoongi membawa hawa aneh diantara mereka. Kata 'kamar' terasa sedikit keramat bagi keduanya.
"Ehm, maksudku.."
"Aku paham, ayo ke kamarmu," potong Jang Mi. Namun mata gadis itu tak bisa bohong kalau ia merasa kikuk. Yoongi berdiri untuk menghindari suasana ini dan menuntun Jang Mi ke ruang kerjanya. Oke, ia perlu menghindari kata kamar mulai detik ini.
Saat hendak membuka pintu, Yoongi tiba - tiba saja berbalik mengakibatkan badan mereka bertubrukan. Jang Mi yang belum siap menghindar serta tinggi mereka yang hampir sama ternyata membawa petaka. Bibir pria itu menyentuh kening Jang Mi, menimbulkan sengatan kecil bagi keduanya. Ini buruk, wajah Yoongi mulai bereaksi dengan peluh yang berjalan disekitar pelipisnya.
*bersambung*
Haii! Terima kasih telah membaca. Mohon hargai karyaku ya dengan memberikan dukungan. ^^ <3