"Anehnya, kepercayaanku jatuh pada orang sepertimu."
Satu hari sebelum pernikahan.
...
Disebuah ruangan, Jang Mi terbaring lemah tak sadarkan diri hampir seharian. Seseorang menemaninya di ruangan tersebut dengan sebuah laptop yang masih menyala sejak beberapa jam lalu.
Adalah Min Yoongi yang duduk di sofa samping tempat tidur tempat Jang Mi terbaring. Dirinya terjaga hingga pagi sebab wanita itu tidur dikasurnya. Min Yoongi menyesap wine ditangannya sambil berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Awalnya pria ini hanya berencana melarikan diri ke pulau terpencil bernama Hong Do itu baru kemudian mengubah seluruh identitasnya dan akhirnya ia bisa bebas dari status buron.
Namun sungguh sial, ia harus terikat dengan gadis ini. Yang mana bukan merupakan salah satu dari tujuan hidupnya. Ia bahkan tak pernah memasukkan kata pernikahan dan wanita dalam kamusnya.
Bukan! Bukannya ia menyukai sesama jenis, hanya saja ia benci terlibat dengan wanita.
'Tak'
Pria itu menaruh kasar gelasnya dimeja sehingga menimbulkan bunyi. Masalah pernikahan ini malah membuatnya pening. Sedangkan waktu semakin sempit sebab polisi sudah hampir menemukan tempat rahasianya. Jika ia tak bergerak cepat, hidupnya akan berakhir di penjara. Padahal masih banyak yang harus diselesaikannya. Belum lagi banyak orang lemah yang bergantung padanya. Bagaimana nasib mereka jika ia dipenjarakan?
Tak lama, wanita yang terbaring diranjangnya itu mulai sadar. Yoongi menutup laptopnya dan memandangi sosok Jang Mi yang terlihat kebingungan apalagi setelah mendapati atensi Yoongi disana.
"Kenapa aku disini?" tanya Jang Mi.
"Kau pingsan setelah makan kemarin," balasnya.
Jang Mi baru ingat bahwa kepalanya mendadak terasa berat setelah makan beberapa suap kemudian tak tahu lagi apa yang terjadi hingga berakhir di ruangan ini. Ia berusaha bangun dan menyingkap selimut yang menutup tubuhnya. Sementara Yoongi masih duduk disana menyilangkan kaki sambil menatap semua pergerakannya.
"Mister ... "
"Jika soal menikah, aku setuju," potong Yoongi.
"Ini surat perjanjian yang harus kau tanda tangani."
Pria itu memberikan sebuah kertas yang berisi perjanjian pernikahan mereka. Jang Mi membaca dengan hati - hati sepuluh kesepakatan yang tertulis disana.
"Bolehkah aku memperbaiki nomor satunya?" tanya gadis itu.
Sesungguhnya ia cukup risih dengan pandangan mata Yoongi yang tak pernah lepas darinya. 'Apa yang ia pikirkan?' ujarnya dalam hati.
"Mana yang ingin kau ubah?"
"Nomor satu langsung diperjelas saja. Aku mau kau membantuku merebut perusahaanku. Bantu aku mendapat posisiku yang seharusnya."
Min Yoongi sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujui permintaan itu. Percayalah, ia tak tertarik sama sekali untuk terlibat dalam hal macam ini. Tapi apa boleh buat.
"Baiklah. Satu lagi, panggil aku Yoongi tanpa embel - embel mister."
Jang Mi mengangguk lalu menyerahkan surat itu padanya.
"Sekarang antar aku ke Pulau Hong Do. Tunjukan surat kepemilikan itu padaku," perintah Yoongi.
Yang kemudian dibalas oleh Jang Mi, "artinya kita harus ke gereja dulu. Sesuai perjanjian bahwa kau akan mendapatkannya setelah menikahiku."
"Aku menyimpan surat itu dirumah seorang kakek didekat pelabuhan," lanjutnya.
"Oke. Katakan itu nanti. Aku percaya padamu. Ganti bajumu dengan itu," balas lelaki itu seraya menunjuk kotak besar disamping tempat tidur.
...
'Setelah pernikahan'
Aku dan Yoongi sampai di pelabuhan Pulau Hong Do saat senja. Kedatangan kami disambut oleh seorang pria muda yang kuyakini adalah cucu kakek.
"Nona Ahn," sahut orang itu sambil tersenyum ramah dan membungkukan badannya.
"Apa kau masih ingat? Aku cucu dari Kim Jaeho. Aku Kim Taehyung."
Tentu saja, ia belum banyak berubah. Aku membalasnya dengan senyum juga, "ah, tentu. Taehyung, perkenalkan ini suamiku Yoongi."
Setelah itu Taehyung membawa kami kerumahnya yang tak jauh dari pelabuhan.
"Jang Mi?!"
"Kakek! Bagaimana kabarmu?"
Aku pernah kabur beberapa kali dari rumah dan menginap disini. Dulu rumah ini jauh lebih sederhana. Sepertinya Taehyung dan kakek telah merenovasi rumah. Aku sangat dekat dengan kakek Kim. Ia banyak membantuku saat kesulitan. Mereka berdua sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.
Baru kusadari Mr. Min diam membisu sejak kami tiba di pelabuhan. Menurut analisaku, orang ini memang tak banyak bicara dan sangat dingin, namun sepertinya ia bukan tipe mafia kejam yang beringas.
Kakek Kim menyerahkan surat itu padaku sambil berkata, "aku hanya menjaganya. Seperti yang kau bilang, ini berbahaya jika ada di tangan orang yang salah. Pulau ini cukup besar dengan semua penduduk yang sudah bekerja bertahun - tahun untuk ayahmu. Apa jadinya jika ini digusur?"
"Terima kasih banyak, kek. Tenang saja. Aku percaya dengannya," jawabku sambil menoleh ke arah Yoongi.
Astaga, kaku sekali pria ini. Ia bahkan tak merespon. Aku menyenggol lengannya. Barulah setelah ituia tersenyum dan membalas, "oh, um i-iya."
"Oh, kau sebaiknya menginap disini. Sudah terlambat untuk pulang sekarang. Kapal terakhir baru saja berangkat dari pelabuhan," ujar kakek.
"Masih ada satu kamar diatas. Biar aku rapikan untuk kalian," Taehyung menambahkan. Kemudian ia pamit untuk membereskan kamar.
Sebentar, itu artinya aku tidur dengan Yoongi? Astaga! Menatap matanya saja nyaliku buyar. Walau tidak kejam dan beringas, sudah kukatakan bukan kalau ia sangat dingin dengan tatapan menakutkan itu.
"Jang Mi, kakek harus ke gudang belakang. Kakek tinggal sebentar ya."
"Ya, kek"
Oke, ini tak baik. Aku ditinggalkan berdua dengan mafia ini. Suasana diantara kami benar - benar canggung.
"Ehm. Berikan surat itu."
Ia mengambil surat kepemilikan pulau dari tanganku kemudian membacanya.
"Kau boleh menggantinya menjadi namamu setelah membantuku nanti."
Ia diam tak merespon perkataanku. Tak lama kemudian Taehyung datang membawa sebuah selimut.
"Maaf membuat kalian menunggu. Ayo ikut aku, nona. Ah, maaf aku lupa kau sudah menikah, nyonya."
Ia sebenarnya seumuran denganku tapi selalu memanggilku nona Ahn dan menghormatiku berlebihan.
"Kamarnya memang tidak luas tapi cukup nyaman kok. Ohya, selimutnya hanya ada satu. Aku baru mencuci yang lainnya tadi," ujar Taehyung sembari memberikan selimut ditangannya pada Yoongi.
Apalagi ini? Belum habis gelisahku yang harus tidur sekamar, aku kembali dikejutkan dengan ranjang berukuran minimalis. Tak ada apapun kecuali sebuah tempat tidur dan lemari. Jangan lupakan fakta yang mengharuskan kami berbagi selimut. Aku kenal sekali bagaimana dinginnya udara disini saat malam hari.
'Apa yang kau pikirkan Jang Mi! Sadarlah!'
Mana mungkin Mr. Min tidur disampingku. Lebih baik aku tidur dilantai.
Setelah aku mengucapkan terima kasih, Taehyung meninggalkan kami berdua.
"Tidurlah duluan. Aku akan pergi keluar."
Aku mengangguk pelan kemudian membuka lemari dan menemukan baju lamaku yang masih disimpan kakek.
"Sekarang waktunya mandi sebelum tidur."
...
Yoongi baru kembali dari luar untuk melihat keadaan desa.
"Kapan kau menikah dengan nona Ahn?"
Tiba - tiba sebuah suara mencegahnya naik. Taehyung berdiri disana menatap Yoongi.
"Tadi pagi," balas lelaki itu singkat.
"Oh, berarti ini bulan madu mereka," lirih Taehyung.
"Tuan Yoongi, ada apa dengan bajumu?"
Taehyung menyadari ada noda kotor di bagian belakang baju Yoongi.
"Tadi terkena cipratan," jawab Yoongi. Ia pun pergi meninggalkan Taehyung.
Sesampainya di kamar, Yoongi menemukan Jang Mi sudah terlelap di lantai. Wanita itu tidur menggunakan selimut dari Taehyung dan sebuah bantal. Yoongi berjalan mendekat dan hendak memindahkan Jang Mi ke ranjang. Diam - diam ia menggendong wanita itu walaupun mulutnya mengeluh, "merepotkan saja."
'Cklek'
Sayangnya tanpa aba - aba pintu kamar itu terbuka dan menampakkan sosok Taehyung. "Permisi, aku.."
"Ma maaf, aku tak bermaksud," potongnya cepat setelah melihat Yoongi yang baru saja meletakkan Jang Mi diranjang. Taehyung buru - buru menutup kembali pintu kamar dan meninggalkan baju yang ia bawa untuk Yoongi disana.
Suara Taehyung membangunkan Jang Mi. Gadis itu heran mengapa dirinya berada dibawah kungkungan Yoongi diatas ranjang. Wajah pria itu bahkan terlalu dekat tepat berada diatas diwajahnya. Posisi ini membuat Yoongi dan Jang Mi nampak seperti suami istri normal di malam bulan madu mereka.
"Yoongi, apa yang kau ... lakukan?"
...
*bersambung*