"Oh. Itu." Dimas bergoyang ke arahnya, menjilati jalan kembali ke mulut Apilo. Dimas menarik T-shirt Apilo, memperlihatkan perutnya sehingga kulit telanjang mereka bergesekan.
"Persetan." Dia mengutak-atik puting Dimas, hanya untuk membuatnya mengerang ke dalam mulutnya, membuatnya meronta-ronta di tubuhnya.
"Kita harus...ke atas...sekarang juga," Dimas terengah-engah, meski pinggulnya tidak melambat.
"Di atas?" Segala sesuatu di Apilo menjadi dingin dan diam, mengusir panas yang membara. Di atas. Ke kamar yang dia bagikan—telah berbagi—dengan Noel. Persetan. Apa yang dia lakukan di sini?
"Ya. Seperti di kamar dengan pintu dan kunci." Dimas tertawa, tangannya menyentuh bahu Apilo. "Hai? Apa—Oh." Tangan Dimas terhenti. Sialan dia karena menjadi pembaca pikiran seperti itu. "Kamarku baik-baik saja."
Kepala Apilo tertunduk, mata terpejam. Dia tidak bisa melihat semua harapan dan antisipasi yang menggelegak di mata Dimas, tidak ketika kepalanya sendiri begitu berantakan.