"Terima kasih," aku menarik napas, berusaha keras untuk tidak mematahkan mantranya.
Dia akhirnya tampaknya menyadari apa yang dia lakukan dan melangkah mundur untuk meraih sekop lagi. Setelah berdeham, dia bertanya, "Jadi pria itu memberi bibimu pertanian?"
Aku menarik napas dalam-dalam agar tidak tersandung setelahnya dan menempelkan tubuhku ke tubuhnya dengan permohonan merintih.
"Um, ya. Betul sekali. Peternakan bibi. Maksudku bibi ... pertanian untuk bibiku. Peternakan bibiku. Cripes."
Tawa Sem membuat ujung matanya berkerut, dan kupikir untuk beberapa detik aku tidak sengaja mempermalukan diriku sendiri.
"Aku bisa memakanmu dalam sekali suap," gumamnya, nyaris terengah-engah.
Ya silahkan.