Hembusan nafasnya sepotong-potong. Suaranya menggema ke gendang telinganya sendiri. Lutut dan telapak kakinya terasa berat. Kalau menatap ke atas, Elia menjadi pusing, sehingga dia hanya bisa melihat ke bawah, menatap anak-anak tangga yang akan diinjak oleh kakinya. Elia berharap melihat sebuah pintu, ke manapun itu menuju asalkan penderitaan melihat anak tangga ini segera berakhir. Elia berhenti, mengambil nafas. Matanya berkunang-kunang, keringat bercucuran, dan telinganya mengalami masalah seperti tertutup oleh udara. Gelisah. Keseimbangan semakin hilang, Elia duduk di anak tangga melihat ke bawah.
Anak tangga yang dilalui Elia tidak lurus, melainkan berbelok, membentuk spiral, mengingatkannya pada mata Fittonia.