Download App
14.58% Let Go (Omegaverse) / Chapter 7: What's Wrong With Me (1)

Chapter 7: What's Wrong With Me (1)

Aku Eckart Landyn. Seorang eksekutif muda yang sedang naik daun di dunia bisnis. Aku seorang single daddy dengan anak satu bernama Nuri Landyn. Umurnya empat tahun.

Beberapa hari terkahir kehidupanku sedikit berantakan, karena asisten rumah tangga di rumahku tiba-tiba saja berhenti. Aku yang terlalu sibuk tidak sempat mengurusi pekerjaan rumah yang ternyata sama rumitnya dengan pekerjaan di kantor. Pada akhirnya, aku membiarkan rumahku berantakan. Tapi tidak apa, asal jangan anakku saja yang berantakan.

Suatu malam, aku menghadiri makan malam di rumah utama bersama Nuri. Di sana, tak ada angin ataupun hujan, salah satu dari sekian banyak sepupuku mengajakku mengobrol.

Dia masih muda, mungkin umurnya sekitar dua puluh tiga atau dua puluh lima. Wajahnya pun bisa dibilang tampan. Kalau tidak salah, namanya Raymond.

Kami mengobrol panjang lebar di balkon lantai dua sambil menikmati angin malam. Dan tanpa sadar akhirnya aku bercerita mengenai keadaanku sekarang.

"Kamu punya teman yang bisa membantuku mengurus Nuri?" Tanyaku asal.

Raymond menatapku tidak percaya, "Ada, tapi dia.." Raymond tidak melanjutkan kalimatnya.

Seolah sudah tahu apa yang akan dia katakan, akupun menjawab asal, "Aku tidak peduli dia omega, beta, ataupun alpha, yang penting dia bisa mengurus anak kecil."

Berawal dari percakapan itulah aku akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan teman Ray yang ternyata bernama Lennox Selim.

Awalnya aku ragu. Tidak ada yang tidak kenal dengan Selim dan tidak mungkin juga orang sembarangan menyematkan Selim di belakang namanya. Hal ini membuatku berpikir, bagaimana mungkin aku memperkerjakan seorang Selim sebagai baby sitter.

Tapi semua keraguanku itu menguap setelah bertemu untuk pertama kalinya. Kesan yang aku lihat dari penampilannya adalah sederhana. Tidak terlihat mengintimidasi sama sekali, bahkan bisa di bilang dialah yang bisa menjadi target intimidasi dari orang lain.

Aku juga tidak mengira dia hanya mengenakan kaos oversized dan celana jeans. Mengingat, cafe tempat kami bertemu ini merupakan salah satu cafe ternama yang tidak sembarangan orang bisa duduk di sana.

Setelah berkenalan, membicarakan kontrak dan lain-lain, aku mengajaknya menjemput Nuri di rumah Mamaku.

Dan hal yang paling mengejutkan adalah ternyata Nuri menyukai Lennox. Saat pertama kali bertemu, Nuri sepertinya sudah jatuh hati. Bahkan sampai tertidur di pangkuan Lennox.

Hari pertama Lennox bekerja, aku sudah di kejutkan dengan kejadian dimana Lennox tertidur di dalam bathtub.

Pada hari itu aku pulang sedikit terlambat. Hal yang pertama aku lakukan adalah mengecek Nuri yang ternyata sudah tertidur pulas di kamarnya.

Kemudian aku memanggil Lennox, tapi tidak ada respon sama sekali. Aku yakin beberapa menit yang lalu dia masih membalas chatku dan itu berarti dia masih belum tidur.

Aku mengetuk pintu kamarnya tapi tidak ada respon sama sekali. Ketika aku mencoba membuka pintu kamar Lennox, ternyata pintu itu tidak terkunci. Dengan sedikit mengintip, aku tidak melihat sosok Lennox di dalam. Lalu aku teringat, Lennox bilang dia mau mandi.

Waktu itu aku pikir mungkin dia sedang menikmati me-timenya, jadi aku memutuskan untuk mandi juga di kamar mandi pribadiku. Tapi, bahkan setelah aku mandi dan mengecek lagi, aku tidak menemukan Lennox dimanapun.

Perasaanku mulai tidak enak, jadi aku mengecek kamar mandi dan benar saja, ternyata Lennox tertidur di bathtub. Warna kulitnya sudah merah seperti kepiting rebus.

Aku yang panik tanpa pikir panjang langsung meraih handuk yang berada di atas kabinet tak jauh dari washtable. Aku mengangkat tubuh Lennox dan kemudian melilitkan handuk itu asal. Yang penting tubuhnya tidak sepenuhnya telanjang.

Dengan gaya bridal, aku menggendong Lennox ke kamarku karena memang posisi kamarku yang paling dekat dengan kamar mandi. Aku membaringkannya di kasurku tanpa peduli kasurku menjadi basah karenanya.

Awalnya aku mengeringkan rambut Lennox, kemudian turun ke tengkuknya.

"Nghh..." Kemudian terdengar suara lenguhan dari Lennox ketika aku menyentuh bagian tersebut. Tubuhku menegang.

Aku menggelengkan kepalaku dan kemudian melanjutkan mengeringkan tubuh bagian lainnya. Lalu Lennox melenguh kembali ketika aku mengelap bagian perutnya yang datar. Sial, suara Lennox membuat adik kecilku mengeras.

Lenguhan Lennox semakin menjadi ketika aku mengeringkan bagian bawahnya. Karena tidak kuat, aku langsung mengelap sisanya dengan asal.

Setelah selesai, aku kembali menggendong Lennox, kali ini aku membawanya ke kamarnya sendiri.

Dengan sangat hati-hati, aku membaringkan Lennox di atas kasurnya kemudian memakaikannya piyama berwarna turquoise. Tak lupa aku menarik selimut dan menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan.

Aku menatap sosok yang masih tertidur pulas di depanku. Sungguh, aku tidak bisa mempercayai makhluk mungil tersebut tidak terbangun sama sekali.

"Haahhh.." Aku mengehela nafas dan kemudian melirik ke bawah. Adik kecilku yang tidak sopan ini masih keras dan meminta untuk segera ditangani.

'Sepertinya aku harus mandi lagi.'

Setelah selesai dengan urusan adik kecilku tadi, aku kembali mengecek keadaan Lennox. Entah kenapa aku melakukan ini, padahal harusnya aku bisa langsung tidur saja. Tapi sekarang aku justru sedang berjongkok di samping tempat tidur Lennox. Setelah melihatnya sedekat ini, aku baru menyadari ternyata Lennox imut juga.

'What?! Imut?!' Aku menggelengkan kepalaku. Ada yang tidak beres dengan otakku. Kenapa aku bisa berpikiran bahwa Lennox imut.

Aku kembali menatapnya dan tanpa sadar tanganku yang lepas kendali ini sudah mengelus lembut pipi Lennox.

Belum lama aku mengagumi sosok ini, tiba-tiba mata Lennox terbuka. Aku yang kaget, secara refleks langsung berdiri dan mundur menjauh dari tempat tidur Lennox.

"Eckart!"

Suara Lennox bergetar - kaget. Wajahnya terlihat takut.

"Maaf."

Hanya kata maaf yang lolos dari mulutku. Aku yang sama kagetnya hanya bisa terdiam.

Aku tidak bergerak sama sekali. Tetap berdiri di posisiku. Aku memberikan waktu agar Lennox mejadi sedikit lebih tenang.

Setelah memastikan kondisi Lennox sudah lebih stabil, aku mendekati Lennox dan duduk tak jauh darinya. Masih tetap memberi sedikit jarak agar Lennox tetap merasa nyaman. Aku tak berani menatap Lennox, pandanganku lurus kedepan.

"Kamu tertidur di bathtub." Ujarku datar sambil menoleh ke arahnya.

Mendengar ucapanku Lennox langsung mengecek kondisi tubuhnya dan meraba leher bagian belakangnya. Wajar saja dia melakukan hal itu, mengingat Lennox adalah omega dan aku adalah alpha. Dia pasti takut aku memberikan 'mark' disana.

"Aku tidak melakukan apa-apa, hanya mengeringkan tubuhmu, memakaikan piyama dan membaringkanmu, itu saja." Ucapku dengan tegas untuk meyakinkan Lennox.

Lennox kemudian menundukkan kepalanya. Aku tahu Lennox sekarang sedang merasa malu. Kupingnya memerah, bahkan tengkuknya ikut memerah juga dan entah kenapa itu terlihat seksi.

Tubuhku mulai memanas, aku bisa merasakan darah mengalir deras ke bagian di bawah sana. Sebelum adikku kembali terbangun. Aku kemudian mengacak-acak rambut Lennox, "Tidurlah, kamu butuh istirahat."

Setelah menyelesaikan kalimatku, aku langsung bangkit dari dudukku dan secepat kilat meninggalkan Lennox sendiri.

'Clek!'

Setelah menutup pintu kamarku, aku langsung terduduk lemas dengan punggungku bersandar di pintu. Kepalaku tertunduk, mataku tertuju pada benda yang sudah kembali mengeras untuk kedua kalinya.

Kenapa, padahal itu hanya melihat tengkuknya yang memerah, tapi bisa membuatku jadi seperti ini. Apa karena aku sudah lama tidak melakukan aktivitas seksual? Pikirku frustasi.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C7
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login