Setiap orang, memiliki penilaian dalam menilai kepribadian seseorang. Ada yang sekali melihat dan ada juga mendengar dari ucapannya. Itulah yang di khawatirkan oleh mereka berdua, saat mendengar apa yang di katakan Fadil kepada Tama. Kedua gadis itu terdiam, sembari tersenyum memendam rasa cemas terutara Luna. Sebab, Tama bukan sembarang Dokter melainkan ibunya sendiri. Gadis berambut putih khawatir, jika ibunya menilai jelek kekasihnya.
Lebih buruknya lagi, beliau akan melarang dirinya berhubungan dengan Fadil. Tidak ada yang bisa di lakukan, selain diam dan pasrah. Sekali meminta, maka beliau akan menjalaninya dengan sungguh-sungguh, begitulah sifat ibunya.
"Kamu terlihat seperti super hero saja, beraksi di balik bayang menumpas kejahatan dan malapetaka," puji Tama kepada Fadil.
"Tidak Dok, aku ini bukanlah pahlawan. Aku hanya melakukannya hanya untuk kepentinganku sendiri."
"Begitu rupanya, lantas jika suatu saat teror kembali terjadi. Apa kamu akan berdiam diri saja?"