Namun Jessica tampak tak peduli dengan ucapan Night yang bertanya soal status yang tadi disebutkan oleh perempuan itu. Dia malah senyum-senyum memandang Night.
"Sepertinya Anda juga tidak berubah sama sekali. Masih saja terlihat rupawan, berkilauan, bahkan walau harus mengenakan pakaian ala manusia zaman sekarang yang terlihat aneh dan menjijikkan…."
Apa Jessica adalah orang yang seperti ini? Selama dua tahun Honey mengenalnya, ini adalah kali pertama dia melihat sahabatnya itu bersikap seperti menggoda lawan jenis begini.
Jessica memang tidak seacuh Ariel, namun dia biasanya selalu dingin di depan laki-laki. Honey tak percaya Jessica akan menunjukkan sikap cukup agresif begini pada Night.
"Hey, jawab pertanyaanku tadi. Aku penasaran dengan maksud panggilanmu. Apa memang aku yang kau panggil pangeran? Karena aku tak mengingat apapun soal hidupku," ucap Night tak lama kemudian.
Jessica kini benar-benar keheranan. "Kau tidak mengingat apapun? Apa-apaan ini? Apa kau mengalami amnesia segala?"
"Apa itu amnesia?" Night mendesah lelah. "Ayolah. Berhenti bermain teka-teki. Sekarang jawab pertanyaanku tadi. Yang kau panggil pangeran adalah aku, bukan? Apalagi yang kau tahu setelah itu?"
Namun Jessica malah terkekeh kecil padahal tidak ada yang lucu. "Wah, ini jadi kurang menarik. Padahal semua telah menunggumu selama ratusan tahun ini untuk kembali bangkit. Tapi bisa-bisanya kembali dengan wujud aneh begini?"
Mata Jessica menangkap sepasnag iris di wajahnya. Honey tak bisa menahan rasa bergidik ngeri melihat perubahannya, sehingga diputuskannya untuk bersembunyi di balik punggung Night.
"Omong-omong karena Anda terus bertanya, maka akan kujawab. Ya, memang dirimulah yang tadi kupanggil Pangeran. Tapi itu salah, aku sepertinya hanya terbiasa memanggilmu seperti terdahulu. Pada kenyataannya kini Anda adalah sang raja. Kau vampir terpilih untuk melindungi kami semua."
Night dan Honey tampak sama-sama terkejut.
"R-Raja? A-Aku? Apa maksudnya kalau aku ini ternyata adalah seorang raja?" tanya Night sambil menunjuk dirinya dengan ekspresi tak percaya.
Jessica lagi-lagi menunjukkan senyuman tipisnya yang mulai terlihat menyeramkan di mata Honey. Vampir wanita itu berjalan mendekati mereka berdua. Ia berhenti tepat di hadapan Night yang hanya menunjukkan ekspresi kebingungan.
"Begitulah adanya."
Ini benar-benar mengejutkan. Jadi dirinya ini adalah seorang raja vampir. Ia tak terlalu ingat masa lalu, tapi yang jelas ucapan ini terdengar tak familier. Seperti memang sudah tepat dengan keadaan.
Tapi ternyata… walau sudah seratus tahun berlalu Anda tidak berubah sama sekali, Yang Mulia. Aku tahu kalau keputusanku untuk menunggumu selama ratusan tahun ini tidaklah sia-sia. Buktinya sekarang aku dapat melihatmu kembali."
Jessica kembali bersikap agresif terhadap Night. Wanita itu berjalan kian mendekat, tepat di depan Night. Mata gadis itu menatap pria yang canggung itu dengan penuh godaan.
"Jawaban dari pertanyaan kamu sebelumnya adalah 'Ya'. Walau Anda menghilang sebelum sepenuhnya menerima tahta yang diwariskan oleh mendiang ayah Anda, namun sampai saat ini Anda adalah pemimpin kami. Sang raja yang memiliki kekuatan vampir yang seakan tak terbatas. Seseorang yang tidak hanya dapat mengendalikan berbagai macam elemen di bumi namun juga mampu melintasi ruang dan waktu. Andalah orangnya Yang Mulia," kata Jessica menutup ucapannya dengan menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda penghormatan terhadap Night.
Namun yang diberi hormat masih terlihat bingung. Ia bahkan melirik Honey seakan meminta penjelasan kepada gadis itu. Padahal jelas ia takt ahu apa-apa.
Karena seperti yang telah diketahui sebelumnya, hingga saat ini Night belum mampu mengingat seluruh masa lalunya. Ia tak ingat tentang hidup dulunya, siapa saja yang pernah dikenalnya, atau bahkan sampai pada alasan kenapa ia bisa sampai terkurung di peti tua itu. Tapi hari ini tiba-tiba ia mendapatkan jawaban?
'Aku ini seorang raja? Sungguh?'
Namun sejak tadi, sebenarnya Honey menahan-nahan diri untuk bertanya. Sebenarnya ada yang mengganjal di dirinya ini terkait Jessica yang tampak begitu asing dari yang dikenalnya. Namun dia memilih diam karena masih terkejut sekaligus takut dengan keadaan ini.
Namun kini perasaan takut itu semakin menghilang. Apalagi karena rasa penasaran di dadanya semakin menjadi-jadi.
"T-Tapi… apa aku boleh bertanya?" Dengan suara yang menggigil Honey tiba-tiba bersuara. Night dapat merasakan cengkeraman kuat gadis itu pada lengan bajunya ketika gadis itu berkata, "Jadi… selama ini kau hanya berpura-pura berteman denganku? Kau sama sekali tak melakukannya dengan tulus, Jesica?"
Jessica mengalihkan pandangan tajam padanya. Tatapan itu terlihat sangat dingin dan penuh kebencian seakan mampu membunuhnya dengan instans. Sebuah cara pandang yang tak pernah sekalipun ditunjukkan Jessica padanya selama ini.
"Tentu saja."
"Kenapa? Bahkan kata Night, ada begitu banyak vampir yang berada di sekitarku. I-Ini apa maksudnya? Kalian… mengikutiku selama ini?"
Jessica kembali menyahut dengan santai. "Sepertinya begitu."
"Sepertinya begitu bagaimana? Tolong jawab yang jelas."
"Karena begitulah yang telah diramalkan – katanya raja akan muncul di sekitarmu. Selama 409 tahun seluruh vampir di dunia menunggu kembalinya pemimpin mereka, sehingga mereka ikut menunggu kelahiranmu."
Honey benar-benar tergagap. Tak mengerti sama sekali dengan hal itu. "K-Kenapa aku?"
"Kenapa harus dirimu?"
Jessica kali ini tertawa cukup keras dan terdengar menyeramkan, membuat Honey kembali sedikit bersembunyi di belakang punggung Night.
"Memang sudah selayaknya kau penasaran. Kenapa dari miliaran manusia di mula bumi ini harus kaulah yang Sang Raja datangi? Emangnya apa yang kau punya? Apa keistimewaanmu? Sehingga harus kamulah yang menjadi satu-satunya yang bisa membangunkan tidur panjangnya?" Jessica membagi jeda ucapannya sambil menatap mereka berdua bergantian. Lalu kemudian vampir wanita itu melanjutkan, "Karena selama bertahun-tahun ini ada sebuah benda penting yang ada pada kalian berdua. Benda itu hanya bisa dimiliki kalau kalian berdua bersama. Itu sebabnya semua vampir menunggu di sekitarmu sejak hari kelahiranmu di dunia. Semuanya menunggu hingga saat Sang Raja bangun dan datang pada dirimu seperti sekarang ini."
"A-Apa?" Honey tampak begitu kaget dan tak percaya. "T-Tapi kenapa? A-Apa alasannya? K-Kenapa aku dilibatkan dengan hal ini?"
"Oops, cukup. Aku tak akan terlalu berbaik hati memberitahukan lebih banyak. Gue bukan sumber informasi gratis"
Jessica terlihat menikmati ekspresi penasaran dan kebingungan dua orang di depannya. Dia menyeringai semakin lebar, menunjukkan dua taring yang selama ini tersembunyi dari pandangan Honey. Mata kecokelatan miliknya juga mulai berubah menjadi semerah darah.
"Tapi sebaiknya kalian mencari tahu dengan cepat karena kalian tak punya cukup banyak waktu. Terlambat sedikit saja vampir lain akan lebih dulu mencium kenyataan bahwa Sang Raja telah bangkit kembali. Kalau hal itu terjadi maka perang besar akan kembali dimulai."
"Perang apa?"
"Astaga, apa yang sebenarnya terjadi pada Anda, Yang Mulia? Apa peti itu ikut sudah membuat ingatan Anda memudar secara perlahan? Atau… Anda sepertinya mulai tertular penyakit manusia karena terlalu banyak bergaul dengan mereka?" Jessica mengatakan itu sambil menatap Honey dengan tatapan yang panjang lagi. Terlihat sangat mengintimidasi dan penuh kebencian. "Sisanya silakan cari tahu sendiri. Karena aku hanya akan memberitahukan sebanyak itu pada kalian. Sekarang bisakah kalian meninggalkan kamarku? Kecuali kalau Yang Mulia bersedia tidur denganku di sini. Seperti… hari-hari saat kita bersama dulu."
Kedua orang itu langsung tercengeng mendengar ucapan Jessica yang begitu mengejutkan.
"Kalian pernah tidur berdua?" tanya Honey tak yakin sambil memberi tatapan menghakimi pada Night. Mahluk itu menggeleng gugup. Sama sekali tak tahu apapun soal itu.
***
Terima kasih telah membaca. Jangan lupa berikan kesan dan pesanmu soal cerita ya.
Mau saling kenal? Yuk kunjungi akun IG: @poetrieandiena