"V- Va- Vampir?" Honey mengulang dengan terbata. Wajahnya pucat seketika. "Vampir?!!" ulangnya lebih menaikkan nadanya.
Night menyahut dengan ceria, "Yup."
Hal yang langsung Honey lakukan selanjutnya adalah memegangi lehernya sendiri. Berusaha melindunginya, takut-takut mahluk itu akan mengincarnya. Dia bahkan terus berusaha bergeser menjauh sambil berkata, "K-Kalau gitu… K-Ka… lau gitu kau suka minum dda… darah… b-bukan?"
"Tentu saja." Night menjawab dengan penuh semangat.
"Haaaah, bicara soal itu saja sudah membuatku lapar. Sudah lama sekali rasanya aku tak menikmati darah yang merah dan segar. Sudah berapa lama aku dikurung di peti itu? Setahun? Dua tahun? Memangnya sudah tahun berapa sekarang?"
"2020."
"APA?" Mahluk yang vampir dan bernama Night itu kini melotot menatapnya. "B-Bagaimana mungkin sudah tahun segitu?! 2020? Hmph, jangan bercanda. Aku memang bukan manusia sepertimu, tapi bukan berarti kau bisa membodohiku seenaknya," protesnya tak terima.
"T-Tapi s-sekarang memang sudah 2020, tahu." Honey menarik kalender lipat yang berada di atas meja dan melemparkannya pada mahluk itu. "Pe… periksa saja sendiri kalau tak percaya," ucapnya kembali dengan suara menggigil. Padahal tadi dia sudah cukup berani pada mahluk itu, tapi setelah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya kini malah membuat Honey ketakutan lagi. Dia tak ingin terlibat lebih jauh dengan mahluk ini.
Itu sebabnya saat sang vampir sibuk memeriksa kalender, gadis itu mulai berpikir untuk melarikan diri. Tak mau membuang kesempatan, ia segera beranjak dari tempatnya tadi. Segera maraih gagang pintu dengan perlahan. Berusaha tidak membuat suara.
Namun ketika tangannya baru saja bergerak, dia tersentak begitu mahluk itu melirik padanya secara tiba-tiba.
"Mana mungkin aku tidur selama itu? Sekarang benar-benar sudah 2021? Yang benar saja." tanya Night meminta penjelasan.
Honey mengangguk kikuk. Tertawa dengan kaku. "Ya… seperti yang kau lihat sendiri. Sekarang memang sudah 2020, he he. Tepatnya 4 Maret 2020."
Mahluk itu tampak kembali sibuk memeriksa kalender, seakan berharap keadaannya akan berubah dengan sendirinya. Sepanjang semua itu ia terus saja mengomel dan berbicara pada dirinya sendiri. Masih saja sulit mempercayai ucapan Honey.
Saat itulah Honey kembali berusaha melanjutkan aksinya. Diraihnya lagi gagang pintu tadi dengan pelan. Berusaha tidak membuat suara dan menganggu si vampir yang masih saja sibuk sendiri di sudut kamar.
Pintu akhirnya terbuka.
Honey melirik Night lagi, untuk memantau pergerakannya. Berharap agar mahluk itu masih belum menyadari apa yang dilakukannya. Setelah memastikan keamanannya, Honey membuka pintu itu dengan lebih lebar. Cukup untuk ukuran tubuhnya ini.
Sang gadis berniat segera melarikan diri setelah berhasil, namun tak lama dia malah nyaris terkena serangan jantung melihat apa yang menyambutnya. Karena bukannya ruang tamu yang berada di depan kamar tidurnya, namun yang ada kini dia malah dihadapkan dengan sebuah jurang di atas sebuah sungai beraliran deras. Bahkan hampir saja Honey terjun bebas ke dalamnya kalau saja Night tidak langsung menarik kerah piyamanya agar kembali ke masuk dalam.
"A-Apa-apaan ini? A-Apa yang terjadi? K-Kenapa begini?" Honey terduduk lemas di belakang pintu. Seluruh tubuhnya tampak bergetar karena syok dengan kejadian yang hampir membunuhnya barusan.
"Sudah kubilang bukan kalau melarikan diri itu perbuatan yang percuma?" sahut si vampir lirih sambil masih memegangi kalender. Sibuk memelototi angka 2020 yang tertulis dengan sangat besar dibagian atas.
"Tapi bukan berarti juga kau bisa mengubah rumahku seenaknya! Ini dimana sih? Kemana kau membawaku?!" teriak Honey melengking karena begitu frustrasi.
"Omong kosong apa yang kau katakan? Jelas-jelas ini rumahmu sendiri," Sosok itu menjawab acuh dan tanpa melirik padanya sedikitpun. "Lihat kamar ini. Kau sendiri yang bilang kalau ini kamarmu. Bahkan ada foto jelekmu juga yang menggantung di dinding."
Honey mengeram kesal dibuatnya. Didorongnya lagi pintu itu untuk kembali melihat keluar ruangan. Namun matanya lagi-lagi membesar kaget. Larena kini memang ruang tamunya yang terlihat di luar sana.
"B-Bagaimana mungkin?" Honey bergumam tak percaya.
Merasa masih kurang yakin, Honey membuka dan menutup pintu itu lagi berulang kali. Pertama membuka, dia terpana karena kini dia malah berada di sebuah perkebunan bunga lavender. Dibuka untuk yang kedua kali, dia sampai di stadion Old Trafford Manchester United. Dicobanya lagi, yang ketiga kali, dimana kali ini Honey langsung membanting pintu itu kasar ketika dia malah mendapat teriakan dari laki-laki tua yang sedang jongkok di depan toilet.
"Baiklah, cukup dengan pertunjukan pintu ajaibnya."
Night akhirnya dapat menerima kenyataan. Diletakkannya kembali kalender tadi ke atas meja, lalu menghadap Honey yang masih menggigil ketakutan di belakang pintu. Masih sulit percaya dengan pengalaman tak logis barusan.
"Ini memang sulit dipercaya, tapi sepertinya aku memang sudah tertidur di peti selama… 409 tahun lamanya? Waah, bisakah kau percaya hal ini?" ucapnya takjub sambil terkekeh sendiri. "Ini benar-benar sulit untuk dicerna."
'Memangnya apa yang bisa dipercaya dari semua yang telah terjadi sejak kehadiran lo di sini.' Honey menggerutu di dalam hati.
"Sebenarnya kau itu mahluk apa? B-Bagaimana mungkin kau seperti memiliki pintu ke mana saja? Memangnya dirimu Doraemon?"
"Do… Doraemon?" Night memiringkan kepalanya heran. "Siapa dia? Apa hebatnya dia sampai dibanding-bandingkan denganku? Suruh dia ke sini, biar kulihat seberapa pantas baginya menyandang gelar itu." Night kali ini bertanya dengan nada sedikit tak terima.
Honey sedikit menahan tawa mendengarnya. Merasa cukup takjub juga karena untuk pertama kalinya dia mendengar seseorang tidak mengetahui apa itu 'Doraemon'. Tapi dia baru kembali ingat kalau mahluk di depannya ini sama sekali bukan manusia. Bahkan katanya tadi dia juga sudah tertidur selama ratusan tahun lamanya. Tentu saja ia tidak akan mengetahuinya.
"Jadi setelah klan vampir musnah dunia ini telah dikuasai oleh mahluk bernama Doraemon itu? Seberapa hebat dia sampai memiliki kekuatan seperti kami? Apa dia utusan terbaru dari Malaikat Kegelapan, karena dulu tak ada manusia seperti itu." Night terus saja sibuk dengan teorinya sendiri. "Ini tidak bisa dibiarkan. Para vampir harus mendapatkan kembali kedudukan mereka. Hey manusia, bawa aku padanya! Aku akan mengalahkannya. Akan aku pastikan kembali mahluk kegelapan mana yang terkuat di dunia ini."
Di titik ini rasa takut Honey mulai hilang. Karena kini Night hanya terlihat seperti orang idiot.
"Hey, kenapa kau diam saja? Katakan padaku! Jadi dimana aku bisa menemuinya? Bawa aku padanya, wahai manusia!"
Honey berkata malas sambil berkata, "Asal kau tahu kalau dia tepat di belakangmu."
"DIMANA?"
Night berbalik dengan sigap. Mulai pasang kuda-kuda sambil mengamati sekitarnya. Namun tak ada apapun di belakangnya selain sebuah boneka berbentuk kucing biru aneh yang bersandar di atas tempat tidur.
"Dimana?" tanyanya lagi dengan bingung.
"Boneka yang tepat di depanmu. Asal kau tahu kalau Doraemon bukan sejenis mahluk aneh yang tak jelas seperti dirimu. Dia hanya sebuah tokoh lucu buatan manusia." Honey akhirnya mulai bosan bermain-main dengan mahluk itu.
Night tampak takjub. Memandang boneka itu dengan pandangan tak percaya. "Jadi manusia sekarang takut pada mahluk biru jelek ini?"
***
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!