***
Tak
Hikaru menatap dalam diam, saat pintu perlahan terbuka.
"Kau dibebaskan" seru perawat itu menatap malas ke arah Hikaru, seperti Hikaru adalah sebuah kuman.
Hikaru sudah terlalu malas untuk sekedar bereaksi, berada di rumah sakit jiwa membuat semuanya hambar.
Hikaru bangkit dari tempat duduknya, Siapa yang sudah membebaskannya-?
Di luar. seseorang bersurai coklat menanti. Hikaru berhenti sejenak, merasakan udara segar yang sudah lama tidak bisa dirasakannya.
"Kau kenapa.. membebaskan ku?" tanya Hikaru pada Kazuya yang ada di depan pintu, sedang menantinya keluar.
Kazuya hanya menatapnya datar, dengan penampilan acak-acakan biasa.
"Entahlah, mungkin karena aku terlalu membenci mu..", Alasan yang aneh.
Hikaru berjalan beriringan dengan Kazuya, menikmati udara segar yang mungkin bagi Hikaru tidak ada apa apanya, Hikaru tidak merasakan apapun. baginya semuanya hanyalah sebagai bayangan hitam dimana-mana, dan kepribadian ganda nya terus berbisik berusaha memprovokasinya.
"Dasar aneh..." seru Hikaru bahkan sekedar untuk berbicara saja Hikaru merasa enggan, Hikaru tidak tau lagi bagaimana caranya berekspresi.
Dia sudah dibuang oleh keluarganya, Hikaru sudah tidak lagi berharga.
Hikaru memegangi matanya dan kepalanya yang diperban, Hikaru bahkan sudah cacat. Hikaru tidak punya apa apa lagi selain kehampaan belaka.
Bahkan Hikaru kehilangan dirinya sendiri-?, Ah.. Hikaru bahkan tidak tau.
"kau tidak apa apa Hikaru?", pertanyaan bodoh. tentu saja berada disana, dan mengalami banyak kejadian membuat Hikaru menjadi berubah. Hikaru hanya menatap ke hamparan tanah yang tidak terdengar suara apapun, tatapan mata hitamnya yang semakin menghitam.
"..."
Tidak ada jawaban.
Hingga mereka berhenti di jalanan. Hikaru menatap datar ke arah Kazuya, Hikaru terlihat sangat menyedihkan.
tidak seperti Hikaru yang biasanya populer, tampan dan suka tersenyum.
sekarang Hikaru sudah cacat, dan kehilangan ekspresinya yang semula hanyalah sebuah kebohongan.
"Aku mau kemana Kazuya? aku sudah tidak dibutuhkan siapapun.." seru Hikaru dalam diam. Siapapun...kah-?
Kazuya menarik lengan Hikaru hingga beranjak ke arah rumahnya yang besar.
"Kalau begitu kau harus mencari cara untuk dibutuhkan bukan-? bukankah kau sangat suka berbohong-?" seru Kazuya.
Berbohong. bahkan Hikaru sudah tidak tau lagi atas alasan apa dia berbohong.
Siapakah dirinya-?
Hikaru bergumam dalam hati, tidak mempedulikan suara apapun.
Kenapa-?
Apa alasannya berbohong-?
hingga Hikaru berada di depan rumah Kazuya. Kazuya yang semula hanyalah orang asing yang tidak mempedulikan nya, Hikaru juga tidak mempedulikannya dan Sekarang Kazuya menolongnya.
Karena Kazuya membencinya.
Hikaru memandang dirinya sendiri, saat berada di kamar tamu. Hikaru hanya meringkuk disana, memikirkan semua kejadian yang terjadi pada dirinya.
Ayah...
Ibu...
Hana...
Dan kegilaan...
Hikaru merasakan badannya gemetaran dan nafasnya terasa sesak.
seperti sedang di kurung di suatu tempat yang menyesakkan, Hikaru hanya memegangi dadanya berharap rasa sakitnya akan menghilang.
Rasanya perlahan hilang, namun Hikaru tidak akan pernah bisa melupakannya.
Kapan Hikaru bisa terlepas dari semuanya-?
Hikaru hanya bisa berbohong, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Padahal semuanya tidak baik baik saja.
Dirinya tidak akan pernah baik baik lagi.
Memangnya...sejak kapan Hikaru baik baik saja-? Hikaru hanya terkekeh, menertawakan dirinya sendiri, dirinya yang penuh dengan kebohongan belaka.
***
Hikaru menatap dalam diam makanan yang ada di depannya, Hikaru berusaha menarik makanan yang kini berupa seperti dirinya yang meringkuk kesakitan disana, dirinya yang dipukuli ayah dan membuatnya ngilu.
Buk!
Buk!
suara yang terus saling bersahutan.
Hikaru menelan ludahnya berusaha menelan ketakutannya, ia harus bisa seperti biasanya. Hikaru mengarahkan makanan mewah yang seharusnya enak namun sekarang terlihat menyakitkan ke arah mulutnya, mengunyahnya. saat merasakan bau dan rasa darah amis di lidahnya yang semakin lama semakin banyak, hingga keluar dari mulutnya setiap kali Hikaru berusaha mengunyah.
Membuat Hikaru merasa mual.
Huek!
Hikaru memuntahkan makanan itu, dan menutupi mulutnya dengan nafasnya yang perlahan semakin terasa sesak.
Hikaru tidak akan sama lagi.
cairan muntah yang keluar dilihatnya sebagai Darah yang mengalir, dan membentuk sebuah genangan disana, ruangan kegelapan yang hampa dan dirinya terbaring meringkuk disana, dan kini menatapnya dengan kosong.
"Kau disini bukan, Hikaru?"
Hah!
Hikaru sontak mundur, memegangi kedua kepalanya yang terasa sakit, dan bayangan hitam perlahan mendekat.
Hikaru sangat ketakutan, saat bayangan itu akan memukulinya lagi dan lagi.
hingga Hikaru tidak akan bisa merasakan rasa sakitnya lagi, Hikaru menatapnya dengan matanya yang perlahan gemetaran, mulutnya yang tidak mampu mengucapkan apapun.
menjauh, meringkuk dalam kegelapan terbesar yang dirasakannya.
Trauma yang dirasakannya.
Hikaru mengalami trauma terbesarnya.
Kazuya hanya menatapnya dalam diam, saat Hikaru hanya menatapnya sebagai sesuatu yang lainnya, untung saja ibunya sedang berlibur, dan mereka berdua hanya sendirian disini. melihat Hikaru yang begitu menyedihkan. tanpa mampu untuk menyembunyikannya.
Dalam Sebuah Kebohongan.
Kebenaran yang Menyakitkan.
***