"Iya kenapa, Terry? Apa? Kamu mau tanya tentang, Yelin? Sudahlah semua itu tidak benar, itu hanya manipulasi saja, jadi jangan dibahas lagi," balas Raj dengan sangat malas. Suaranya terdengar datar.
Ia pun berjalan kembali ke tempat duduknya lagi dan duduk dengan rapat di atas batang kayu itu. Terry pun ikut duduk juga di samping Raj. Keduanya memang sangat akrab karena memang sudah berteman sejak kecil, kadang Raj memprotes Terry, karena dia selalu saja memanggilnya dengan sebutan bos, dia memang sangat risih kalau semua anak buahnya memanggil itu, bagi Raj semuanya adalah teman, tapi tetap saja para anak buahnya memanggilnya Raj dengan sebutan bos, jadi akhirnya dibiarkan Raj saja karena dia sungguh lelah memprotesnya.
"Lalu? Apa Santa percaya dengan ucapan kita, Bos? Padahal aku juga tadi sangat pintar berakting, ya kan, Bos," tanya Terry dengan cengengesan. Merasa bangga dengan aktingnya. Tangannya itu menepuk dadanya, berharap Raj memujinya.
"Iya kamu sangat jos sekali, sangat hebat dan bisa diandalkan, juga sangat setia, pokoknya kesayanganku haha. Masalah dia percaya atau enggak dilihat saja nanti, yang penting kita sudah sangat berusaha." Raj memang seperti itu, dia suka bercanda dan tawa bersama kalau sama orang yang sudah akrab dengannya, tapi kalau dengan yang belum dikenalnya, pastinya dia akan dingin sedingin salju, jadi tidak heran, lagian sikapnya itu sungguh berubah-ubah seiring bergantinya musim, berbeda kalau dengan Terry masih akan tetap sama karena dia memang sangat mengerti tentang Raj.
Terry menoleh ke arah Raj dan dia pun membatin, merasa Raj sungguh sangat baik dan selalu sabar menanti Santa kembali. 'Bos sungguh baik sekali, pantas saja sangat disegani di sini, lagian sudah di buang seperti itu, kenapa dia masih mengurusi Santa saja, padahal Santa sudah sering menyakitinya dengan caranya, tapi Bos selalu mengampuninya, coba kemarin Bos yang posisinya di markas Santa, mungkin sudah tak berbentuk, aslinya aku tidak setuju dengan itu. Meskipun Santa mengajak perang aku siap. Aku juga sudah muak dengan sikapnya yang suka semena-mena, apakah nanti kalau misal dia kembali, Bos akan melupakanku dan bersamanya terus?'
Memang Terry sungguh sangat tidak setuju Santa kembali, bukan karena dia cemburu atau bagaimana, hanya saja kesal karena Santa dari dulu suka semena-mena kepada siapapun, lagian Santa juga sudah sangat membenci Raj gara-gara hal sepele itu, jadinya Terry sungguh muak dan peduli pada keselamatan Raj. Dia pun berencana untuk melindungi Raj dari kejauhan. Tanpa sepengetahuan Raj. Karena Raj selalu bilang akan bertemu Santa sendiri, dan tidak takut kepada Santa. Katanya Santa tidak akan berbuat nekad, tapi Terry mana percaya, jadi dia waspada dengan keselamatan bosnya itu.
Anak buahnya yang ternyata sedari tadi menyebar dan mencari kayu bakar dan ada yang mencari makan. Semuanya berhamburan, berlarian mendekat ke arah Raj. Mereka sangat khawatir kalau Raj dan Terry dalam bahaya, karena mereka mendengar dari kejauhan suara tawa Santa yang menggelegar tadi. Jadi mengira bos dan tangan kanan bos dalam bahaya.
"Bos, Terry, kalian tidak apa-apa?" tanya anak buah yang lain, tepat dia adalah tangan kanan Terry. Yang sangat dipercayai olehnya. Namanya adalah Tebra.
"Kenapa kalian bertanya seperti itu? Kita baik-baik saja kok," balas Raj dengan santainya. Sedangkan Terry mengedipkan matanya supaya para anak buahnya diam saja dan tak bertanya lagi. Terry sungguh menjaga mood Raj agar selalu baik, dia melihat Raj sangat damai, jadinya tidak mau semua anak buahnya menambah bebannya dengan pertanyaan aneh-aneh.
Terry pun mengalihkan pembicaraannya. "Sudah selesai tugas kalian semua? Kayu bakar? Makanan? Apa sudah dapat semua? Pokoknya harus dilengkapi semuanya biar kita tidak kelaparan."
"Sudah, Bos, setelah ini kita akan masak, agar bisa menikmati bersama, kita semua sudah sangat lapar rasanya," balas Tebra dengan wajah seperti biasanya, bersemangat dan tak pernah tersenyum, senyumannya itu sangat jarang kalau tidak sewaktu khusus. Padahal dia baru terluka kemarin, karena ulah Santa dan anak buahnya penyerangan kemarin, lukanya juga lumayan parah. Namun, dia sungguh cekatan dan baginya luka begitu tidak ada apa-apa nya, sudah terbiasa.
Tangannya menyodorkan uang kembalian ke arah Raj. Karena memang dia mencari bahan makanan pelengkap ke arah luar, tepatnya di indomaret, berbeda dengan yang lainnya tugasnya mencari makanan di hutan, kalau di hutan kurang lengkap Tebra yang bertindak ke indomaret itu.
Raj menoleh dengan menggelengkan kepalanya, tangannya menyentuh Tebra agar menyimpan uang itu. "Bawa saja! Aku suka kehilangan uang kalau aku yang membawanya."
Tebra mengerti dan tanpa membantah Raj, ia pun memasukkan dan menyimpan kembali uang itu ke dalam kantongnya. Memang Raj sangat kaya dan selalu mendapatkan uang transferan dari kedua orang tuanya, jadi uangnya tidak akan pernah habis, padahal berulangkali dia menolak uang dari kedua orang tuanya itu, karena dia merasa tidak enak, tidak membantu bekerja, tapi mendapatkan uang terus.
Namun, kedua orang tuanya yang berada di luar negeri dan sudah kelebihan uang, mereka tak mempermasalahkan itu, menurut kedua orang tuanya yang penting Raj bahagia saja. Karena Raj adalah anak si mata wayangnya. Dia mempunyai adik, tapi adiknya itu anak adopsi, kedua orang tuanya mengadopsinya dari jalanan, karena merasa kasihan. Dan sungguh lucu anak itu, adiknya berada di luar negeri juga dibawa oleh kedua orang tuanya, karena Raj tidak mau mengurusnya. Sangat merepotkan kalau adiknya itu ditinggal di Indonesia.
Kedua orang tua Raj, sangat tau kebiasaan Raj, yang suka berkeliaran di jalanan, meskipun dia adalah anak baik dan suka membantu orang, tapi menurut kedua orang tuanya cara Raj salah, bagaikan anak jalanan saja, berulang-ulang kedua orang tuanya merayu Raj agar Raj jadi anak rumahan dan melanjutkan studinya ke luar negeri biar sekalian bersama kedua orang tuanya, tapi dia menolaknya, jadi kedua orang tuanya berharap Raj akan berubah suatu saat nanti. Biar tidak lulusan SMA doang dan tak menjadi anak berandalan.
Raj yang sedari tadi melihati suasana hutannya yang indah dan permai, dengan nafas yang dihembuskannya, ia pun sontak kaget ketika mendengar suara ponselnya berbunyi, dengan cepat dia mengambil ponselnya itu dan tanpa melihat siapa yang meneleponnya, dia menggeser tombol hijaunya.
"Halo, Raj, bagaimana kabarmu, Sayang?" sapa seorang wanita dengan ramahnya, beliau adalah mamanya.
"Baik, Ma, Mama dan Papa juga baik-baik saja kan?" balas Raj yang balik bertanya.
"Iya, ini adikmu kangen katanya, dia mau mendengar suaramu," ujar mamanya dengan sangat bersemangat. Lalu terdengar suara adiknya yang berumur 10 tahun itu. Meskipun bukan adik kandung Raj menyayanginya dan ramah kepadanya.
"Halo, Kak, Ravia kangen, bentar lagi Ravia pulang, tunggu Ravia ya ..." Tapi telepon tiba-tiba saja terputus karena batrei Raj habis.
"Astagaaa."