Malam yang penuh dengan perasaan kesal itu sudah berakhir, kini pagi yang indah dengan sinar matahari yang hangat pun siap menyambut hari pasangan yang baru saja menikah kemarin itu. Karena harus menjalankan tugasnya sebagai seorang istri yang baik, Camelia bangun pagi sekali. Dia bahkan menyiapkan beberapa makanan untuk lelaki itu sarapan, dan semoga saja sesuai dengan seleranya.
Semua pekerjaan di rumah pun Camelia ambil alih, dari mulai membersihkan lantai bahkan hal lain yang biasa dilakukan oleh para pelayan. Mungkin bagi gadis ini wajar saja, karena itu juga tugasnya sebagai seorang istri yang baik untuk Rey sekarang. Walau pun mungkin tidak ada perasaan istimewa yang dia rasakan, setidaknya sebagai seorang yang harus membalas budi. Camelia mesti melakukan semuanya.
"Akhirnya selesai juga."
Camelia menatap ke arah jam dinding, dan ternyata sudah hampir menunjukan pukul 9 pagi. Lelaki itu masih belum bangun untuk menyambut hari baru mereka, dan Camelia pun berniat untuk menghampirinya di kamar. Namun ketika dia kesana, Rey sudah tidak ada. Bahkan beberapa kali gadis ini memanggil tidak ada jawaban, Camelia penasaran dimana lelaki itu berada. Sampai akhirnya dia mencari ke setiap sudut ruangan.
"Rey! kau disana?"
Camelia memanggil nama lelaki itu berkali-kali karena melihat sebuah pintu terbuka, dan benar saja Rey pun keluar dari sana dengan tangan yang berlumuran darah. Gadis ini terkejut bukan main, bahkan sampai memegangi dadanya sendiri.
"Apa yang kau lakukan disana? darah apa itu Rey?" tanya Camelia kepada suaminya.
Rey dengan segera menutup pintu ruangan yang baru saja dia masuki, kemudian mengelapkan darah yang bercucuran dari lengannya sendiri. Dia menatap santai ke arah Camelia dengan senyuman tipis dibibirnya.
"Hanya bersenang-senang sedikit, kenapa kau mencariku?" tanya lelaki itu.
Camelia menunjuk ke arah ruang makan dengan sedikit gemetar. "Itu, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Jika kau tidak keberatan makanlah dulu."
Rey tidak menjawab ajakan Camelia dan langsung begitu pergi begitu saja untuk melihat apa yang sudah dikerjakan gadis ini, beberapa hidangan memang nampak di atas meja. Lengkap dengan sayur atau pun buah-buahan segar, tetapi ada hal yang membuat lelaki ini tidak berselera yaitu beberapa tangkai bunga mawar yang Camelia letakan di tengah-tengah meja makan sebagai pemanis. Itu sangat memuakkan!
"Kau membuat selera makan ku hilang Camelia." ucap lelaki itu sembari berbalik dan hendak meninggalkan Camelia disana.
Namun gadis itu menahannya dan menanyakan apakah ada yang salah dengan hidangan yang dia buat? bukankah ini sesuai dengan informasi yang Camelia dapat dari para pelayan?! namun kenapa Rey masih mengatakan tidak berselera.
"Apa salahnya dengan hidangan itu?" tanya Camelia dengan nada yang sedikit menekan karena perasaan kesal.
Rey tidak suka mendengar nada pembicaraan gadis itu dan langsung menamparnya dengan sangat keras, dia menarik lengan Camelia untuk melihat apa yang sangat tidak Rey suka dengan apa yang gadis itu persiapkan padanya.
Brakkk !
Vas bunga yang baru saja gadis ini letakan di atas meja Rey pecahkan tepat dibawah kakinya, lelaki itu kemudian tersenyum puas ketika melihat ekspresi takut sang istri sampai menggetarkan kedua tangannya.
"Jangan letakan bunga itu di dekat makananku, atau tanganmu akan aku potong!" ancam lelaki itu kesal.
"Apa salahnya? aku menemukan bunga ini ketika membersihkan halaman tadi. Mungkin tertinggal ketika para pelayanan memungut semua sisa pernikahan kemarin Rey, maaf jika aku sudah membuatmu marah hanya karena bunga itu. Maafkan aku Rey." ucap gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Bodoh! makannya dengarkan ini baik-baik, harusnya kau tanyakan pada pelayan atau pun orang lain yang ada dirumah ini jika aku sangat membenci bunga dan apapun yang berkaitan dengannya! awas saja jika kau sampai melakukan kesalahan seperti ini lagi, aku tidak akan segan untuk mengurungmu di lantai bawah tanah itu. Membusuk lah kau disana Camelia!"
Rey pergi begitu saja setelah membentak dan mencaci sang istri hanya karena sebuah bunga yang gadis ini letakan di atas meja makannya. Mungkin Camelia tidak akan pernah tahu apa dan kenapa lelaki itu sampai bisa semarah ini, namun kata-kata yang keluar dari mulutnya itu sangat menyakitkan. Dengan sekuat tenaga dia menahan tangis sembari membersihkan pecahan vas bunga yang berserakan dibawah kakinya, Camelia harus kuat! dia tidak boleh sampai meneteskan air mata karena hal seperti ini. Karena jika sampai Rey melihatnya, dia akan kembali merasakan penderitaan yang lebih menyakitkan dari pada sekarang.
***
Sementara itu dilain tempat, Rey sedang bergegas untuk membersihkan seluruh tangan dan juga piyama miliknya yang berlumuran dengan darah. Seluruh tubuhnya seakan bergetar setelah melihat bunga mawar yang Camelia letakan di meja makan tadi, padahal perasaan seperti ini sudah jarang sekali dia rasakan cukup lama. Namun gara-gara kecerobohan gadis itu, perasaan sakit dihati Rey kembali muncul ke permukaan.
"Argh sialan! aku benci perasaan ini, Camelia awas saja kau!"
Rey melepaskan semua pakaian yang menempel dari tubuhnya, lalu mengguyurnya dengan air dingin. Berharap semua ketegangan, rasa sakit dan trauma dikepalanya itu segera lenyap. Mungkin tidak banyak yang tahu apa yang sudah terjadi dengan lelaki ini dimasa lalu hingga sebuah bunga saja bisa sampai membuat dia seperti ini, yang jelas bagi Rey itu adalah trauma yang begitu mendalam hingga membekas sampai sekarang. Bahkan setelah bertahun-tahun lamanya terjadi, hal itu masih akan terus muncul ketika dia melihat sebuah bunga melintas dihadapannya.
"Pergilah!! jangan muncul lagi di ingatanku sialan! aku benci mengingatmu seperti ini..."
Hari itu matahari bersinar begitu terik, bahkan burung-burung berkicau dengan riang gembira. Seakan menyambut indahnya pagi yang penuh dengan romansa kehidupan yang damai dan tenang ini. Seorang lelaki berkaos putih polos dengan celana jeans biru ketat sedang duduk di bangku taman pusat kota Jakarta. Menunggu seseorang yang sangat berharga di dalam hidupnya sembari membawa seikat bunga mawar merah di tangan kanan nan kekar itu.
Hari ini, dia ingin mengungkapkan semua perasaan yang sudah terpendam didalam hatinya itu selama bertahun-tahun. Mungkin bisa dikatakan sejak mereka duduk dibangku kuliah, hingga sekarang masing-masing lulus dan memiliki karier yang berbeda. Lelaki tampan bertubuh tinggi dengan kulit putih yang berkilau bagaikan berlian ini masih tetap sangat menyukainya.
"Rey! kau menunggu lama? maafkan aku."
Seorang gadis cantik, tinggi, berkulit putih dengan hidungnya yang mancung datang dengan rambut yang acak-acakan. Mina, dia adalah gadis yang begitu disukai Rey sejak pertama kali mereka bertemu. Hari ini dengan sebuah rencana yang matang mereka saling bertemu dan meluangkan waktu sibuk karena pekerjaan, hanya untuk sekedar berbincang atau pun menikmati waktu bersama setelah sekian lama.
"Tidak juga, kau telat dua jam. Terima kasih karena sudah membuatku menunggu Mina." ucap lelaki itu dengan senyum manis diwajahnya.
Mina tersenyum lalu mengambil briket bunga yang dipegang lelaki itu. "Ini untukku? sejak kapan kau manis seperti ini Rey."
Rey tersipu malu karena selama ini orang-orang mungkin mengenalnya sebagai wanita yang kolot dan juga kaku. Dia tidak pernah mengungkapkan perasaan sukanya terhadap wanita dengan hal-hal manis seperti ini, namun demi Mina apa yang tidak bisa dia lakukan?!
"Aku kebetulan melihat toko bunga dijalan jadi aku belikan untukmu, bukankah kau sangat menyukai bunga Mina? anggap saja itu sebagai hadiah pertemuan kita." ucap lelali itu malu-malu.
Mina sangat mengenal baik lelaki ini, apalagi setelah mereka bersama dan menjalani pendidikan sampai karier seperti sekarang. Rey tidak pernah berhenti di suatu tempat jika bukan perintah dari ibunya, atau bisa jadi karena keinginan dirinya sendiri. Dan mungkin ini adalah hadiah tulus yang diberikan lelaki tampan itu untuk teman lamanya.
"Terima kasih Rey, kau manis sekali. Oh bagaimana kabarmu? aku dengar bisnis keluargamu sedang mengalami masalah?" tanya Mina kepada lelaki yang duduk disampingnya.
Rey mengangguk, selama beberapa bulan ini bisnis keluarga memang sedang kacau. Mungkin karena pertama kali dia diberikan kuasa penuh ketika sang ayah meninggal satu tahun yang lalu, dan dia belum cukup mampu untuk membawa perusahaan itu ke tempat teratas. Sehingga sekarang iming-iming bangkrut pun di depan matanya, jika bukan karena bantuan dari teman sang ibu perusahaan dan bisinis hotel lainnya akan hancur tak tersisa.
"Seperti yang kau lihat, aku tidak pandai mengelola perusahaan. Walau sudah dikatakan berkali-kali kepada ibuku, dia tetap saja memaksaku untuk memimpin! padahal kakakku saja menganggur dirumah. Menyebalkan bukan." ucap lelaki itu dengan wajah kesalnya.
Mina tersenyum kecil, lalu menepuk punggung lelaki yang begitu dekat dengannya itu. "Kau terlalu mudah menyerah dan juga mengeluh Rey, padahal aku yakin dengan kemampuanmu. Harusnya kau belajar lebih giat lagi dan mungkin bisa mencari tips-tips berbisnis dengan rekan kerja mendiam ayahmu, cobalah untuk bergaul dan jangan mengurung diri dirumah setiap hari. Sejak dulu kau selalu saja seperti itu! katakan apa kebiasaan mu yang lain juga masih tetap sama? wah benar-benar kau ini Rey."
Lelaki itu tersenyum kecil, dia sangat senang karena gadis yang sangat disukainya mengenal jelas bagaimana kebiasaan Rey sejak dulu. Bahkan sekarang dia semakin yakin dengan perasaan mereka masing-masing dan mencari waktu yang tepat untuk mengungkap perasaannya. Rey tidak ingin menunda waktu lebih lama lagi, karena takut jika Mina sampai di ambil oleh lelaki lain.
"Mina, sebenarnya aku ingin mengatakan hal yang penting kepadamu." ucap lelaki itu dengan wajah penuh keraguan.
Mina menatap wajah Rey dengan serius, sebenarnya dia tidak memiliki waktu banyak hari ini. Karena pekerjaan yang menumpuk di butik, Mina adalah seorang pemilik butik dan juga perancang busana terbaik di angkatannya.
"Ada apa Rey?" tanya gadis itu dengan senyum manis dibibirnya.
Rey memggenggam lengan cantik nan putih itu dengan penuh perasaan, jujur saja jantungnya berdegup begitu kencang saat ini. Namun sebagai seorang lelaki dia harus berani, dan menyatakan perasaan yang sudah lama dia pendam selama hidupnya. Sedangkan Mina disana terlihat begitu bingung dengan tingkah si teman yang tidak terlihat seperti biasanya.
"Kau baik-baik saja Rey?" tanya Mina kembali.
Kedua mata itu saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat, Rey menarik nafasnya panjang bahkan sampai mendapatkan konsentrasi yang tepat. Dengan penuh keyakinan, lelaki ini mulai mengeluarkan kata-katanya.
"Mina, kita sudah mengenal sejak kuliah bahkan menjalani semuanya hingga sekarang. Jujur saja aku tidak bisa menyembunyikan semua perasaan ini seorang diri, terlebih ketika melihatmu sampai berdekatan dengan lelaki lain. Jika boleh aku katakan ini, aku sangat menyukaimu Mina. Bahkan sejak pertama kali kita bertemu."
Kata-kata Rey membuat gadis itu tersenyum kecil, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Mungkin bukan hanya Rey yang merasakan perasaan itu, tetapi Mina juga. Hanya saja dia tidak ingin merusak pertemanan diantara mereka hanya karena sebuah hubungan.
"Kau mau menjadi kekasihku Mina?" tanya Rey dengan mata yang berbinar-binar.
Gadis itu tertawa kecil, entah mengapa situasi yang seharusnya terasa begitu serius membuatnya ingin tertawa. Dan Rey pikir jika Mina berniat untuk menolaknya sekarang.
"Kau tidak menyukaiku Mina?" tanya lelaki itu dengan wajah yang polos.
Tanpa ada sebuah jawaban atau kata-kata yang keluar, gadis itu melihat suasana sekitar lalu memegang kedua wajah Rey dengan kedua lengannya yang mungil. Sebuah kecupan manis pun gadis cantik ini lakukan beberapa detik hingga membuat lelaki itu terkejut bukan main. Seluruh tubuhnya seakan lemas sekarang, karena ini adalah pertama kalinya Rey mendapatkan perlakuan dari seorang gadis.
"Aku juga menyukaimu Rey, bahkan sebelum kau merasakan semua itu."
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT