Hari semakin larut, setelah penandatanganan kontrak beberapa saat yang lalu Camelia tidak bisa pulang atau pun pergi kemana pun. Gadis cantik ini harus menerima nasib malangnya dan tinggal dirumah yang terasa bagaikan penjara ini selama yang majikannya itu mau. Iya begitulah akhir hidup Camelia, ketika dengan polosnya dia rela mengorbankan hidup dan masa depannya demi seorang wanita kejam nan licik yang dia panggil sebagai ibu.
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, jika Camelia harus berpura-pura menjadi kekasih Rey untuk menyenangkan sang ibu. Dan hal itu harus terus dia lakukan sampai mereka menikah kemudian bercerai. Proses yang teramat panjang, dan jika gadis ini membayangkannya saja sudah membuat merinding seluruh tubuh. Jujur saja Camelia begitu takut, bagaimana jika lelaki itu tidak menepati janjinya?! bagaimana jika Rey memperlakukan dia semakin buruk?!
"Astaga memikirkannya saja aku sudah sangat takut! bagaimana ini apa keputusanmu dalam mengambil pernikahan kontrak itu adalah salah? Rey, dia adalah lelaki yang sangat kejam dan jahat. Bahkan mungkin tidak akan segan untuk menyakiti gadis miskin seperti diriku. Aku sangat takut jika dia tidak menempati janjinya lalu datang untuk menghabisi ibu! ya Tuhan kenapa pikiranku selalu saja berfikiran buruk tentangnya!"
Camelia begitu resah, gelisah seolah tidak bisa berfikir dengan baik. Padahal besok adalah hari dimana dia harus melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan Rey, lelaki itu bahkan menuliskannya secara rinci dalam sebuah kertas. Dan Camelia harus melakukannya dengan baik dan benar. Karena jika tidak mungkin bisa saja dia mendapatkan perlakuan kasar dari lelaki arogan itu.
Beberapa hal yang tertulis disana adalah berbicara sopan dan manis dihadapan ibunya Rey, kemudian menjelaskan jika mereka bertemu disebuah taman tempat biasa lelaki itu pergi kesana. Jujur saja ini sangat menggelikan, Rey pandai sekali bersandiwara. Dia mengatur semua yang dia inginkan dengan sangat mudah, tidak seperti hidup Camelia yang bisa dikatakan begitu sulit dan juga penuh kepedihan. Karena untuk mendapatkan senyuman dari sang ibu dan juga kakaknya saja dia harus bekerja sangat keras dalam mendapatkan uang. Karena dengan begitu, kedua orang itu bisa menerima dirinya dengan baik. Jujur saja gadis ini sangat iri dengan kehidupan Rey, dia begitu kaya dan memiliki orang-orang yang setia bekerja disampingnya. Hanya saja kenapa lelaki itu memiliki sifat yang kejam?!
Camelia menarik nafasnya pelan, dia masih memandangi kertas yang ada dihadapannya itu dengan penuh bimbang. Semua kata-kata yang dituliskan lelaki itu sungguh sulit untuk dia pelajari, bahasanya sungguh aneh dan tidak biasa dia gunakan sehari-hari. Belum lagi dengan cara duduk saja harus di atur sedemikian rupa, ini bukan kontes kecantikan atau ajang mencari bakat bukan? tetapi kenapa Camelia harus melakukan semua ini? benar-benar merepotkan.
Karena merasa lelah dengan pelajaran dadakan malam ini, gadis itu pun tertidur lelap dengan kertas ditangannya. Lagi pula dia harus bangun pagi sekali besok untuk bersiap-siap menyambut wanita yang sangat disegani oleh Rey.
***
Waktu menunjukkan pukul 06.00
Camelia sudah duduk di depan cermin besar nan mewah dengan beberapa pelayan disampingnya, mereka membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan gadis ini untuk merias diri. Namun untuk pakaian belum terlihat karena Rey yang akan memilihnya sendiri. Para pelayan itu mengubah semua yang ada dalam diri Camelia, mereka bahkan mencukur sedikit alis yang terlihat berantakan itu agar terlihat bagus dan rapi. Memotong sedikit rambut bercabang yang mengganggu penampilan Camelia, dan setelah dirasa cukup mereka mulai merias wajah mulus itu dengan polesan make up yang tipis namun elegan.
Dan setelah selesai beberapa menit, Rey datang kemudian melihat hasil kerja pada pelayanannya. Dia cukup puas karena gadis itu tidak terlihat terlalu buruk dan kampungan.
"Pergilah!" perintah Rey kepada para pelayannya.
Kini dikamar mewah itu hanya tinggal mereka berdua, Rey menatap gadis dihadapannya yang hanya berbalut handuk ditubuhnya. Dia menyodorkan sebuah dress cukup pendek kepada Camelia, dengan warna pink muda yang sangat cocok dengan aura polos gadis itu. Camelia menatapnya, dress itu sangat cantik dan terlihat mahal.
"Apa ini untukku?" tanya gadis itu.
"Iya, sekarang pakai cepat. Aku akan menunggu diluar. Jika ibuku sudah datang kemari, aku akan segera menjemputmu. Dan ingat satu hal Camelia! jangan lakukan kesalahan apapun." tegas lelaki itu dengan tatapan tajamnya.
Camellia mengangguk patuh, di mulai bersiap untuk menemui ibu dari lelaki yang sudah menjadi tuannya itu. Mungkin tidak akan lama lagi Rey kembali dan menjemputnya, oleh karena itu dia harus berusaha dengan baik.
Ditempat lain, Rey yang saat itu sedang duduk diruang tamu sembari membaca sebuah koran ditangannya dikejutkan dengan suara mobil yang masuk ke halaman rumahnya. Suara ketukan sepatu yang nyaring menambah semakin yakin jika yang datang adalah ibunya, dan benar saja karena yang datang itu adalah nyonya Yuna. Di datang bersama Anggun, wanita yang hendak dijodohkan dengan Rey.
"Ibu sudah datang? rasanya pagi sekali." ucap Rey sembari menatap jam tangan miliknya.
Nyonya Yuna tersenyum manis. "Kenapa? apa kedatanganku membuatmu kecewa Rey? sekarang dimana wanita yang akan kau kenalkan kepada ibumu itu. Aku sangat ingin melihatnya."
Rey tersenyum balik. "Ibu tunggu sebentar, aku akan membawanya kemari."
Rey kembali ke kamar untuk menyusul Camelia disana, jujur saja ini sangat menegangkan karena dia takut jika sampai gadis itu melakukan sebuah kesalahan yang fatal. Dan ketika lelaki ini membuka pintu, dia melihat Camelia sedang duduk manis di depan cermin besar. Dengan segera Rey pun mengajaknya untuk pergi.
"Kemarilah, ibuku sudah menunggu di ruang tamu. Jadi kau bersikaplah untuk sandiwara kita."
Rey menggenggam erat lengan mungil gadis itu, mereka berjalan layaknya pasangan yang sedang dimabuk asmara. Senyuman manis pun Camelia pasang hanya untuk menambah sandiwara ini semakin terasa nyata, dan ketika mereka sampai diruang tamu nyonya Yuna menatap gadis itu dengan rasa kagum. Wajahnya sangat cantik, apalagi dengan senyuman manis yang teramat polos membuatnya begitu gemas. Selama ini Yuna memang memimpikan seorang anak gadis didalam hidupnya, namun Tuhan berkehendak lain. Dia hanya mendapatkan dua orang anak lelaki yang tampan setelah kepergian putri pertamanya yang meninggal karena kecelakaan dimasa lalu.
"Nona, siapa namamu sayang?" tanya Yuna dengan nada yang ramah.
Gadis ini tersenyum lalu memberikan salam kepada ibu dari lelaki arogan itu. "Camelia, senang bertemu dengan tante."
Yuna tersenyum lebar, gadis ini benar-benar mengingatkan dia pada putrinya yang sudah meninggal. Caranya menatap, tersenyum, benar-benar sangat mirip. Sementara itu Anggun yang merasa begitu tersaingi hanya bisa terdiam dengan wajah kesalnya, dia bisa menebak jika gadis yang Rey bawa adalah seorang gadis kampungan. Dia berjalan dengan sombongnya kemudian menatap Camelia dari arah dekat.
"Camelia, nama yang bagus. Perkenalkan, namaku Anggun."
Lengan itu mencengkram erat Cemilan, dia tidak mengerti kenapa gadis bernama Anggun itu melakukan semua ini padanya.
Apa salahku? kenapa dia mencengkram lenganku kuat sekali..
Anggun mencengkram lengan mungil itu tanpa memberikan celah sedikit pun, jelas dia sangat cemburu melihat lelaki yang sangat disukainya itu bersama wanita lain yang levelnya jauh dibawah. Jika saja tidak ada ibunda Rey disana, mungkin Anggun bisa saja memberikan sindiran yang luar biasa kepada Camelia.
"Anggun, jangan pegang lengan gadis cantik ini terlalu lama sayang." ucap ibu Yuna kepada gadis yang termakan api cemburu itu.
Kedua orang itu sudah tidak lagi berjabat tangan, kini Rey meminta sang ibu dan juga Camelia untuk duduk di sofa. Mengobrol dengan tempat yang lebih nyaman dan juga santai, sementara Anggun masih saja terus menatap cemburu hingga akhirnya dia berpamitan pulang meninggalkan ibu Yuna disana. Rey hanya bisa menahan tawa melihat tingkah wanita itu, dia merasa sudah berhasil dalam menjalankan sandiwaranya bersama Camelia.
"Jangan hiraukan Anggun ya Camelia, sifatnya memang sudah seperti itu." ucap ibu Yuna kepada gadis disampingnya.
Camelia hanya tersenyum manis, dia mungkin tidak terlalu memikirkan hal seperti itu. Hanya saja kenapa Anggun harus melakukan semua ini padanya? dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan keluarga kaya raya ini.
Ibu Yuna terus memandangi gadis cantik yang ada disampingnya itu, sungguh sejak pertemuan pertama ini saja dia sudah sangat suka dan ingin segera menikahkan putranya dengan Camelia. Rencana Rey benar-benar sukses, dia harus memberikan hadiah yang bagus jika sampai ibunya senang hari ini.
"Camelia, kau tinggal dimana sayang?" tanya ibu Yuna.
"Aku tinggal dijalan pati nomber 19 tante, bersama ibu dan juga kakak laki-lakiku." jawab gadis itu sopan.
"Oh disana, tante juga sebenarnya memiliki teman lama yang tinggal disana. Lalu pekerjaan kamu apa?" tanya ibu Yuna kembali.
Rey memandang wajah gadis itu dengan tajam, sebenarnya dia memberi sedikit kebebasan tentang cara Camelia menceritakan tentang dirinya. Hanya saja jangan sampai membuat harga diri lelaki ini tercoreng, karena itu akan menjadi masalah besar. Apapun boleh dia katakan selama sang ibu merasa senang dan nyaman.
"Sejak ayah Camelia meninggal, aku menjadi tulang punggung keluarga tante. Sebenarnya pekerjaan yang sedang aku jalani tidak terlalu istimewa, dan malu jika diceritakan tante hehe. Tapi tante jangan salah sangka tentang pekerjaanku karena aku tidak mungkin melakukan hal aneh." ucap gadis itu dengan penuh semangat.
Yuna tersenyum kecil, gadis ini benar-benar polos bahkan mungkin terlalu polos untuk menjadi istri putranya. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika mereka berjodoh, Yuna sudah sangat menyukainya dan ingin segera mendapatkan seorang menantu untuk masa depan Rey.
Wanita paruh baya itu mengusap pundak Camelia, kemudian menggenggam erat tangannya. "Camelia, kau itu anak yang sangat manis sekali sayang. Tante benar-benar suka, Rey kapak kalian menikah? ibu sudah tidak sabar ingin menggendong seorang cucu."
Rey sampai tersedak kopi yang sedang dia minum, ucapan sang ibu benar-benar membuatnya syok. Cucu? menyentuh gadis itu saja moodnya sudah hilang, bagaimana mungkin dia bisa memberikan cucu? rasanya tidak akan mungkin terjadi jika karena terpaksa atau kehilafan.
"Ibu yang benar saja, apa pernikahan harus dilakukan dengan cepat? aku dan Camelia juga butuh persiapan yang matang. Dan satu lagi, kenapa ibu memintaku untuk segera menikah? sedangkan kakak saja masih melajang." ucap lelaki itu.
Ibu Yuna tampak sedih dengan ucapan yang keluar dari mulut putra bungsunya itu, seperti yang sudah Rey tahu jika sang kakak tidak memiliki nafsu atau pun keinginan kepada seorang wanita. Entah apa yang terjadi dengan lelaki itu sang ibu pun tidak bisa memahaminya, mereka memiliki dua sifat yang begitu berlawanan. Rey hidup dengan belaian wanita cantik sedangkan sang kakak yang hanya fokus pada pekerjaannya, dia mungkin tidak berpacaran atau pun menikah. Dan tentu saja membuat Yuna merasa begitu sedih.
"Sayang, kita tidak perlu membahasnya lagi. Ibu hanya memiliki harapan penuh kepadamu, jadi menikahlah sayang. Kau mau kan Camelia menikah dengan anakku yang tampan dan baik hati ini?" tanya ibu Yuna kepada gadis disampingnya.
Camelia tersenyum palsu dengan begitu sempurna, baik hati? mungkin kata-kata seperti itu sangat tidak cocok untuk seorang Rey. Dia memang sangat tampan dan juga menawan, hanya saja sifatnya itu benar-benar jahat sampai Camelia pikir apakah lelaki orang manusia atau iblis? dia tidak memiliki hati nurani sama sekali bahkan kepada seorang gadis malang seperti dirinya. Namun tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali menangguk dan memuji Rey didepan wanita bernama Yuna itu, sangat lucu ketika sang ibu tidak mengetahui bagaimana sifat asli anaknya.
"Rey sangat baik tante, dia selalu menolong ketika semua orang dalam kesusahan. Jujur saja aku juga kagum akan hal itu dan membuat hatiku semakin bergetar ketika mengingatnya." ucap Camelia.
Yuna terlihat bahagia ketika mendengar pujian dari gadis polos itu. "Benarkah sayang? syukurlah jika dia benar-benar baik, karena sebagai seorang ibu, tante cukup khawatir mendengar begitu banyak gosip yang berhubungan dengan putraku ini. Tapi setelah mendengar darimu tante cukup lega."
"Jangan dengarkan gosip itu tante, terkadang orang-orang memang tidak bisa mengenal siapa yang mereka bicarakan." jawab Camelia dengan senyuman manis yang tidak pernah luntur itu.
Rey tersenyum kecil, gadis itu ternyata mengingat semua kata-kata yang sudah dia siapkan dengan baik. Karena dengan begini ibu pasti sangat puas dan menyukai Camelia sebagai pengganti Anggun. Rey tidak perlu lagi repot-repot mencari wanita lain yang bisa dia jadikan sebagai istri, karena gadis polos ini sudah menjadi jawabannya.
Beberapa jam sudah mereka mengobrol, bahkan gadis cantik ini memasak untuk makan siang Yuna dan juga Rey. Wanita itu dibuat semakin kagum saja dengan kepribadian Camelia, karena menurutnya jarang sekali ada wanita yang bisa memasak serta melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik di jaman modern seperti ini.
Waktu semakin siang bahkan hampir menuju sore, Yuna pun berpamitan kepada Rey dan juga Camelia karena harus pulang. Dan sebelumnya wanita itu juga meminta dengan tegas agar putra bungsunya bisa dengan segera mempersiapkan rencana pernikahan mereka.
"Terima kasih untuk hari ini ya sayang, Camelia tante pamit dulu. Ingat pikirkan rencana pernikahan kalian dengan matang, karena ibu tidak ingin menunggu lebih lama lagi Rey!" tegas Yuna kepada putra bungsunya.
Lelaki itu tersenyum sembari merangkul bahu Camelia. "Tentu saja ibu, kami akan membicarakan semuanya dengan cepat dan tepat."
"Syukurlah, ibu akan menunggu kabar dari kalian." ucap Yuna sembari masuk ke dalam mobil mewahnya.
Camelia melambaikan tangannya, dia juga meminta untuk sang supir berhati-hati dalam berkendara. Tidak sampai satu menit sang Ibunda pun sudah pergi jauh meninggalkan rumahnya, Rey melepaskan rangkulan itu dari bahu Camelia kemudian menepisnya seolah merasa jijik.
"Kau pandai sekali bersandiwara Camelia, itu sangat bagus. Oleh karena itu aku akan memberimu hadiah malam ini." ucap lelaki itu dengan tatapan yang sinis.
Camelia mencengkram erat gaunnya, entah mengapa dia sangat ketakutan ketika lelaki itu menatapnya dengan tajam. Seolah kesempatan untuk dia hidup di hari esok sudah tiada.
"Aku tidak butuh hadiah, jika boleh aku ingin beristirahat sekarang." ucap gadis itu sembari menundukan kepalanya.
"Terserah kau saja, tidurlah sampai puas jika kau ingin. Akan tetapi malam ini kau tetap harus hadir dan berdandan dengan cantik untuk menemaniku di pesta perayaan atas kesuksesan hari ini. Ingat itu!" tegas Rey sembari menunjuk wajah gadis itu dengan jari jemarinya yang panjang.
"Baiklah."
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT