"Ravi bisakah aku meminta tolong sesuatu?" Raymond tiba-tiba bertanya pada Ravi di antara keheningan panjang yang tercipta di antara mereka sejak beberapa jam yang lalu.
Raymond masih setia dan tidak ingin beranjak dari sisi Ravi, walaupun Ravi dengan keras telah mengusirnya berkali-kali. Bahkan Daniel telah pergi meninggalkan Ravi sebelumnya.
Ravi tetap diam berbaring dalam posisi yang sama, tetapi dia tahu bahwa pada akhirnya Raymond akan mengatakan apa yang dia inginkan pada Ravi. "Bisakah aku tetap di sini bersama Ravi."
Ravi segera berbalik untuk menghadap Raymond melihatnya dengan pandangan yang menanjam, tetapi dirinya tidak mengatakan apapun hanya mencari-cari ekspresi yang dapat dia temukan di sana. Namun, Raymond justru terlihat salah tingkah di bawah pandangan Ravi sekarang. Raymond kali ini menunduk sambil melihat-lihat jemarinya yang bergerak-gerak di atas pangkuannya. Hingga dia kemudian berkata kembali dengan suaranya yang hampir lirih. "Aku ingin Ravi baik-baik saja."
Ravi masih diam tidak menjawab sedikitpun apa-apa yang baru saja diucapkan oleh Raymond padanya, tetapi dia justru ingin mengatakan sesuatu pada Raymond yang tiba-tiba saja dirinya bahkan tidak dapat menggerakkan bibirnya sendiri. Sesuatu yang salah pastilah terjadi padanya kembali. Satu nama langsung muncul di dalam kepalanya, Adrian.
Mata Ravi dalam sekejap melebar tatkala mendapati dirinya bangkit duduk menghadap Raymond dengan secara otomatis di luar kendalinya sendiri. Ravi berusaha sekuat tenaga untuk menahan dirinya agar tidak meraih pakaiannya seperti ini, dia tidak tahu apa yang tengah terjadi pada tubuhnya ketika dia bergerak mendekat pada Raymond.
Ravi bisa melihat dari sudut matanya bahwa Raymond dengan segera langsung melesat ke arah Ravi untuk menahan tangannya bergerak membuka celana lebih jauh lagi. "Ravi, jangan."
Dia sendiri tidak tahu bagaimana menghentikan bagaimana tangannya yang masih terus bergerak untuk menarik-narik pakaian yang melekat pada tubuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi?
Suara apapun tidak dapat dikeluarkan oleh Ravi, tetapi semoga saja Raymond tahu dari mata Ravi yang menunjukkan bahwa apa yang dia lakukan sekarang adalah bukan atas kendali dirinya sungguh. Ravi merasakan bagaimana detak jantungnya semakin meningkat seiring waktu ketika dia masih kesulitan membuka celananya dan perlahan mendekat ke arah Raymond dengan pandanyan yang mendadak sayu. Apa-apaan ini? Dia tidak ingin melakukan hal ini.
Ravi menepis kasar tangan Raymond yang menahan pergerakkan Ravi untuk bergerak mendekat pada pria bertubuh besar itu. Hingga membuat Raymond seolah merengek padanya dengan wajah itu yang memerah. "Ravi, jangan. Kendalikan dirimu sendiri. Aku mohon."
Ravi pun berusaha keras untuk mengendalikan dirinya sendiri, tetapi sesuatu yang mendorong dari dalam tubuhnya lebih kuat dari pada Ravi sendiri sehingga dia tidak dapat mencegah saat tangannya telah menghentak membuka semua pakaiannya di hadapan Raymond. Hal ini tentu saja sangat memalukkan bagi Ravi sediri.
"Ravi. Tidak." Ravi berharap bahwa Raymond mencegah hal ini pada dirinya dan hal apapun yang mungkin saja bisa dia lakukan tanpa kendali Arghi sendiri. Tangan Raymond telah menyambar bahunya untuk menekan agar Ravi tidak melakukan apa-apa lagi, Ravi pun tidak putus asa untuk mencegah dirinya agar berhenti melakukan hal tidak masuk akal ini. "Ravi, lawan itu."
Ravi menutup matanya erat ketika matanya hanyalah satu-satunya yang dapat Ravi gerakkan secara bebas seperti ini. Raymond untungnya telah meraih sebuah kain selimut untuk menutupi Ravi, tetapi dirinya justru menepis selimut itu dan dengan berani malah mendorong Raymond hingga punggung Raymond membentur kasur milik Ravi.
Ravi membuka matanya untuk mendapati Raymond terkesiap dengan air mata telah memenuhi pipinya, Ravi rasanya ingin memukul dirinya sendiri untuk ini dan dia ingin mengatakan pada Raymond bahwa dia seharunya lari dari Ravi.
"Aku ingin melakukannya sekarang, ingin milikmu di dalamku." Ravi terkejut dengan suara yang dia buat dan juga apa yang Ravi katakan pada Raymond. Begitupun juga pada Raymond yang terdiam sambil menggeleng halus. Ravi menyalurkan perasaan bersalah juga penolakkan dari tatapan yang dia miliki untuk Raymond dan berharap pria ini tahu bagaimana cara menghentikan Ravi dari pengaruh Adrian juga Ravi berharap bahwa Daniel segera datang untuk menolongnya lepas dari ini.
"Ravi, tidak." Raymond seperti memiliki masalahnya sendiri. "Jangan katakan apapun."
Raymond bergerak membalik posisi di mana sekarang Ravi telah berada di bawahnya, Ravi terkurung dengan badan besar itu menekan Ravi dan perasaan takut mulai menjalar di dalam dirinya dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja dapat terjadi.
Ravi tidak pernah membayangkan bahwa dia akan berada dalam posisi seperti ini dalam hidupnya, dia bukanlah orang menyimpang yang melakukan bersama seorarang pria sama seperti dirinya. Ravi tidak ingin hidupnya berakhir seperti ini, seolah-olah Ravi lah yang menginginkannya. Ravi kembali memberikan tatapan memohon agar Raymond menahannya dan segera pergi dari hadapan Ravi, dia tidak ingin dirinya akan bergerak untuk melakukan sesuatu yang justru akan mereka berdua sesali nantinya.
"Aku ingin-" Sebelum Ravi menyelesaikan kata-katanya sendiri dia tiba-tiba saja di hentikan oleh tangan Raymond yang membekap mulutnya sambil kepala itu menggeleng dengan perasaan bersalah terlukis di wajahnya.
"Jangan katakan apapun." Suara rengekan datang dari Raymond. Ravi terpaku ketika dia menangkap beberapa tetes air mata Raymond jatuh ke wajah Ravi. "Ravi..."
Namun, Ravi menepis kuat tangan Raymond yang berada di wajahnya, sungguh bahwa dirinya hendak menolong Raymond dan menyuruhnya lari agar semua akan baik-baik saja. Dia malu juga merasa sangat terhina di depan Raymond yang sekarang berada di atas Ravi memperhatikannya dengan mata berbeda warna yang semakin kusam itu.
"Singkirkan tanganmu dan segera tiduri aku sekarang."
Apa yang baru saja dia katakan?
Brak!
Pintu terbuka lebar hingga membuat kepala Ravi tersentak ke samping secara otomatis untuk melihat Daniel masuk ke dalam kamarnya menggebu-gebu penuh amarah dan juga tatapan tajam telah mengarah pada Ravi.
Namun, hal itu tidak menghentikan tubuh Ravi untuk melingkarkan kakinya pada pinggang Raymond yang kali ini diam menegang. Apa-apaan? Bagaimana Ravi bisa berperilaku seperti ini di depan kakaknya sendiri? Hal ini benar-benar sangat menghancurkan harga diri Ravi sendiri.
"Si berengsek itu datang, cepat lakukan." Ravi rasanya ingin menangis kencang apalagi ketika dirinya semakin menekan Raymond mendekat ke arahnya. Rasanya begitu kotor.
Raymond ditarik kuat dari tubuh Ravi untuk menjauh dan dalam sekejap itu Ravi menarik napasnya dengan terengah-engah ketika dia pada akhirnya kembali ke dirinya sendiri. Ravi meringkuk dengan perasaan malu yang meluap-luap tak dapat dibendung lagi, sampai Daniel datang ke sisinya dengan membungkus selembar potongan selimut di atas tubuhnya dan memeluk Ravi erat.
"Ayah di sini. Jangan takut."