Aku tidak yakin dengan deru jantungku yang berusaha keluar dari dadaku, tapi kupikir dia bersenandung setuju, jadi aku sedikit memiringkan kepalaku untuk memperdalam koneksi dan menariknya lebih dekat. Jika dia orang lain, aku mungkin akan menjulurkan lidahku di antara bibirnya dan membiarkan tanganku menjelajahi seluruh tubuhnya. Aku ingin, tapi aku tidak ingin menakut-nakuti kami berdua. Jadi aku tetap di tempat ku sampai kebutuhan oksigen menjadi masalah.
Lalu aku melompat mundur dua kaki dan menatapnya dengan mata terbelalak. "Persetan suci."
Charlie meletakkan jari-jarinya di bibir bawahnya dan mengerjap seperti baru tersadar dari linglung. "Kau menciumku," katanya lembut.
"Eh… um. aku…" Aku meringis dan menggosok hidungku dengan gugup, melihat ke mana-mana kecuali dia.
"Tidak apa-apa. Jangan panik. Hanya ..." Dia melingkari pergelangan tangannya dengan ekspresif sebelum menambahkan, "Jangan lakukan itu lagi."