Download App
10.45% Mirror Seizes The Soul / Chapter 32: Mengingat Kejadian

Chapter 32: Mengingat Kejadian

"Materi hari ini tentang mempelajari susunan Tata Surya, sebelumnya kalian boleh membacanya terlebih dahulu. Saya berikan waktu sepuluh menit, dan sisa sepuluh menit sebelum pelajaran berakhir, saya akan mengadakan kuis."

Nada yang mendengar aba-aba dari sang guru lewat video call pun mulai menganggukkan kepala. Tadi, ia sudah berkompromi dengan salah satu temannya untuk video call agar ia juga tidak ketinggalan pelajaran.

Belum lagi, gurunya juga sangat merespon baik dan memperbolehkan Nada untuk saat ini memilih pembelajaran online dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk masuk kampus.

Nada mengambil napas sejenak, setelah itu mematikan mode suara. Ia menengok ke arah Mike, dan sang ayah memang sudah siuman, terlihat tersenyum manis.

Ia masih memiliki sejuta pertanyaan di isi kepalanya. Namun, tentu saja tidak bisa ia utarakan saat ini karena pada dasarnya ia masih masuk ke jam kelas.

Kelas mendadak, di mulai pada pagi-pagi yang seharusnya menyentuk waktu siang hari.

"Ayah sudah baik-baik saja?" tanya Nada, berbasa basi.

Dapat di ketahui jika Nada adalah anak yang pintar, mengenai susunan Tata Surya pun ia paham. Jadi, ia kini memilih untuk memunculkan obrolan dengan Mike agar tidak terlalu sunyi.

Mike menganggukkan kepala, masih dengan gerakan lemah. "Sudah, nak. Gimana pelajaran mu?" balasnya sambil melontarkan pertanyaan juga. Tidak dapat di pungkiri bahwa ia sangat khawatir dengan sistem pembelajaran yang Nada ambil.

"Pelajaran aku? Aman, yah. Ya palingan aku bakalan belajar online dengan menyimak melalui video call seperti ini."

"Bukan kah itu memberatkan mu?"

"Memberatkan? Ini demi menjaga ayah, ya untuk menjaga ayah." Nada seperti mengulang perkataan yang sama untuk kedua kalinya. Ia masih takut sama Bela, entah mengapa.

Mike tersenyum. "Dimana ibu mu?"

Ah iya, Bela tidak ada di saat Mike siuman.

"Ibu? Tadi katanya mau pulang, sekalian bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian kotor." balas Nada. Ia sesekali kembali menatap ke arah layar ponsel, tidak ada yang memperhatikan ke arahnya, jadi ia bebas mengobrol dengan Mike karena suara teleponnya telah dibisukan.

Mike menganggukkan kepala sebagai tanggapan. Ia ingin sekali mengelus puncak kepala putri kecilnya, yang pada tatapannya masih seperti anak kecil walupun Nada sudah beranjak dewasa.

"Apa lagi? Kamu terlihat ragu, cemas, apa ada yang ingin kamu katakan?"

Nada mengerjapkan kedua bola mata berkali-kali, mendapat teguran yang seperti itu mampu membuatnya terkejut. "Apa yang ingin aku katakan? Euhm, tidak ada sama sekali." balasnya dengan nada bicara canggung, lalu memaksakan sebuah senyuman.

Hei, Nada hanya tidak ingin menambah pikiran Mike yang tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Ia lebih baik menunda berjuta pertanyaan di benaknya daripada membuat Mike kembali down.

"Benar? Kalau sekiranya ada yang ingin kamu katakan, just tell me, sayang."

Nada menggelengkan kepala, lalu tersenyum sangat manis. "Tidak ada, Ayah. Aku harus melanjutkan pelajaran ku lagi, kelas akan mengadakan kuis dadakan dan aku harus menjawabnya dengan cermat."

Mike menatap ke arah Nada yang kini kembali memfokuskan tatapan ke arah buku, seperti sedang membaca materi, menuruti apa yang dikatakan oleh sang dosen.

Melihat perkembangan sang anak dari jarak sedekat ini, Mike tersenyum dengan ulasan yang sangat tulus. Ia mengambil napas dalam-dalam, ia tentu saja yakin jika Nada ingin sekali menangakan mengapa ia bisa berada di rumah sakit.

Throwback

Mike merasa tenggorokkannya kering dan ia berniat ingin mengambil jus kemasan yang terdengar segar di minum pada malam hari.

Ia melihat ke sampingnya dan Bela seperti sudah memasuki alam mimpi, tentu saja dengan perlahan ia beranjak dari kasur agar tidak mengganggu tidur sang istri.

Memakai sandal berbulu, lalu keluar dari kamar tidur.

"Atau sekalian buat mie rebus ya? Sepertinya enak di makan tengah malam, membuat perut merasa hangat."

Mike mengelus perutnya yang sedikit buncit, merasa lapar karena telah membayangkan makan mie instan di waktu tengah malam seperti ini.

Ia memiliki niat untuk pergi ke kamar Nada untuk mengecek apakah Sang anak sudah tidur atau belum, namun dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya karena ia berfikir kalau Nada mungkin sudah tertidur nyenyak.

Dan saat ini Mike menuruni satu persatu anak tangga, dengan perut yang terasa keroncongan.

Sesampainya di dapur, Mike langsung saja bergerak ke arah kulkas dan mengambil salah satu jus kemasan dengan rasa jeruk. Menurutnya, rasa jeruk adalah pilihan yang paling tepat untuk menghilangkan dahaga.

Udara dingin malam hari, tentu saja sudah biasa dilalui oleh Mike karena terkadang ia pulang tengah malam dari kantornya. Namun, Mike merasa jika udara malam hari ini terasa berbeda, ia merasa seperti bulu kuduk nya merinding dan berdiri.

"Ini hanya perasaan ku saja atau... Jika tengah malam ini terasa sangat horor?" Iya bukanlah tipe yang takut pada kejadian seram atau biasa disebut horor, namun sepanjang hidupnya tentu saja ia belum pernah bertemu dengan makhluk yang berbeda dari dunia manusia.

Dan Mike pun mencoba untuk terasa biasa saja walaupun hatinya mulai tidak enak. Ia bersenandung kecil agar tidak merasa dirinya sendirian yang berada di dapur, tentu saja di tengah malam hari begini, siapa yang masih bangun?

"Look at me, you're not alone."

"I'm here to be nice to you, maybe."

"I look for something in you as a threat to the one you love, she becomes a sacrifice for us."

Damn. Mike mengerjapkan kedua bola mata. Dari apa yang di dengar olehnya, ia menjadi was-was dengan sekelilingnya. Napasnya menjadi tak beraturan, dan setidaknya ia sedikit takut dengan suara dengan nada sangat rendah dan menyeramkan itu.

"Siapa itu? Jangan bermain-main dengan ku, dan siapa yang kamu bilang menjadi tumbal untuk mu, huh?! Jangan macam-macam!"

Dengan secepat kilat, Mike meraih pisau buah yang memang sengaja selalu di letakkan dalam keranjang buah yang berada di meja pantry. Ia menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, mencari darimana sumber suara itu berasal.

Suara seorang wanita, suaranya halus dan rendah menyeramkan di saat yang bersamaan.

"Face me, show me your real face!" tegas Mike dengan mata elangnya yang mulai menajam, ia waspada jika sosok yang di cari berada dekat dengannya.

Tangan Mike semakin erat menggenggam pisau.

"I'm here, look at me."

Dan di detik setelah itu, kedua mata Mike melotot dan secara spontan menjatuhkan pisau ke lantai.

"Kamu."

Setelah itu, Mike yang saking terkejutnya langsung menjatuhkan tubuh ke lantai.

Throwback off

Mike menggelengkan kepala, ia masih setengah yakin dengan penglihatannya tadi malam. Efek mengantuk mungkin saja. Namun, ia tidak mengingat kenapa tubuhnya ada beberapa luka-luka, ia benar-benar tidak ingin apapun selain secara tiba-tiba sudah berada di brankar rumah sakit.

"Ayah, ayah gak kenapa-napa?"

"Ayah baik, sayang. Lanjutkan pelajaran mu, jadi anak yang pintar kebanggaan ayah."

Next chapter


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C32
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login