Download App
6.86% Mirror Seizes The Soul / Chapter 21: Kembali Bertemu Mereka

Chapter 21: Kembali Bertemu Mereka

Karena apa yang Nada ketahui tentang sesuatu yang kembali tertulis di dalam buku tepat pada halaman D, tentu saja hatinya menjadi tidak tenang. Kepikiraan, menghadirkan sebuah pemikiran baru yang tentunya menjerumus ke arah yang buruk.

Ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada dirinya, sebenarnya ia tentu sudah pasrah dengan hal ini. Tapi, ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit ditinggal oleh orang yang paling ia sayangi. Apalagi, kematian kekasihnya beberapa hari yang lalu itu adalah hal yang paling menjadi terauma baginya.

Tidak mudah melupakan orang yang paling disayang di hidup ini, namun ketika ajal sudah memisahkan, yang ia lakukan hanya bisa mengihklaskan dan kembali menjalankan kehidupan.

"Sial, aku tidak bisa tertidur."

Nada menegakkan tubuh di atas kasur, ia menyandarkan punggung di kepala kasur. Mengambil napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan.

Nada tidak lagi mendengar ucapan" aneh yang menakutkan, juga tidak lagi kepikiran mengenai makhluk di lain dunia yang berada pada dalam cermin.

Tapi yang Nada pikirkan adalah… ancaman dari halaman D di buku tersebut, itu meresahkan.

"AAAAAAAAAAA!!"

Kedua bola mata Nada terjaga, sekaligus terbelalak sempurna berkat pekikan tersebut. Itu adalah teriakan yang memekakkan telinga, dan menjadikan ia segera beranjak dari tempat tidur.

Itu adalah suara dari ibunya. Peluh keluar dari pelipis, ia kembali memikirkan teriakan ibunya dengan apa yang dikatakan pada buku hulaman D.

Terdengar konyol karena Nada dan Bela tidak memiliki hubungan spesial yang dekat seperti layaknya anak dan ibu. Namun, entah kenapa Nada memang menaruh rasa khawatir pada ibu tirinya.

Nada berlari dengan cepat keluar dari kamar. Ia menuruni satu persatu anak tangga dengan tergesa-gesa, untung saja langkahnya sangat cekatan dan tidak membuatnya tergelincir.

Sampailah Nada pada dinding dekat dapur, kebetulan ia tidak memakai alas kaki jadi langkahnya pun tidak akan terlalu terdengar.

Sebelum menghampiri Bela dan melihat apa yang terjadi, Nada memilih untuk menyembunyikan tubuhnya di balik dinding.

"Dasar tua bangkotan, merepotkan saja. Kenapa harus pingsan? Aku tidak tau cara memindahkannya dari lantai."

Nada mulai mempertaham penglihatan, setelah itu menutup mulut dengan tangannya. "AYAH?!" Ia juga berteriak, lalu berlari menghampiri mereka.

Bela yang mendengar itu pun menolehkan kepala ke sumber suara. "Nah beruntung ada kamu, bantu mengangkat ayah mu ke sofa."

Tidak mendengarkan perintah Bela, lebih dulu Nada mengecek bagaimana kondisi ayahnya. Terlebih lagi kini Mike pingsan, menambah kekhawatirannya yang juga menimbulkan lebih banyak peluh di dahinya.

"Ayah, ayah… bangun." Nada melirih, ia sedikit menepuk-nepuk kedua pipi Mike secara bergantian. Kedua matanya pun menunjukkan jika ia sangat khawatir, bahkan hampir menangis jika saja Bela tidak kembali menegurnya.

"Kau tuli atau bagaimana? Cepat bantu angkat ayah mu ke sofa, kamu ingin ku maki?!"

Nada mengernyit kan dahinya karena merasa nada bicara Bela yang digunakan padanya terlalu tinggi, ia sebenarnya marah kepada ibu tirinya karena masih saja bersikap terlalu kasar padanya, padahal ada Mike di samping mereka. Walaupun kini ayahnya pingsan, sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk Bela yang seharusnya tetap bersikap lembut padanya.

" iya, aku akan membantumu."

Karena tidak ingin mengambil pertengkaran dengan Bela, nada tentu saja mengiyakan apa yang dikatakan oleh ibunya tersebut. Ia pun memutuskan untuk beranjak dari simpuhan di lantai, lalu mulai menopang kepala ayahnya dan menatap Bela.

Bela pun yang mengerti dengan arti tatapan dari Nada pun langsung bergerak untuk mengambil alih untuk mengangkat lebih banyak tubuh Mike karena ia yakin juga perempuan yang kini menjadi anaknya itu tidak kuat mengangkat Bobot tubuh seorang pria.

Mereka mulai membawa Mike ke arah sofa walaupun dengan langkah yang tertatih, terlihat jika mereka kini sedang bekerjasama untuk mengembalikan tubuh Mike ke posisi yang nyaman.

Ketika tubuh Mike sudah tiduran di atas sofa, Bela mengusap keningnya yang menampilkan sedikit peluh. "Kenapa kamu belum tertidur?" tanyanya pada Nada.

"Belum, tidak bisa tertidur."

"Kenapa? Kamu memikirkan ku yang seharian ini menjadi babu akibat ulah mu yang kembali di perlakukan layaknya putri kerajaan?"

Nada membungkam mulut, lebih baik memilih untuk berdiam diri saja daripada berbicara namun apa yang dikatakannya salah.

"Besok kamu akan menghabiskan waktu bersama ayah mu, lebih baik segeralah tidur."

"Eh?" Nada yang mendengar itu pun seperti mendengar sebuah keajaiban yang sebelumnya fana. Benarkah dengan apa yang ditangkap oleh indra pendengarannya?

"Kenapa? Kembali ke kamar mu," ucap Bela lagi. Ia merasa tidak enak dalam satu ruangan bersama dengan Nada, tidak terbiasa dan merasa jika mereka adalah dua orang yang asing.

Nada menggelengkan kepala. Lebih dulu ia ingin mengetahui apa yang terjadi dengan ayahnya. "Kenapa ayah bisa pingsan? Tolong jawab." tanyanya dengan kedua mata yang tampak berbinar seperti hendak keluar air mata.

Tidak biasanya Mike ceroboh dalam bertindak, jikalaupun pingsan juga pasti ada sebabnya.

Bela menghembuskan napas, ia menggelengkan kepala. "Entahlah, lebih baik kamu ke kamar." balasnya sambil memalingkan wajah dari Nada menjadi ke arah Mike yang kini masih saja memejamkan mata.

Nada mendengus, setelah itu beranjak dari duduknya. "Jangan lupa untuk mengompres kening ayah dengan air hangat, atau berikan minyak angin supaya membaik." ucapnya.

Ia khawatir, namun apa yang dikatakan Bela dan dari tatapan mata wanita itu sangat membuatnya kesal. Dan ya, tentu saja ia lebih memilih untuk meninggalkan mereka dan membiarkan Bela untuk mengurus Mike.

Yang Nada tau, Bela hanya menyayangi Mike, tidak dengan dirinya yang dianggap seperti benalu. Padahal tanpa restunya pada Mike yang ingin menikah lagi, maka kemungkinan tidak akan pernah terjadi penyatuan Bela dan Mike.

Nada bergerak ke arah kamar mandi lantai dasar, ia masuk dan berniat untuk mencuci muka karena rasa kantuk tak kunjung menyerang. Mungkin ia membutuhkan penyegaran walaupun hanya dengan membasuh wajah saja.

Ia benar-benar lupa jika sedang berusaha untuk menghindari cermin, dan kini ia sudah menghentikan langkah di dekat wastafel.

"Hari ini terasa sangat panjang. Baiklah, besok aku akan merasakan hari yang menyenangkan bersama dengan ayah."

Nada sedikit membungkuk dan wajahnya pun menunduk, ia mulai membasuh wajah dan merasakan sensasi segar yang ia cari-cari.

"Huft, menyegarkan. Aku merasa kembali memiliki semangat. Mungkin aku akan segera pergi tertidur setelah ini," gumamnya. Ia membiarkan air mengalir pada wajahnya.

Merasa baikan. Nada mendongakkan wajahnya karena berniatan juga ingin meraih tisu untuk mengelap bulir air di wajahnya.

Namun, deg … jantung Nada seolah berhenti berdetak. Kala ia mengangkat wajah dan menatap cermin, di saat itu juga ia berhadapan dengan 'makhluk' yang mati-matian ia hindari.

Wajah Nada berubah menjadi pucat pasi, dan meneguk saliva dengan susah payah.

"Kita bertemu lagi, Nada."

Next chapter


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login