"Halo ...," sapa Pricilla.
Sejenak ku terdiam. Pricilla pun mengulang sapaannya dengan memanggil namaku. "Arini!" Dengan nada sedikit tinggi, Pricilla memanggilku.
"P-P-Pricilla ...," sahutku.
Kemudian Pricilla berbicara padaku. Ia menanyakan apakah Anton sempat datang ke rumahku. Lalu dengan rasa penasaran aku bertanya pada Pricilla. "Memangnya apa yang sudah terjadi dengan kalian?" Namun Pricilla terdiam seolah ia tak bisa berkata jujur padaku.
Semenit, dua menit pun berlalu. Pricilla meminta waktu padaku untuk menelaah jawaban yang akan ia beri padaku.
Pricilla pun menjawab, "Arini, sebelumnya aku meminta maaf padamu. Aku lancang dan terbawa emosi ketika membuka aibmu pada Mas Riadi. Aku khilaf, Arini." Pricilla menangis.
"Aku mengerti, Pricilla. Aku harap, kamu tidak akan berbuat ceroboh lagi, ya? Aku pasti akan memberi tahu Mas Riadi. Tapi tidak sekarang. Aku pun menyadari bahwa itu semua adalah sebuah kesalahan besar," ujarku.