Download App

Chapter 10: 21 April 2018

21 April 2018

Hari ini, adalah tepat enam tahu dua bulan Riadi di dalam penjara. Masa hukuman Mas Riadi akan segera berakhir. Sampai hari ini, Aku tidak menyangka bahwa aku tetap setia pada laki-laki yang telah memberiku dua orang anak. Aku pergi menemui Mas Riadi di Kantor Polisi. Dan berniat akan menceritakan soal penyakitnya pada Mas Riadi. Aku pun tidak lupa membawa surat vonis yang sudah lecek akibat ku remas.

Hari ini aku tidak mengajak Radit ataupun Arinda. Karena Arini tidak ingin mereka tahu tentang kondisiku saat ini. Mereka akan sangat bersedih karena kini Radit dan Arinda sudah mulai beranjak remaja. Mereka akan turnt prihatin jika tahu kondisiku. Aku merias wajahku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak berdandan, memakai lipstick berwarna merah muda dan memakai bedak tabur yang sudah lama tidak ku pakai. Ini semua ku lakukan karena Aku tidak ingin terlihat pucat saat bertemu Mas Riadi. Setelah semua selesai, aku mengambil tas lalu pergi dengan tergesa-gesa. Aku tidak ingin membangunkan Radit dan Arinda dari tidur siang mereka.

Dalam perjalanan menuju Kantor Polisi, Aku merasakan payudaraku terasa sakit. Aku tidak terlalu terkejut dengan kejadian ini, karena Dokter telah menjelaskan gejala-gejala yang akan muncul akibat kanker yang di sedang ku derita.

Rasa sakit ini sangat mengangguku. Aku pun mengurungkan niatku untuk pergi menemui Mas Riadi. Aku ingin berteriak karena merasa tidak nyaman dengan semua ini. Aku meminta sopir taksi onlain untuk putar balik ke rumahku.

Aku masuk kembali ke dalam rumah. Ternyata Radit dan Arinda sudah bangun dari tidurnya. Mereka pun bertanya saat melihatku membuka pintu. "Mah, dari mana?" tanya Radit yang sedang duduk santai di kursi ruang tamu. Aku jawab saja dari apotik untuk membeli persediaan obat di kotak P3K.

Saat masuk kamar, aku menaruh tas ku di atas meja rias. Aku membersihkan wajahku dengan pembersih wajah. Aku membuka laci meja riasku untuk mengambil kapas. Di dalam laci itu ku lihat amplop cokelat berisi uang dari Pricilla. 'Oh ya, siapa wanita tadi?' Aku mencoba mengingat wanita itu. Dan ku bayangkan kembali wajah begitu juga model rambutnya.

'Astaga, Pricilla adalah wanita yang bersama Anton. Ya, wanita yang ku lihat tepatnya enam tahun lalu di Rumah Sakit Harapan.'

Pricilla mengingatkanku pada kejadian enam tahun lalu bersama Anton. Laki-laki biadab yang telah memperkosaku. Aku sudah mengubur dalam-dalam luka bersama Anton walaupun kini, kehadiran Pricilla membuatku mengingat lagi kejadian masa itu, saat bersama Anton. Aku semakin penasaran. Siapa Pricilla, dan apa hubungannya dengan Anton.

Penyelidikkanku enam tahun lalu gagal karena aku terjebak oleh Anton. Belum ku dapatkan informasi apa-apa, aku sudah kalah dan mengurungkan niatku mencari tahu tentang Anton. Saat itu aku sangat ketakutan dan marah pada Anton. Tapi, aku tidak punya bukti apa-apa. Sampai saat ini, aku belum pernah lagi melihat Anton. Dia menghilang bagai asap perlahan menghilang. 'Haruskah aku menyelidiki Pricilla?' gumamku dalam hati.

~~~

Pricilla datang lagi ke rumahku. Entah kenapa, aku merasa tidak enak jika menanyakan tentang Anton padanya. Dia memberikan hadiah pada Arinda dan Radit. Pricilla seolah-olah hanya ingin memastikan bahwa aku dan anak-anak tidak apa-apa. Lima belas menit kemudian, Pricilla pulang.

Radit dan Arinda senang sekali mendapatkan kado. Di dalam kado tersebut, ada sebuah kartu ucapan yang ditulis tangan. Aku membacanya dan menilik lebih dalam gaya tulisan Pricilla. Aku berlari ke kamar dengan membawa kartu ucapan yang ditulis oleh Pricilla.

Nafasku ngos-ngosan karena ingin mengambil kartu ucapan ulang tahun Arinda lima tahun yang lalu. Aku masih menyimpannya sebagai bukti untuk mencari tahu siapa pemberi hadiah untuk Arinda lima tahun yang lalu.

Aku mencocokkan kartu ucapan ini. Dan, ternyata sangat membuatku terkejut. Tulisan yang ada di dalam kartu ucapan pricilla sama persis dengan kartu ucapan lima tahun lalu. Sampai sekarang, aku masih enggan memakai kan hadiah ini pada Arinda sebelum aku tahu siapa yang memberikan hadiah ini.

Sayang sekali, aku tidak sempat meminta nomor telepon Pricilla. Aku ingin sekali menanyakan tentang hal ini. Besok, aku harus bertemu Mas Riadi. Aku harus tanyakan pada Mas Riadi apakah dia mengenal perempuan bernama Pricilla ini.

'Semoga Pricilla datang lagi ke rumah ini.'

 

 


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login