"Rasa gue, biar gue yang urus."
"Urus berdua lebih enak, yok nikah." Paksa Nadya lagi. Fandi geleng-geleng kepala.
"Mana tau setelah nikah sama gue lo move on dari Cia, gue juga."
"Terus gue jatuh cinta sama lo?" tanya Fandi nggak selo. Nggak pernah emosinya teruji gini.
Nadya mengedikkan bahu, "itu pilihan lo, gue nggak suruh. Karena gue nggak ada minat jatuh cinta sama lo."
Fandi kembali menghela napas, "entahlah, gue males ngomong sama lo. Sekarang, ayo pulang!"
"Lo nggak mau nerima lamaran gue? Janji maharnya gede, gimana? Tawaran bagus, sayang nggak lo ambil."
"Otak lo mampet? Dimana-mana pria yang bilang begitu."
"Gue out of the box orangnya, biar ada perbedaan. Kaya mana? Mau nggak?" desak Nadya.
"Nggak."
Nadya ngangguk, "ya udah, lo pulang aja duluan. Lagian gue bawa mobil sendiri."
"Mau kemana lo?"
"Main golf." Fandi menilai penampilan Nadya, nggak ada orang mau main golf macam mau ke pesta.
"Salah kostum lo."