Cia noleh natap suaminya, "saya ribut sama Maya, masa di kasi oleh-oleh nggak tau bersyukur." Adunya.
"Buat apa kamu berikan?" Patrick cukup speechlees mendengar Dhika menanggapi hal remeh seperti itu.
"Nanti nggak di kasi kecil hati, terus ngatain saya dendaman. Lagiankan niatnya buat satu kelas, termasuk dia juga lah."
"Kamu tarik lagi rambutnya?" Dhika menyipitkan mata menunggu kejujuran istrinya.
"Nggak sempat padahal udah gatel ini tangan. Farhan dan yang lain belain, jadi emosi saya nggak meledak-ledak." Dhika mengangguk.
Untunglah nggak ada pertikaian. Pikirnya.
"Hei, kalian nggak lupa ada manusia di depan sini kan?" Cia dan Dhika menoleh, menatap Patrick dengan tatapan 'belum pergi juga?'
"Gue nggak akan pergi sebelum mendapat penjelasan dari lo Dhik. Demi apa, dua hari dua malam gue nggak makan dan minum cuma mikirin ini." Wajahnya di buat sedramatis mungkin.
"Emang apa yang di buat pak Mahar? Lebay banget." Tuntut Cia sambil melipat tangan ke dada.