"Nggak. Saya masih kepikiran sama mama. Cuma gara-gara tas masa iya sih saya harus nerima hukuman seberat ini. Mending tasnya kalau di kasi pinjam." Gerutunya.
Dhika tidak menjawab dia menyetir dengan serius agar cepat sampai ke penthouse mereka. Melayani Cia tidak akan ada habisnya.
***
"Sekarang bilang kuasa bapak apa? Saya butuh solusi."
Mereka udah sampek penthouse, terus bersih-bersih dan sekarang udah naik atas kasur dan saling berpelukan.
Dhika yang meluk Cia tepatnya, jelas di balas sama gadis itu.
"Kuasa saya buat bayi sama kamu." Cia langsung duduk mendengar hal itu, dia mandangin Dhika dengan horor.
"Cara bapak ngaco." Ketusnya
"Kenapa kamu bilang gitu? bayi lawannya bayi, benarkan?" Cia pakek ngangguk karena menurutnya ya emang gitu. Dhika masih dalam posisi baringnya, dan menatap istrinya yang cantik jelita.
"Nggak mau ah, masa gara-gara itu kita buat bayi, saya nggak tau cara ngadonnya, gimana kalau hasilnya nggak sesuai harapan. Bantet misalnya."
selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya :)