"Ibu sudah datang. Mari silahkan." Buk Atik menyambutnya, dan mempersilahkan wanita itu duduk di sofa, bersebrangan dengan Sarah yang tersenyum lembut padanya.
Nggak ada alasan dia garang sama ibu panti yang nggak bersalah.
Dhika bangkit dan duduk di sofa tunggal, kayak raja yang siap mengadili, udah pasti ratunya Cia. Gadis itu sempat-sempatnya ngehalu di saat serius begini.
"Maaf dengan ibu?" Tanya Dhika sopan. Semenjak jadi kepala sekolah dia terlalu banyak berinteraksi dengan orang yang sebenarnya bukan sifat dirinya.
"Mirna, pak," jawab ibu berpakaian muslim itu dengan sopan.
"Kami meminta ibu untuk datang ke sekolah ini di karena kan anak asuh ibu telah melakukan tindakan yang sangat serius."
Wanita bernama Mirna itu menatap punggung Nisa yang gemetaran lalu mendesah pelan, dia seolah lelah menghadapi gadis ini.
"Nisa, kamu buat apalagi ndok?"